“Bodoh Gadis itu berulang kali menepuk kening, mestinya lelaki itu Cuma pingsan, kalau saja ia tidak menghantamnya terlalu keras.
Panik, perempuan muda itu membersihkan noda darah di blus putihnya. Ketika tak juga hilang, ia meraih jas si lelaki yang kebesaran,
lalu tergesa melangkah ke luar kamar hotel. Sesegera mungkin dia harus menemukan tempat persembunyian yang aman. Tapi ke mana?”
21
Kutipan tersebut menggambarkan situasi latar tempat tokoh Gadis yang sedang menjalankan pekerjaannya sebagai
„wanita malam’ di sebuah hotel, dan merupakan awal penceritaan yang berintikan peristiwa Gadis tanpa
sengaja telah membunuh seorang laki-laki. Selain riwayat pekerjaannya sebagai
„wanita malam’ peristiwa tersebut juga mendorong Gadis untuk datang ke Pesantren Impian. Pada tahap berikutnya akan mengisahkan awal
cerita untuk mengetahui konflik-konflik yang menyebabkan terjadinya peristiwa pada kutipan latar tersebut.
b. Tahap Pemunculan Konflik
Dalam tahap ini merupakan awal munculnya konflik, peristiwa yang terjadi merupakan sorot balik karena mengisahkan peristiwa yang dialami
Gadis sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan tersebut dan peristiwa di bawah ini yang melatarbelakangi Gadis bekerja sebagai
„wanita malam’. Peristiwa yang terjadi seperti dalam kutipan berikut;
“Ada apa, Di? Ya, ampun, kamu berdarah” Suara si Gadis Kaget. “Kamu luka?”
Agak gagap Edi menjelaskan, “Bu…bukan Bu… bukan Edi, Kak Tapi Bayu… dia…dia..di..”
“Dia kenapa, Di? Kenapa?” Si Gadis tambah cemas. Dia ditu.. ditusuk orang, Kak. Sekarang di luar, barusan Edi bawa
pa…pakai becak ke… sini.”
22
“Perempuan muda itu merasa dengkulnya lemas. Kejadian ketiga dalam bulan ini. Uang tabungannya sudah ludes untuk biaya sehari-hari
sekolah anak-anak, ditambah biaya rumah sakit. Sudah lama sebetulnya
21
Ibid., h. 2-3.
22
Ibid, h. 119.
mereka harus keluar dari lingkungan saat ini yang kasar dan terkenal sebagai gudang penjahat, agar tidak terus-terusan menjadi korban.
Sebelumnya, Wulan, anak empat tahun itu kepalanya di lempar pakai batu bata, oleh laki-laki mabuk yang ngamuk, hingga bocor dan harus
dijahit. Lalu uang hasil jual koran Andi dipalak preman setempat. Karena melawan, tangan kanan anak itu dibacok. Untung Adi sempat
menghindar. Meski begitu tangannya luka parah
”
23
Kutipan tersebut menggambarkan peristiwa yang dialami Gadis dan anak-anak asuhnya karena perlakuan kasar masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya yang mayoritas penghuninya adalah preman. Pada bagian penokohan Gadis telah dijelaskan bahwa ia adalah seorang perempuan yang
memiliki anak-anak asuh yang ia berikan tempat tinggal dan kebutuhan hidupnya.
Pemunculan konflik tersebut terjadi karena adanya penindasan pada anak-anak Gadis, dan ketidakberdayaan Gadis dalam melawan para preman
karena mereka berada dikaum yang lebih lemah dibandingkan para preman yang ada di lingkungan itu. Hal tersebut yang memberi pengaruh pada cara
berpikir Gadis, ia harus bekerja keras untuk mendapatkan uang dan mencari tempat tinggal yang lebih aman untuk anak-anaknya. Berlatar pada peristiwa
tersebut menimbulkan peristiwa lainnya yang akan berkembang pada tahap berikutnya.
c. Tahap peningkatan konflik
Pada tahap peningkatan konflik berlatar dari peristiwa yang terjadi pada Gadis dan anak-anak asuhnya. Peningkatan konflik terjadi ketika Gadis
dengan permasalahannya yang sudah dipaparkan dalam pemunculan konflik membuat ia memilih bekerja sebagai
„wanita malam’, namun hal tersebut bukan seluruhnya keinginan Gadis. Pada kenyataannya menjadi
„wanita malam’ bukan merupakan pekerjaan yang diharapkan oleh setiap
23
Ibid, h. 119.