Kriteria Persambungan Sanad Hadis

Hadis yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut di atas, terdiri dari matan dan sanad. Dalam sanad hadis termuat nama-nama periwayat dan kata-kata atau singkatan kata-kata yang menghubungkan antara masing-masing periwayat dengan periwayat yang lainnya yang terdekat. 78 Matan hadis yang sahih atau yang tampak sahih, belum tentu sanadnya sahih. Sebab boleh jadi, dalam sanad hadis itu terdapat periawayat yang tidak tsiqah ‘adil dan dabit. 79 Kriteria persambungan sanad, 80 yaitu: a. Periwayat hadis yang terdapat dalam sanad hadis yang diteliti semua berkualitas tsiqah ‘adil dan dabit. b. Masing-masing periwayat menggunakan kata-kata penghubung yang berkualitas tinggi yang disepakati oleh ulama al-Sama’, yang menunjukan adanya pertemuan antara guru dan murid. Istilah atau kata yang dipakai untuk cara al-Sama’ beragam, diantaranya: haddatsana, sami’tu, sami’na, haddatsani, akhbarana, akhbarani, ‘an dan anna. c. Adanya indikasi kuat perjumpaan antara mereka, seperti: terjadi proses guru dan murid, tahun lahir dan wafat mereka diperkirakan adanya pertemuan antara mereka atau dipastikan bersamaan dan mereka belajar dan mengabdi di tempat yang sama. 78 M. Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Hadis Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet. Ke-5, h.217 79 M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 82 80 Bustamin dan M.Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 53 Jadi, hadis yang penulis teliti tidak seluruhnya memenuhi kriteria persambungan sanad. Karena pada hadis kedua terdapat salah seorang perawi yang memiliki sifat daif lemah yaitu Ibnu Abi Sabrah, sedangkan pada hadis ketiga terdapat ketidakbersambungan sanad yang menunjukan terputusnya hubungan antara murid dan guru yaitu antara Hajjaj ibn Artah dan Yahya ibn Katsir.

BAB IV KRITIK MATAN HADIS KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN

A. Pengertian Kritik Matan

Menurut bahasa, kata matan berasal dari bahasa Arab ﻦﺘﻣ , yang artinya punggung jalan muka jalan, tanah yang tinggi dan keras. Sedangkan menurut istilah matan berarti perkataan terakhir dari sanad. 1 Matan menurut ilmu hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad saw., yang disebut sesudah habis disebutkan sanad. Matan hadis adalah isi hadis. Matan hadis terbagi tiga, yaitu ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad saw. 2 Kritik matan hadis adalah proses lanjutan dari kritik terhadap sanad hadis. Karena studi kritis terhadap sanad dan matan hadis adalah dua metodologi yang mapan dalam penentuan kualitas hadis. Dua metode ini berjalan seirama karena sama-sama membersihkan hadis dari berbagai kemungkinan yang tidak benar. Kritik sanad bertujuan untuk melihat validitas dan kapabilitas menyangkut tingkat ketaqwaan dan intelektualitas perawi hadis serta mata rantai periwayatannya, sedangkan kritik matan bertujuan untuk 1 Mahmud Thahan, Ilmu Hadis Praktis. Penerjemah Abu Fuad Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2005, h.14 2 Bustamin dan M. Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004,h.89 69 menyelidiki isi atau materi hadis. Apakah hadis itu mengandung keanehan, dari segi bahasa, rasionalitas maupun pertentangan dengan al-Qur’an. 3

B. Penelitian Kualitas Matan Hadis

Dalam hubungannya dengan status kehujahan hadis, maka penelitian sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Karena menurut ulama hadis, suatu hadis barulah dinyatakan berkualitas shahih apabila sanad dan matan hadis tersebut sama-sama berkualitas shahih. Adapun langkah-langkah metodologis kegiatan penelitian matan hadis ada tiga, yaitu: 1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya 2. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna 3. Meneliti kandungan matan Sedangkan yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas shahih adalah terhindar dari syuzuz kejangggalan dan terhindar dari ‘illat cacat. Dalam kegiatan kritik matan naqd al-matan ini, penulis akan berusaha mengikuti langkah-langkah tersebut. 3 Cecep Sumarna dan Yusuf Saefullah, Pengantar Ilmu Hadis, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004, h.99