utama dan tokoh tambahan tidak secara langsung dituliskan oleh pengarang, tetapi dilukiskan melalui sikap dan tindakan tokoh dengan tokoh lainnya.
3. Plot
Plot cerita dalam novel Pesantren Impian terlalu memaparkan permasalahan para tokoh yang sebenarnya membuat cerita menjadi tidak fokus,
dari konflik satu ke konflik lainnya tidak ceritakan secara runtut yang tentu saja dapat menimbulkan ketidakfokusan cerita. Oleh karena itu, pada penelitian ini
lebih mengutamakan pada tokoh Gadis. Plot dalam novel Pesantren Impian merupakan plot sorot balik atau flash
back karena menyoroti keadaan tokoh Gadis dan peristiwa yang dialaminya untuk mengungkapkan tokoh Gadis dengan diawali penggambaran konflik yang
tengah meruncing, kemudian baru tahap awal cerita dikisahkan. Seperti dalam penjelasalan Nurgiyantoro bahwa plot sorot balik, cerita tidak dimulai dari
tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
19
Pemaparan plot dalam novel ini dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Tahap Penyituasian
Tahap pengenalan dalam novel Pesantren Impian cerita dimulai dengan pengenalan latar dan penggambaran tokoh dalam novel. Pada kutipan di
bawah ini merupakan penggambaran latar tempat yang memiliki hubungan dengan peristiwa yang terjadi pada tahap selanjutnya di pemuncakan konflik.
“Medan, Tiara Hotel Ya Tuhan, kenapa begini?
Gadis berambut panjang itu memandang sekeliling dengan paras pucat. Di hadapannya tergeletak sesosok tubuh tak bergerak. Beling pecahan
botol berserakan, berbaur dengan percikan darah yang melebar menodai
karpet.”
20
19
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, h. 214
20
Asma Nadia, Ibid, h. 2.
“Bodoh Gadis itu berulang kali menepuk kening, mestinya lelaki itu Cuma pingsan, kalau saja ia tidak menghantamnya terlalu keras.
Panik, perempuan muda itu membersihkan noda darah di blus putihnya. Ketika tak juga hilang, ia meraih jas si lelaki yang kebesaran,
lalu tergesa melangkah ke luar kamar hotel. Sesegera mungkin dia harus menemukan tempat persembunyian yang aman. Tapi ke mana?”
21
Kutipan tersebut menggambarkan situasi latar tempat tokoh Gadis yang sedang menjalankan pekerjaannya sebagai
„wanita malam’ di sebuah hotel, dan merupakan awal penceritaan yang berintikan peristiwa Gadis tanpa
sengaja telah membunuh seorang laki-laki. Selain riwayat pekerjaannya sebagai
„wanita malam’ peristiwa tersebut juga mendorong Gadis untuk datang ke Pesantren Impian. Pada tahap berikutnya akan mengisahkan awal
cerita untuk mengetahui konflik-konflik yang menyebabkan terjadinya peristiwa pada kutipan latar tersebut.
b. Tahap Pemunculan Konflik
Dalam tahap ini merupakan awal munculnya konflik, peristiwa yang terjadi merupakan sorot balik karena mengisahkan peristiwa yang dialami
Gadis sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan tersebut dan peristiwa di bawah ini yang melatarbelakangi Gadis bekerja sebagai
„wanita malam’. Peristiwa yang terjadi seperti dalam kutipan berikut;
“Ada apa, Di? Ya, ampun, kamu berdarah” Suara si Gadis Kaget. “Kamu luka?”
Agak gagap Edi menjelaskan, “Bu…bukan Bu… bukan Edi, Kak Tapi Bayu… dia…dia..di..”
“Dia kenapa, Di? Kenapa?” Si Gadis tambah cemas. Dia ditu.. ditusuk orang, Kak. Sekarang di luar, barusan Edi bawa
pa…pakai becak ke… sini.”
22
“Perempuan muda itu merasa dengkulnya lemas. Kejadian ketiga dalam bulan ini. Uang tabungannya sudah ludes untuk biaya sehari-hari
sekolah anak-anak, ditambah biaya rumah sakit. Sudah lama sebetulnya
21
Ibid., h. 2-3.
22
Ibid, h. 119.