Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian V Akuntansi Investasi Tidak Terikat
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia V-6
Db. Bagi hasil investasi tidak terikat-tabungandeposito mudharabah
Db. Bagi hasil yang belum dibagikan-investasi tidak terikat tabungandeposito
mudharabah Kr. Kasrekeningkliring
5 Pada saat deposito mudharabah
jatuh tempo: Db. Investasi tidak terikat-deposito
mudharabah Kr. Kasrekeningkliring
6 Pada saat penyaluran Db. Penyaluran Investasi tidak terikat sesuai dengan akadnya
Kr. KasKliring b. Sertifikat IMA
1 Pada saat penerbitan dan penjualan Sertifikat IMA Db. Giro pada BIKliring
Kr. Investasi tidak terikat dari bank-Sertifikat IMA 2 Pada saat penghitungan bagi hasil Sertifikat IMA tetapi belum
dibagikan Db. Bagi hasil Sertifikat IMA
Kr. Bagi hasil yang belum dibagikan-Sertifikat IMA
3 Pada saat pembayaran bagi hasil Db. Bagi hasil yang belum dibagikan-Sertifikat IMA
Kr. Giro wadiah
bank lainKliring 4 Pada saat pelunasan Sertifikat IMA
Db. Investasi tidak terikat dari bank-Sertifikat IMA Kr. Giro pada BIKliring
5 Pada saat penyaluran Db. Penyaluran Investasi tidak terikat sesuai dengan akadnya
Kr. KasKliring
6. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: a. investasi tidak terikat yang memiliki hubungan istimewa.
b. rincian investasi tidak terikat mengenai antara lain nisbah bagi hasil, jangka waktu deposito, jumlah dan komposisi besarnya pemilikan deposito
mudharabah menurut jenis mata uang rupiah dan valuta asing.
c. Jumlah simpanan bank lain yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain
sebagai jaminan pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah lainnya.
7. Ketentuan Lain-lain
—
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-1
B
AGIAN
VI E
KUITAS
Pos-pos yang termasuk dalam komponen ekuitas berdasarkan PSAK, antara lain, adalah:
1 Modal disetor 2 Tambahan modal disetor, yang terdiri dari agio, modal sumbangan, selisih kurs
akibat penjabaran laporan keuangan dan lainnya. 3 Selisih penilaian kembali aktiva tetap.
4 Labarugi yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar dari surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual.
5 Pendapatan komprehensif lain, yaitu bagian efektif dari labarugi instrumen derivatif lindung nilai.
6 Saldo laba, yang terdiri dari cadangan tujuan, cadangan umum dan saldo laba yang belum dicadangkan labarugi tahun lalu dan labarugi tahun berjalan.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank wajib memelihara rasio kewajiban penyediaan modal minimum
Capital Adequacy Ratio CAR berdasarkan persentase
tertentu modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Pemeliharaan CAR tersebut diperlukan sebagai salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha dan antisipasi risiko kerugian bagi bank. Agar perbankan Indonesia dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dengan perbankan
internasional, maka permodalan bank senantiasa harus mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional. Secara umum, perhitungan modal dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip yang ditetapkan oleh
Bank for International Settlements , dengan beberapa
penyesuaian sesuai dengan kondisi perbankan di Indonesia. Pos-pos yang diperhitungkan sebagai komponen modal dalam perhitungan CAR bagi
bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap, dengan rincian komponen sebagai berikut:
1 Modal inti terdiri atas modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan
pajak. Modal inti dapat berupa:
a
Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemilik bank. Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan
pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
b Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c
Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila
saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian
modal sumbangan.
d Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan saldo laba
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-2
umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
e Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
f Saldo laba
retained earnings , yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi
tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
h Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50. Dalam hal pada tahun
berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
i Apabila dalam pembukuan bank terdapat
goodwill maka jumlah modal di atas
harus dikurangi dengan jumlah goodwill
tersebut. 2. Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman dan pinjaman subordinasi. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:
a Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.
b Penyisihan kerugian aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan
cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap
adalah cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif maksimum 1,25 dari jumlah ATMR.
c Modal pinjaman modal kuasi,
yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri:
1 tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh;
2 tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia;
3 mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikudasi; dan 4 pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi
atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. Dalam pengertian modal pinjaman termasuk cadangan modal yang
berasal dari penyetoran modal yang efektif oleh pemilik bank yang belum didukung oleh modal dasar yang sudah mendapat pengesahan dari
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-3
instansi yang berwenang yang mencukupi, dan tidak termasuk debt
instruments pasar modal beserta semua derivatifnya.
Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian. d
Pinjaman subordinasi yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1 Ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman. 2 Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam
hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan, bank harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi
tersebut. 3 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.
4 Minimal berjangka waktu 5 tahun. 5 Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat. 6 Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada kedudukannya sama dengan modal. Perlakuan sebagai pinjaman subordinasi dimulai sejak diterimanya dana
dimaksud oleh bank sampai dengan saat jatuh waktu menurut perjanjian penerusan pinjaman tersebut.
Jumlah pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal untuk sisa jangka waktu 5 lima tahun terakhir adalah jumlah pinjaman
subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus prorata.
Jumlah pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap maksimum sebesar 50 dari modal inti.
Seluruh modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi- tingginya 100 dari jumlah modal inti.
A. MODAL DISETOR 1.