Sudut Pandang Penceritaan Hakikat Novel
Moral tidak identik dengan ilmu, pangkat atau keturunan, artinya tidak setiap orang bodoh, orang rendah dan dari keturunan rakyat banyak akan
bermoral rendah, kendatipun kemampuannya untuk berpikir itu terbatas. Betapa banyaknya kita melihat kejahatan, kemaksiatan, dan kemerosotan
moral terjadi di kalangan orang pandai, berpangkat tinggi dan dari keturunan bangsawan. Moral menyangkut kebaikan, orang yang tidak baik
juga disebut sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Maka, secara sederhana kita mungkin
dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi.
30
Aristoteles dalam H.Burhanuddin menjelaskan, nilai moral adalah manusia itu dalam semua perbuatannya, bagaimanapun juga mengejar
sesuatu yang baik.
31
Nilai moral tidak boleh berlawanan atau bertentangan dengan agama yang dianutnya, maka pendidikan moral tidak bisa
dipisahkan dari pendidikan agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang tokoh dalam novel yang ditulis pengarang Rusia termasyhur, Dostoyevski: “Seandainya Allah tidak ada,
semuanya diperbolehkan”.
32
Oleh karena itu, karena hidup berpegang teguh pada ajaran agama yang berasal dari Allah maka setiap perilaku ada batasan
yang dikatakan baik atau buruk yang sering disebut perilaku bermoral atau tidak bermoral.
Pengaruh agama dengan sendirinya membina budi pekerti dan membina otak, bagi orang yang sama sekali tidak pernah mendapatkan didikan dan
ajaran agama ataupun tidak pernah mempelajari agama itu sendiri, maka kebiasaan hidupnya dengan sendirinya tidak dilandasi oleh ajaran-ajaran
30
Al. Purwa Hadiwardoyo MSF, Moral dan Masalahnya Yogyakarta: Kanisius, 1990, h.13.
31
Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, h. 31.
32
K. Bertens, Etika Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 38.
agama. Beragama, berarti bersedia hidup sesuai dengan ajaran dan tuntunan dari agama itu.
Nilai moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja dan tindakan yang berkaitan dengan nilai baik-buruk yang
berlaku di masyarakat. Tindakan yang bersifat moral adalah tindakan yang menjunjung nilai pribadi manusia dan masyarakat. Tindakan yang
menjunjung nilai manusia adalah semua tindakan yang menjaga dan menjamin kelangsungan hidup manusia.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia, sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk
petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu
tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik.
33
Nilai moral merupakan bagian dari pendidikan karakter, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses
pembelajaran. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai
kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro mengemukakan, moral dalam cerita
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan
lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
34
Hal tersebut merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan, ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditampilkan atau ditemukan
modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita melalui sikap atau tingkah laku tokoh-tokohnya.
33
H. Burhanuddin Salam, Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002, h. 3.
34
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 321.