Ketentuan Lain-lain SALDO LABARUGI 1.

Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VI Ekuitas Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VI-9

7. Ketentuan Lain-lain

— ILUSTRASI NERACA BANK SYARIAH MAGHFIROH 31 Desember 20xB - 20xA Aktiva 1. Kas 2. Penempatan Pada Bank Indonesia 3. Giro Pada Bank Lain 4. Penempatan Pada Bank Lain 5. Investasi pada EfekSurat Berharga 6. Piutang: a. Murabahah b. Salam c. Istishna 7. Pembiayaan Mudharabah 8. Pembiayaan Musyarakah 9. Pinjaman Qardh 10. Penyaluran Dana Investasi Terikat Executing 11. Penyisihan Kerugian Penghapus- bukuan Aktiva Produktif 12. Persediaan 13. Tagihan dan Akseptasi 14. Ijarah 15. Aktiva Istishna dalam Penyelesaian 16. Penyertaan pada Entitas Lain 17. Aktiva Tetap dan Akumulasi Penyusutan 18. Piutang Pendapatan bagi Hasil 19. Piutang Pendapatan Ijarah 20. Aktiva Lainnya Total Aktiva 20XB XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 20XA XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX Kewajiban, Investasi Tidak Terikat dan Ekuitas Kewajiban 1. Kewajiban Segera 2. Bagi Hasil yang Belum Dibagikan 3. Simpanan a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah 4. Simpanan dari Bank Lain a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah 5. Hutang: a. Hutang Salam b. Hutang Istishna c. Kewajiban lain-lain 6. Kewajiban Akseptasi 7. Kewajiban Dana Investasi Terikat Executing 8. Hutang Pajak 9. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi 10. Pinjaman yang Diterima 11. Pinjaman Subordinasi Investasi Tidak Terikat 1. Investasi Tidak Terikat dari Bukan Bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah 2. Investasi Tidak Terikat dari Bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah Ekuitas 1. Modal Disetor 2. Tambahan Modal Disetor 3. Saldo LabaRugi Kewajiban, Investasi Tidak Terikat dan Ekuitas 20XB XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 20XB XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian VII Laporan Laba Rugi Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia VII-1

BAGIAN VII LAPORAN LABA RUGI

A. Definisi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan kinerja dan kegiatan usaha bank syariah pada suatu periode tertentu yang meliputi pendapatan dan beban yang timbul pada operasi utama bank dan operasi lainnya

B. Dasar Pengaturan

1. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya, penyajian dalam laporan laba rugi mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos pendapatan dan beban berikut: Pendapatan operasi utama: Pendapatan dari jual beli: pendapatan marjin murabahah ; pendapatan salam paralel; pendapatan bersih istishna paralel; Pendapatan dari sewa: pendapatan bersih ijarah ; Pendapatan dari bagi hasil: pendapatan bagi hasil mudharabah ; pendapatan bagi hasil musyarakah ; Pendapatan operasi utama lainnya; Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat; Pendapatan operasi lainnya; Beban operasi lainnya; Pendapatan non-operasi; Beban non-operasi; Zakat; dan Pajak. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 162 2. Pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian harus diungkapkan berdasarkan jenis menurut karakteristik transaksi. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 196 3. Sejauh bisa dilaksanakan, hal-hal tersebut dibawah ini yang berasal dari investasi yang dibiayai bersama oleh bank dan para pemilik dana investasi tidak terikat dan investasi yang hanya dibiayai oleh bank harus diungkapkan secara terpisah: a. pendapatan dan keuntungan investasi; b. beban dan kerugian investasi; c. laba rugi investasi; d. bagian para pemilik dana investasi tidak terikat pada pendapatan kerugian dari investasi sebelum bagian mudharib ; e. bagian bank pada pendapatan kerugian investasi; dan f. bagian bank pada pendapatan dana investasi tidak terikat sebagai mudharib . PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 197