Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 17 Penjelasan

Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian III Akuntansi Aktiva Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia III-27 antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 15 e. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati bersama . PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 15 f. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana mengurangi saldo pembiayaan mudharabah . PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 16 g. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak mudharib , maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank . PSAK

59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 17

h. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 19 i. Apabila mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan pembiayaan mudharabah belum dibayar oleh pengelola dana, maka pembiayaan mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 22 j. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: 1 Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati 2 Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah . PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 23 k. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudha- rabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 26 l. Rugi pengelolaan yang diakibatkan kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 27 m. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 28

3. Penjelasan

a . Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah investasi tidak terikat dan mudharabah muqayyadah investasi terikat. Bab ini hanya membahas bank sebagai shahibul maal pemilik dana dalam pem- biayaan mudharabah , sedangkan bank sebagai mudharib pengelola dana dibahas dalam pos investasi tidak terikat. Untuk bank sebagai agen investasi chanelling dalam mudharabah muqayyadah dibahas dalam Laporan Perubahan Investasi terikat di off balance sheet, sedangkan bank Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian III Akuntansi Aktiva Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia III-28 sebagai pihak yang ikut menanggung risiko executing dalam mudha- rabah muqayyadah dibahas dalam pos Kewajiban Investasi Terikat . b. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau non-kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus . c. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah . d. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba profit sharing atau bagi pendapatan revenue sharing . Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah . Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah . e. Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana mudharib , bank sebagai pemilik dana shahibul maal akan menanggung semua kerugian sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana mudharib . f. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh: 1 tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad; 2 tidak terdapat kondisi di luar kemampuan force majeur yang lazim danatau yang telah ditentukan di dalam akad; atau 2 hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupa penyim- pangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apa- bila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. h. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank secara berkala sesuai dengan kesepakatan.

4. Perlakuan Akuntansi