mereka harus keluar dari lingkungan saat ini yang kasar dan terkenal sebagai gudang penjahat, agar tidak terus-terusan menjadi korban.
Sebelumnya, Wulan, anak empat tahun itu kepalanya di lempar pakai batu bata, oleh laki-laki mabuk yang ngamuk, hingga bocor dan harus
dijahit. Lalu uang hasil jual koran Andi dipalak preman setempat. Karena melawan, tangan kanan anak itu dibacok. Untung Adi sempat
menghindar. Meski begitu tangannya luka parah
”
23
Kutipan tersebut menggambarkan peristiwa yang dialami Gadis dan anak-anak asuhnya karena perlakuan kasar masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya yang mayoritas penghuninya adalah preman. Pada bagian penokohan Gadis telah dijelaskan bahwa ia adalah seorang perempuan yang
memiliki anak-anak asuh yang ia berikan tempat tinggal dan kebutuhan hidupnya.
Pemunculan konflik tersebut terjadi karena adanya penindasan pada anak-anak Gadis, dan ketidakberdayaan Gadis dalam melawan para preman
karena mereka berada dikaum yang lebih lemah dibandingkan para preman yang ada di lingkungan itu. Hal tersebut yang memberi pengaruh pada cara
berpikir Gadis, ia harus bekerja keras untuk mendapatkan uang dan mencari tempat tinggal yang lebih aman untuk anak-anaknya. Berlatar pada peristiwa
tersebut menimbulkan peristiwa lainnya yang akan berkembang pada tahap berikutnya.
c. Tahap peningkatan konflik
Pada tahap peningkatan konflik berlatar dari peristiwa yang terjadi pada Gadis dan anak-anak asuhnya. Peningkatan konflik terjadi ketika Gadis
dengan permasalahannya yang sudah dipaparkan dalam pemunculan konflik membuat ia memilih bekerja sebagai
„wanita malam’, namun hal tersebut bukan seluruhnya keinginan Gadis. Pada kenyataannya menjadi
„wanita malam’ bukan merupakan pekerjaan yang diharapkan oleh setiap
23
Ibid, h. 119.
perempuan, sudah pasti terdapat faktor yang melatarbelakangi ketika seorang perempuan memilih menjadi
„wanita malam’. Pada kutipan di bawah ini menggambarkan pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Gadis;
“Seperti yang sudah-sudah, setelah tiba di hotel, atau apartemen ia akan cepat-cepat menuang minuman dan membubuhkan obat tidur
dalam jumlah agak banyak. Lalu membujuk “si teman” meminumnya. Tidak lama menunggu lama, setelah korbannya pulas, si Gadis dengan
leluasa mengambil barang berharga milik korban, dan melenggang
keluar.”
24
“Lelaki bertubuh gendut yang digandengnya tertawa-tawa saat menghenyakkan tubuh dan bersandar di sofa. Seperti biasa, si Gadis
menyodorkan minuman yang barusan dipesannya, dan telah dibubuhi obat tidur, trik selama ini. Itu pula alasan kenapa ia masih bisa menjaga
kesuciannya. Tak perlu waktu lama bagi siapa pun yang meminumnya
untuk tergolek tak sadarkan diri.”
25
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan yang Gadis lakukan bukan keinginan hatinya dengan Gadis harus memberi obat tidur kepada
setiap laki-laki yang datang kepadanya untuk ia ambil harta bendanya. Jika melihat yang dilakukan Gadis hal tersebut adalah upaya Gadis untuk
mendapatkan uang dan menjaga keselamatan dirinya. Apabila melihat penokohan Gadis yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, Gadis dapat digambarkan sebagai tokoh yang suka menolong, dan penyayang, terdapat suatu pertentangan antara kepribadian Gadis dengan
pekerjaannya yang ia pilih. Pertentangan ini berupa keterpaksaan ia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
„wanita malam’, tetapi karena faktor kebutuhan hidup yang membuatnya harus mendapatkan uang untuk
menghidupi dirinya dan anak-anak asuhnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan alasan yang mendasari Gadis memilih pekerjaan tersebut adalah faktor
ekonomi dan faktor rendahnya pendidikan dimilikinya.
24
Ibid., h. 120
25
Ibid., h. 270
d. Klimaks
Klimaks merupakan bagian yang melukiskan puncak ketegangan dalam cerita. Tahap ini berkaitan dengan tahap penyituasian yang telah dipaparkan
sebelumnya. Tahap klimaks sengaja dibuat berkaitan untuk menegaskan pertalian kronoligisnya dengan tahap awal yang telah dipaparkan.
Konflik mencapai puncaknya ketika Gadis dalam menjalankan pekerjaannya di sebuah hotel tanpa sengaja membunuh seorang laki-laki
yang saat itu sedang bersamanya. Seperti dalam kutipan berikut; “Tapi kali ini berbeda. Lelaki yang memboyongnya ke kamar hotel
bersikeras menolak minuman yang disodorkan, dengan alasan dia muslim.
“Kamu tau kan, Cantik, kalau orang Islam haram meminum minuman keras?” dalihnya yang membuat Gadis tertegun.
Situasi semakin tak terkendali ketika kemudian tubuh gendut menubruk dan memaksanya ke tempat tidur. Si Gadis berusaha meronta
dan menendang sia-sia. Kesempatan untuk menyelamatkan diri baru muncul ketika tanpa
disengaja tangannya meraih botol minuman di meja kecil dekat ranjang. Tanpa berpikir, murni didorong kepanikan, si Gadis menghantamkan
botol minuman kuat-kuat ke kepala lelaki yang berusaha memeluk hingga dia nyaris tak bisa bernapas.
Ia tak punya niat membunuh siapa pun. Si Gadis baru tersadar saat lelaki itu mengendurkan pelukan lalu menggelosor, terbaring di karpet
dalam keadaan tak bernyawa. Sepenuhnya kecelakaan.”
26
Jika melihat kutipan tersebut, yang saat itu dirasakan Gadis adalah ia merasa takut, panik, dan berusaha untuk menyelamatkan diri karena merasa
dalam bahaya dengan perlakuan laki-laki tersebut. Gadis yang saat itu melakukan usaha untuk menyelamatkan diri, tanpa sengaja memukul lelaki
tersebut hingga tewas. Pada dasarnya penokohan Gadis sejak awal pemaparan tidak ada yang menunjukkan bahwa Gadis menyukai atau pun
mempunyai sikap yang kasar.
26
Ibid., h. 275-276.