Kedua kutipan tersebut menunjukkan sikap disiplin diri pada tokoh Gadis, selama menetap di pesantren Gadis mampu menahan dirinya untuk menjadi
pribadi yang lebih sabar dan tidak sombong yang berarti Gadis tidak mengikuti kehendak hatinya untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Kedatangan Gadis
di pesantren menuntut ia untuk melakukan hal-hal yang baik, seperti Gadis menjadi rajin sholat dan ia lebih bersikap simpati terhadap orang lain. Jika
melihat kutipan terakhir pada bagian disiplin diri, pengarang menyiratkan pesan moral agama berupa sikap disiplin dalam menjalankan ibadah kepada
Allah yang tergambarkan melalui tokoh Gadis dengan usahanya untuk rajin dalam melaksanakan sholat.
6. Suka menolong
Sikap suka menolong adalah keikhlasan dalam membantu sesama, sikap suka menolong dalam cerita ini tidak hanya tergambarkan melalui sikap para
tokoh. “Belakangan lelaki itu menawarkan keinginannya membeli seluruh
tanah di pulau dari penduduk asli. Tidak ada yang keberatan, tidak juga dari kalangan ulama, karena Teungku Budiman, begitu mereka biasa
menyebutnya, sudah berbuat banyak. Apalagi dalam kontrak jual beli disebutkan bahwa penduduk bisa tetap tinggal, bahkan bekerja di
perkebunan milik Teungku.”
69
“Tidak hanya itu, Teungku juga mengumpulkan para tenaga ahli yang benar-benar menguasai bidangnya. Termasuk dokter Aulia dan beberapa
dokter lain yang bertugas di klinik. Mereka membuka Puskesmas bagi masyarakat dan klinik rehabilitasi ketergantungan obat bagi pendatang.
Kecuali mereka yang bertugas di sini benar-benar perpaduan kecerdasan dan ketulusan, pasti banyak subsidi dan hal-hal lain yang dilakukan
Teungku Budiman, untuk membuat para staf ahli tersebut bertahan di pulau
seterpencil ini.”
70
Dari dua kutipan tersebut menggambarkan kebaikan Teungku Umar dalam menolong masyarakat di sekitar pesantren, keinginannya untuk menolong
69
Ibid, h. 20.
70
Ibid, h. 76.
secara ikhlas juga terlihat pada sikap Umar yang tidak menunjukkan identitasnya dalam menolong masyarakat. Seluruh bantuannya ia atas namakan
oleh Teungku Budiman karena bayangan riwayat kejahatannya di masa lalu membuatnya merasa bersalah, dengan membangun sekolah untuk anak-anak,
memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat, dan membuat pesantren sebagai tempat pusat rehabilitasi bagi anak-anak muda yang bermasalah Umar
merasa hidupnya lebih berguna karena dapat membantu orang lain. “Pada detik-detik kritis, sepasang tangan Teungku Hasan menariknya
menajuh. Menyelamatkan dari api yang berkobar. Tak urung, sebelah tangan Umar sempat terluka bakar. Beberapa waktu ia pingsan tak
sadarkan diri.
Setelah kejadian malam itu, jalan hidupnya berubah. Bersama Teungku Hasan ia menemukan titik balik. Umar hijrah”
71
Kutipan tersebut menggambarkan sikap penolong Teungku Hasan ketika ia menolong Umar yang hendak bunuh diri karena depresi memikirkan semua
keluarganya yang telah meninggal dalam peristiwa kebarakan. Setelah kejadian usaha bunuh diri tersebut, Teungku Hasan menolong dan merawat Umar. Dari
Teungku Hasan, Umar banyak belajar dan mampu mengubah dirinya menjadi pemuda yang bertanggung jawab dan dermawan. Di bawah ini merupakan sikap
suka menolong yang tergambarkan pada tokoh Gadis. “Perempuan muda itu merasa dengkulnya lemas. Kejadian ketiga dalam
bulan ini. Uang tabungannya sudah ludes untuk biaya sehari-hari sekolah anak-
anak, ditambah biaya rumah sakit.”
72
“Usia delapan belas tahun, mulai bekerja di salon seorang perias terkenal. Tiga tahun kemudian mengontrak sebuah rumah yang agak besar
dan membiarkannya terbuka bagi anak-anak jalanan yang ia temui.”
73
Dua kutipan tersebut menggambarkan sikap suka menolong tokoh Gadis yang secara ikhlas merawat dan memberikan tempat tinggal untuk anak-anak
71
Ibid, h. 127.
72
Ibid, h. 119.
73
Ibid, h. 123.
asuhnya. Sikap suka menolong Gadis dipaparkan secara jelas oleh pengarang pada kutipan, uang tabungannya ia gunakan untuk biaya sekolah dan
memberikan tempat tinggal untuk anak-anak asuhnya. Dapat dikatakan motivasi Gadis dalam bekerja selain untuk kebutuhan dirinya, Gadis juga
bekerja untuk membantu orang lain. “Cut Ana menghentikan hafalan. Perhatiannya beralih pada Rini yang
terus mengaduh-aduh. Si Gadis mengambil inisiatif. “Yan, ambil barang-barang Rini di kamar. Siap-siap ke klinik. En, kamu
cepat cari Ustadzah Hanum, siapkan kendaraan. Dan …” “Saya akan menghubungi dokter Aulia,” suara Cut Ana cepat.
Si Gadis mengangguk.”
74
Kutipan terakhir menggambarkan sikap suka menolong Gadis dan tokoh lainnya yang menjalani rehabilitasi di pesantren. Sikap tolong menolong
tersebut ditunjukkan untuk menolong Rini yang sedang merasakan sakit pada perutnya dan membawa Rini ke klinik pesantren. Sikap tolong menolong di
antara mereka sangat tinggi karena mereka saling peduli dengan keadaan sesama.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas mengenai sikap suka menolong memiliki kaitan dengan tujuan pengarang dalam menulis, yaitu mengajak
pembaca untuk berbuat kebaikan. Dalam agama Islam sikap tolong menolong dalam hal kebaikan merupakan suatu keharusan dan dapat mempererat tali
persaudaraan, jika melihat pemaparan tersebut menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan pengarang menyiratkan pesan moral agama tentang pentingnya
sikap tolong menolong antar sesama.
7. Berbelas kasih
Berbelas kasih dalam arti ikut merasakan keadaan yang tengah dialami orang lain. Berbelas kasih merupakan sisi empati karena peduli dengan keadaan
orang lain. Seperti dalam kutipan berikut;
74
Ibid, h. 153.