bahwa ia menerima hadis diatas dari Abu Musa al-Asy’ariy dengan metode al- sama’ dengan lambing tsana, dapat dipercaya kebenarannya. Itu berarti, sanad
antara ‘Abdurrahman ibn ‘Urzab dan Abu Musa al-Asy’ariy dalam keadaan
muttashil bersambung.
9. Abu Musa al-Asy’ariy
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah ibn Qais ibn Sulaim ibn Haddar ibn Harab ibn ‘Amir ibn ‘Atar ibn Bakar ibn ‘Amir ibn ‘Adzar ibn Wail ibn
Najiyah ibn Jumahir ibn al-Asy’ariy. Kunyahnya Abu Musa al-‘Asy’ariy.
76
Abu Musa al-‘Asy’ariy selain menerima riwayat langsung dari Nabi saw juga menerima riwayat dari sahabat yang lain, di antaranya adalah Ubay
ibn Ka’ab, ‘Abdullah ibn Mas’ud, ‘Aliy ibn Abi Talib, Mu’adz ibn Jabal, dan banyak lagi yang lain-lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Aswad
ibn Yazid
an-Nakha’I, Anas
ibn Malik
al-Ansariyu, Tsabit
ibn Qais,
‘Abdurrahman ibn ‘Arzab, dan banyak lagi yang lain-lainnya.
Pendapat para ulama tentang Abu Musa al-‘Asy’ariy : a. Abu Nu’aim, Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, Qa’nab ibn al-
Muharrar, Abu Bakar dan ‘Utsman berkata : Beliau wafat pada tahun 44 H
b. Ibn Barrad menambahkan : yaitu pada bulan Dzulhijjah dalam usia mendekati 60 tahun.
77
76
Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal Beirut: Dar el-Fikri jilid 10, h.425
Keadilan Abu Musa al-‘Asy’ariy sebagai perawi hadis tidak diragukan lagi apalagi bagi jumhur ulama yang berpendapat bahwa semua sahabat adalah
adil. Oleh karena itu beliau tidak diragukan pernyataannya yang mengatakan bahwa beliau menerima riwayat hadis di atas dari Nabi SAW, terbukti bahwa
antara keduanya telah terjadi pertemuan dalam hubungan sebagai murid dan guru.
Itu berarti,
Abu Musa
al-‘Asy’ariy benar-benar
telah mendengar
langsung hadis tersebut dari Nabi SAW. Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa hadis yang sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Abu Musa al-
‘Asy’ariy dari Nabi SAW. Itu berarti pula bahwa antara Nabi SAW dan Abu Musa al-‘Asy’ariy telah terjadi persambungan periwayatan hadis.
Dengan argumen-argumen tersebut
dapat disimpulkan
bahwa sanad Imam Baihaqi yang melalui Abu Musa al-‘Asy’ariy ini seluruh periwayatnya
dalam keadaan bersambung, bersifat adil dan dhabith tsiqah. Itu berarti, hadis yang
diteliti ini
memenuhi unsur-unsur
kaidah keshahihan
sanad hadis,
sehingga natijat
kongklusinya dapat
dinyatakan bahwa
hadis yang
bersangkutan berkualitas Sahih.
3. Kriteria Persambungan Sanad Hadis
77
Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizy, Tahdzibul Kamal fi Asma’i Rijal Beirut: Dar el-Fikri jilid 10, h.429