gambaran umum hasil penelitian mengenai pemahaman relasional dengan indikator menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan
persamaan linear satu variabel, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah satu hasil
jawaban siswa pada soal nomor dua sebagai berikut: Jika besar sudut di dalam
masing-masing adalah dan , berapakah besar ?
Perbedaan jawaban dari kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada gambar berikut:
Gambar 4.11 Hasil Jawaban Siswa Indikator
Relasional Kelas Eksperimen
Gambar 4.12 Hasil Jawaban Siswa Indikator
Relasional Kelas Kontrol
Dari hasil jawaban kedua siswa di atas dapat dilihat bahwa jawaban soal posttest siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa dari kelas kontrol. Hal
ini karena jawaban siswa kelas eksperimen lebih terlihat pemahaman konsep matematikanya dibandingkan jawaban siswa kelas kontrol. Berdasarkan gambar
4.9 dapat dilihat bahwa siswa mampu memahami permasalahan dengan baik. Dalam kelas eksperimen, siswa menyelesaikan hingga besar sudut A diketahui
nilainya, sedangkan pada kelas kontrol siswa menyelesaikan permasalahan hanya sampai mencari nilai variabel x.
2. Proses Pembelajaran Model Creative Problem Solving
Pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan kreativitas. Sehingga dalam pembelajaran ini, selain dilatih menyelesaikan suatu permasalahan, kreativitas siswa juga dapat
terlatih. Siswa akan terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara. Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan model creative problem
solving di kelas eksperimen yaitu, pertama-tama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Setelah berkumpul
dengan teman-teman sekelompoknya, guru memberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok. Pada pertemuan
pertama, siswa masih merasa kebingungan dalam mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru karena siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran secara
mandiri. Guru mendampingi siswa saat siswa mengerjakan LKS tersebut. Dalam LKS tersebut, siswa dihadapkan dengan suatu permasalahan, tahap pertama yaitu,
siswa dalam kelompok mengidentifikasi informasi-informasi yang terdapat dalam permasalahan yang diberikan. Siswa menyebutkan apa saja yang diketahui dalam
permasalahan tersebut. Setelah informasi-informasi tersebut terkumpul, selanjutnya siswa menemukan masalah dari fakta-fakta yang telah dihimpun.
Kemudian siswa mencari berbagai alternatif jawaban untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam tahap ini, tiap anggota kelompok diberikan
kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai solusi penyelesaian dari permasalahan tersebut. Setelah terkumpul beberapa solusi penyelesaian, siswa
menyeleksi solusi-solusi tersebut. Solusi yang dipilih merupakan solusi yang
paling efisien. Setelah menemukan solusi yang dianggap paling efisien, kemuadian siswa menyelesaikan solusi tersebut. Setelah selesai, perwakilan dari
setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi dari kelompok masing-masing. Kelompok lain mendengarkan presentasi teman kelompok yang sedang berbicara
di depan kelas, setelah selesai presentasi, kelompok lain menanggapi atau memberikan pendapat lain. Setelah diskusi selesai dilaksanakan, guru
memberikan kesimpulanmengoreksi agar materi pelajaran lebih jelas. Pada pertemuan pertama, siswa masih merasa kebingungan. Masih banyak
siswa yang bertanya mengenai cara pengerjaan LKS, karena siswa jarang sekali dihadapkan dengan LKS yang berbasis masalah. Ketika presentasi masih banyak
siswa yang kurang berani untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa
sudah mulai terbiasa belajar dengan model pembelajaran creative problem solving. Siswa sudah berani berpendapat dan berani mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas. Sedangkan untuk kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran
konvensional. Pembelajaran konvensional disekolah menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan latihan. Pertama-tama guru menerangkan materi dan
memberikan contoh soal. Keterlibatan siswa hanya sebatas mendengarkan dan mencatat konsep-konsep yang diberikan. Apabila ada siswa yang kurang
pahammengerti, maka siswa dapat bertanya kepada guru.Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi LKS. Namun berbeda dengan kelas
eksperimen, siswa mengerakan LKS secara individu. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas kontrol ini, siswa tidak
terlibat secara optimal dan cenderung pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam mengungkapkan ide dan gagasannya
didalam kelas. Dengan demikian, siswa belajar dengan hafalan. Namun kelebihan dari kelas kontrol ini adalah siswa dapat mengerjakan dengan lancar dan
sistematis terhadap soal yang diberikan guru, dengan catatan soal tersebut sesuai dengan contoh soal yang telah dijelaskan. Apabila soal yang diberikan berbeda