Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-7
b. Penjualan atas saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas perolehan kembali:
Db. Kas Kr. Modal saham yang diperoleh kembali
Kr. Tambahan pengurang agio modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali
6. Pengungkapan
—
7. Ketentuan Lain-lain
—
C. SALDO LABARUGI 1.
Definisi
a. Saldo labarugi adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi labarugi tahun lalu.
b. Saldo labarugi dikelompokkan menjadi: 1 Cadangan tujuan adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih
setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan. 2 Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih
setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal. 3 Sisa laba yang belum dicadangkan terdiri dari:
a Labarugi tahun lalu yang belum ditetapkan penggunaannya b Labarugi tahun berjalan
2. Dasar Pengaturan
PSAK 21 Akuntansi Ekuitas 3.
Penjelasan
a. Pos saldo laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen,
kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba misalnya: dicadangkan untuk perluasan pabrik, atau untuk memenuhi
ketentuan undang-undang maupun ikatan tertentu.
b. Saldo laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut dilaporkan dalam pos tersendiri yang
menggambarkan tujuan pencadangan yang dimaksud.
4. Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-8
a. Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada labarugi tahun berjalan.
b. Kewajiban pembagian dividen timbul pada saat pengumuman dividen dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan
jumlah dividen tersebut. Kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lain-lain. Bila dividen dibagikan dalam bentuk aktiva
non-kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai wajar aktiva yang diserahkan. Untuk dividen dalam bentuk saham, perkiraan “Saldo Laba”
akan didebit, dan perkiraan “Modal Saham” dikredit sebesar nilai wajar saham yang bersangkutan saat dividen dideklarasikan.
5. Jurnal
a. Pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba: Db. Ikhtisar labarugi
Kr. Saldo Laba b. Pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba:
Db. Saldo Laba Kr. Ikhtisar labarugi
c. Pembagian dividen tunai:
1 Pada saat diumumkan Db. Saldo Laba
Kr. Utang Dividen 2 Pada saat dibayar
Db. Utang Dividen Kr. Kas
d. Pembagian dividen saham: Db. Saldo Laba
Kr. Modal Disetor Db.Kr. DisagioAgio Saham
6. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: a. Penjatahan
apropriasi dan pemisahan saldo laba, penjelasan jenis
penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisahan saldo laba, serta jumlahnya, termasuk perubahan akun-akun penjatahan atau
pemisahan saldo laba. b. Peraturan perikatan, pembatasan dan jumlah pembatasan saldo laba.
c. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak, dengan men-
jelaskan bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba usaha, laba bersih dan nilai saham per lembar.
d. Jumlah divden dan dividen per lembar saham, termasuk keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.
e. Tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan per lembar saham. f.
Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan.
g. Dividen saham dan pecah saham, termasuk jumlah yang dikapitalisasi dan saji ulang laba per saham EPS agar laporan keuangan berdaya banding.
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-9
7. Ketentuan Lain-lain