Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-22
d. Pinjaman subordinasi yang menggunakan prinsip qardh
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1 Adanya akad tertulis antara bank dan pemberi pinjaman; 2 Pemilik dana dilarang meminta tambahan yang ditetapkan dimuka;
3 Penerima dana dapat memberikan hadiahbonus berdasarkan
kemauan sendiri; 4 Mendapat persetujuan dari Bank Indonesia;
5 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan disetor penuh. 6 Minimal berjangka waktu lima tahun;
7 Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan Bank
Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat; dan
8 Hak tagihnya dalam hal likuidasi berlaku paling akhir jika ada sisa hasil likuidasi.
e. Mudharabah
muqayyadah adalah akad
mudharabah dimana
shahibul maal
memberikan batasan kepada mudharib
mengenai tempat, cara dan obyek investasi.
f. Pinjaman
subordinasi yang
menggunakan prinsip
mudharabah muqayyadah
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1 Adanya akad tertulis antara bank dan pemberi pinjaman
2 Pemilik dana memperoleh nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan; 3 Mendapat persetujuan dari Bank Indonesia;
4 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan disetor penuh; 5 Minimal berjangka waktu lima tahun;
6 Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan Bank
Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat; dan
7 Hak tagihnya dalam hal likuidasi berlaku paling akhir jika ada sisa hasil likuidasi.
g. Jenis pinjaman subordinasi, antara lain hutang dalam rangka pembiayaan dari
Islamic Development Bank dan lembaga keuangan internasional
lainnya, Bank Indonesia, pemegang saham atau pihak-pihak serupa lainnya sepanjang memenuhi persyaratan di atas.
h. Pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan Pengukuran
Pinjaman subordinasi diakui pada saat dana diterima sebesar jumlah yang disepakati.
Penyajian
Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman subordinasi yang belum dilunasi pada tanggal laporan.
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian IV Akuntansi Kewajiban
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia IV-23
5. Ilustrasi Jurnal
a. Pada saat pinjaman subordinasi ditandatangani Db. Tagihan komitmen-pinjaman subordinasi
Kr. Rekening lawan-tagihan komitmen b. Pada saat pinjaman subordinasi diterima
Db. Rekening lawan-tagihan komitmen Kr. Tagihan komitmen-pinjaman subordinasi
Db. Kaskliringrekening Kr. Pinjaman subordinasi
c. Pada saat pengakuan beban bagi hasilbonus
Db. Beban bagi hasilbonus Kr. Kewajiban segera-bagi hasilbonus
mudharabah muqayyadah
qardh d. Pada saat bagi hasilbonus dibayarkan
Db. Kewajiban segera-bagi hasilbonus mudharabah
muqayyadah qardh
Kr. Kaskliringrekening e. Pada saat penyelesaian pinjaman subordinasi
1 Pelunasan Db. Pinjaman subordinasi
Kr. Kaskliringrekening 2 Dialihkan menjadi setoran modal
Db. Pinjaman subordinasi Kr. Modal disetor
6. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diuangkapkan, antara lain: a. Sumber dana pinjaman subordinasi;
b. Nisbah bagi hasil, jangka waktu dan jatuh tempo; c.
Jenis valuta rupiah dan valuta asing; dan d. Akad yang dipergunakan.
7. Ketentuan lain-lain
Pengalihan pinjaman subordinasi menjadi setoran modal hanya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian V Akuntansi Investasi Tidak Terikat
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia V-1
BAGIAN V AKUNTANSI INVESTASI TIDAK TERIKAT
A. INVESTASI TIDAK
TERIKAT DARI
BUKAN BANK
MUDHARABAH MUTHLAQAH
1. Definisi
a. Mudharabah
adalah akad kerjasama antara pemilik dana shahibul maal
dan pengelola dana mudharib
untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil keuntungan atau kerugian menurut kesepakatan di
muka. b.
Mudharabah muthlaqah
adalah akad mudharabah
dimana shahibul maal
memberikan kebebasan kepada pengelola dana mudharib
dalam pengelolaan investasinya.
2. Dasar Pengaturan
a. Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak terikat pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir periode akuntansi,
investasi tidak terikat diukur sebesar nilai tercatat. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 29
b. Bagi hasil investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank dan pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 30
c. Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank dibebankan kepada bank
pengelola dana. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 32
3. Penjelasan
a. Mudharabah
terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah
muthlaqah investasi
tidak terikat dan mudharabah
muqayyadah investasi terikat. Bab ini
hanya membahas bank sebagai pengelola dana mudharib
dalam peng- himpunan dana pihak ketiga yang dikelompokkan dalam unsur investasi
tidak terikat. Untuk mudharabah
muqayyadah bank sebagai agen dibahas
dalam bagian tersendiri, sedangkan bank sebagai pemilik dana shahibul
maal dibahas dalam pembiayaan
mudharabah .
b. Investasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban atau ekuitas bank, karena bank tidak berkewajiban mengembalikan dana tersebut apabila
terjadi kerugian pengelolaan dana yang bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai
mudharib .
c. Bagi hasil
mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu bagi laba profit sharing
atau bagi pendapatan revenue
sharing . Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang
berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah
. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan
mudharabah .