Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
prinsip yang dilakukan siswa antara lain kesalahan prinsip dalam menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika, kesalahan prinsip dalam menggunakan aturan-
aturan dalam membuat model matematika, serta kesalahan prinsip dalam menggunakan rumus seperti rumus keliling persegi. Selain kesalahan konsep dan
kesalahan prinsip, ditemukan juga kesalahan dalam operasi matematika. Kesalahan operasi yang ditemukan adalah kesalahan operasi pada bilangan
pecahan terutama pecahan campuran. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dalam materi
persamaan linear satu variabel ini juga ditunjukan survey yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS. Survey TIMSS
pada tahun 2011 menunjukan bahwa Indonesia hanya memperoleh score 386.
7
Perolehan score Indonesia masih dikategorikan kemampuan rendah. Salah satu indikator yang diukur TIMSS dalam kategori tinggi yaitu siswa dapat
mengekspresikan bentuk aljabar serta persamaan linear. Dalam menyelesaikan soal persamaan linear satu variabel Indonesia hanya
memperoleh 25 dari rata-rata sebesar 45. Dari perolehan tersebut, Indonesia masih jauh dibawah dari score rata-rata yang seharusnya dicapai. Dilihat dari hasil score
tersebut kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi persamaan linear satu variabel masih sangat rendah. Dalam materi persamaan linear siswa
diharuskan dapat menguasai evaluasi persamaan yang diberikan nilai variabel, menunjukkan apakah nilai yang diberikan memenuhi persamaan, mengenali dan
menulis persamaan yang diberikan; mengenali dan mengasilkan representasi dari fungsi dalam bentuk tabel, grafik, atau kata-kata, dan mengatasi masalah
menggunakan persamaan. Perlu upaya penanggulangan agar kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada persamaan linear satu variabel dapat
terselesaikan. Menurut Sujarwo permasalahan atau hambatan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran pendidik,
7
Stephen Provasnik, dkk, Highlights From TIMSS 2011 Mathematics and Science Achievement of U.S Fourth and Eight-Grade Students in an International Context, Wasington,
DC: NCES, IES, U.S Department of Education, 2012, h.14
pihak yang diberi materi pembelajaran peserta didik, bahan yang diajarkan bahan ajar, proses pembelajaran model, strategi, metode, teknik mengajar,
sarana dan prasarana belajar, serta sistem evaluasi yang diterapkan.
8
Penggunaan model pembelajaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran. Cara guru menyampaikan materi pelajaran menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan ketika mengajar di dalam kelas. Dalam proses
pembelajaran guru masih cenderung menggunakan metode konvensional metode ceramah. Pola pikir guru masih terlalu berfokus pada buku teks text book
thinking.
9
Berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu SMP di Tangerang Selatan, hampir seluruh guru menggunakan model pembelajaran konvensioal
termasuk guru mata pelajaran matematika.
10
Model pembelajaran konvensional yang digunakan di sekolah tersebut yaitu menggunakan metode ceramah. Siswa
jarang sekali dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Guru yang berperan aktif teacher center memberikan informasi pelajaran. Pembelajaran di kelas menjadi
monoton dalam setiap pertemuannya, sehingga guru kurang memunculkan kreativitasnya dalam mengajar. Metode ini dinilai kurang efektif terlihat dari
rendahnya hasil belajar siswa. Metode ceramah merupakan metode yang memang sudah ada sejak adanya
pendidikan, sehingga metode ini lebih sering digunakan dalam setiap pembelajaran dan dikenal sebagai metode tradisional. Metode ceramah memiliki
beberapa kekurangan, antara lain: siswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan merasa dirugikan, sedangkan siswa yang lebih tanggap terhadap kemampuan
auditifnya akan mendapatkan manfaat lebih besar dari metode ini, bila terlalu lama, metode ini akan membuat siswa merasa bosan, sukar mengontrol sejauh
mana pemerolehan belajar siswa, dan menyebabkan siswa menjadi pasif.
11
8
B, Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, h.188-189.
9
Ibid., h.190.
10
Observasi dilakukan di SMP Nusantara Plus, pada bulan November 2013.
11
Moh. Sholeh Hamid, Metode EDUTAIMENT, Jogjakarta: DIVA Press, 2011, h.210
Menurut Munandar pendidikan di Indonesia pada umumnya hanya menekankan pola berpikir konvergen, berkaitan dengan penalaran verbal dan
pemikiran logis, kurang mengembangkan kreativitas yang mengacu pada pemikiran divergen.
12
Melihat dari beberapa kekurangan metode ceramah serta observasi yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan terobosan baru dalam pembelajaran matematika
yang mampu membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika terutama dalam materi Persamaan Linear Satu Variabel. Siswa
terbiasa diberikan persoalan-persoalan yang dapat memperkuat pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yang mereka miliki untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Salah satunya adalah dengan melakukan pembelajaran matematika dengan model Creative Problem Solving.
Model pembelajaran Creative Problem Solving melatih siswa menyelesaikan suatu permasalahan dalam berbagai alternatif penyelesaian. Siswa mengerjakan
permasalahan yang diberikan secara berkelompok, sehingga siswa dapat bertukar informasi mengenai pemahaman yang dimiliki setiap anggota kelompok. Dengan
kemampuan yang beragam diharapkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Langkah-langkah Creative Problem Solving meliputi Penemuan
fakta, Penemuan masalah, Penemuan gagasan, Penemuan jawaban, Penentuan penerimaan.
13
Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemahaman konsep Persamaan Linear Satu Variabel, maka
penulis ingin meneliti mengenai “Pengaruh Model Creative Problem Solving
terhadap pemahaman konsep Persamaan Linear Satu Variabel ”.