Dasar Pengaturan AKTIVA ISTISHNA

Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian III Akuntansi Aktiva Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia III-84 3 jika sumber pembayaran sewa aktiva ijarah berasal dari dana investasi tidak terikat dan modal bank Db. Aktiva Kr. Keuntunganpendapatan operasi utama lainnya Kr. Keuntunganpendapatan operasi lainnya b melalui pembelian obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga beli sebesar sisa cicilan sewasekadarnya Db. Aktiva Kr. KasRekening pemilik obyek sewa 6 Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibeban- kan kepada penyewalessor: Db. Beban pembatalan pembelian Kr. KasHutang kepada pemilik obyek sewa catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai aktiva ijarah

6. Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: a. sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah ; b. jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir; c. jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik , jenis aktiva dan akumulasi penyusutannya apabila bank syariah sebagai pemilik obyek sewa; d. jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang apabila bank syariah sebagai penyewa; e. komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya; dan e. Kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik.

O. AKTIVA ISTISHNA

DALAM PENYELESAIAN 1. Definisi Aktiva istishna dalam penyelesaian adalah aktiva istishna yang masih dalam proses pembuatan.

2. Dasar Pengaturan

a. Pengakuan dan pengukuran biaya istishna adalah sebagai berikut: 1 Biaya istishna terdiri dari: a Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan; dan b Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad termasuk biaya pra-akad yang dialokasikan secara obyektif. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 90 Lampiran SE BI No. 526BPS Tanggal 27 Oktober 2003 Bagian III Akuntansi Aktiva Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia III-85 2 Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian work-in-progress pada saat terjadinya. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 90.d. b. Pengakuan dan pengukuran biaya istishna paralel adalah sebagai berikut: 1 biaya istishna paralel terdiri dari: a Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan dari sub- kontraktor kepada bank PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 91. b Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad termasuk biaya pra akad yang dialokasikan secara obyektif bank PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 91; dan c Semua biaya akibat subkontraktor tidak dapat memenuhi ke- wajibannya, jika ada. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 91. 2 biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesai- an pada saat diterimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan bank PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 91. c. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dan diakui sebagai termin istishna istishna billing pada pos lawannya. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 92. d. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual. PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 100 3. Penjelasan a. Jika bank bertindak sebagai pembuat barang pesanan maka biaya-biaya yang dikeluarkan diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian. b. Jika bank memberikan pembayaran terlebih dahulu kepada sub-kontraktor maka pembayaran tersebut diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian. c. Jika sampai berakhirnya kontrak, belum terjadi penyerahan aktiva istishna maka aktiva istishna dalam penyelesaian harus dipindahkan ke piutang pada subkon jatuh tempo.

4. Perlakuan Akuntansi