Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-8
c. Apabila bank melakukan transaksi
salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan
oleh bank ke nasabah. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 80
3. Penjelasan
a. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam
. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara
salam maka
hal ini disebut salam
paralel. Dalam bab ini hanya dibahas bank sebagai penjual, sedangkan bank sebagai pembeli dibahas dalam bab piutang
salam .
b. Salam
paralel dapat dilakukan dengan syarat: 1 akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir; dan 2 akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
c. Hutang
salam merupakan kewajiban bank yang harus diselesaikan dalam
bentuk penyerahan barang bukan pembayaran dalam bentuk uang tunai. d. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan bank
di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
e. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya.
f. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati
antara pembeli dan bank. Jika barang pesanan yang dikirim salah atau cacat maka bank harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
4. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
BANK SEBAGAI PENJUAL a. Pengakuan hutang
salam Hutang
salam diakui pada saat modal usaha
salam berupa kas atau aktiva
non-kas diterima bank. b. Pengukuran modal usaha
salam 1 Pengukuran modal usaha
salam dilakukan sebagai berikut:
a Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima.
b Modal usaha salam
dalam bentuk aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar nilai yang disepakati antara bank dan pembeli.
2 Pada akhir periode pelaporan keuangan, modal usaha salam
diukur sesuai dengan ketentuan di atas.
c. Modal usaha
salam berupa aktiva non-kas diukur sebesar:
1 Nilai wajar aktiva non-kas dalam bentuk:
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-9
a harga pasar aktiva non-kas yang dialihkan kepada bank; b
replacement cost aktiva lain yang sejenis dengan aktiva non-kas
yang dialihkan kepada bank; atau c
amount recoverable dari arus kas masuk yang dapat diperoleh
dari aktiva non-kas yang dialihkan kepada bank; atau 2 Nilai yang disepakati antara bank dan pembeli.
Penyajian
Modal usaha salam
yang diterima bank disajikan dalam neraca sebagai hutang salam
.
5. Ilustrasi Jurnal