Hadis-hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban

pada hari jumat, dan masih banyak lagi keutamaan waktu lain yang akan diungkap. Hadis-hadis yang dinukil oleh Imam Baihaqi dalam kitab ini berasal dari berbagai sumber yang terpercaya dengan penjelasan kosakata asing yang terdapat dalam matan hadis dan disertai dengan takhrij yang teliti dan cermat. Sehingga setiap lembar dari kitab ini menjadi sangat penting untuk dibaca dan kemudian diamalkan untuk menambah perbendaharaan amal baik kita di akhirat kelak.

D. Hadis-hadis Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban

Adapun hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Fadhail al-Awqaat, yang penulis teliti dalam pembahasan skripsi ini ada tiga hadis: ١ - ﻆﻓﺎﺤﻟا ﷲاﺪﺒﻋ ﻮﺑأ ﺎﻧﺮﺒﺧأ , ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ قﺎﺤﺳإ ﷲاﺪﺒﻋ ﻮﺑأ و ﻒﺳﻮﯾ ﻦﺑ ﻦﺴﺤﻟا ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺮﻜﺑ ﻮﺑأ و ساﻮﺴﻟا , اﻮﻟﺎﻗ : ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ سﺎﺒﻌﻟا ﻮﺑأ ﺎﻧﺮﺒﺧأ بﻮﻘﻌﯾ , لﺎﻗ : ﻲﻘﺸﻣﺪﻟا ﺪﻤﺼﻟاﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﺪﯾﺰﯾ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ , لﺎﻗ : مﺎﺸھ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ﺪﻟﺎﺧ ﻦﺑ , لﺎﻗ : ﺣ ﻦﺑ ﺔﺒﺘﻋ ﻮھ و ﺪﯿﻠﺧ ﻮﺑأ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ دﺎﻤ , ﻲﻋازوﻷا ﻦﻋ , ﻦﺑاو ﺖﺑﺎﺛ ﺑ ﻦﻤﺣﺮﻟاﺪﺒﻋ ﻮھو ﻦ نﺎﺑﻮﺛ ﻦﺑ ﺖﺑﺎﺛ , ﮫﯿﺑأ ﻦﻋ , لﻮﺤﻜﻣ ﻦﻋ , ﻚﻟﺎﻣ ﻦﻋ ﺮﻣﺎﺨﯾ ﻦﺑ , ﻞﺒﺟ ﻦﺑ ذﺎﻌﻣ ﻦﻋ , ْﻦَﻋ ﻲﺒﻨﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﻢﱠﻠَﺳَو َلﺎَﻗ ُﻊِﻠﱠﻄَﯾ ﷲا ﻰَﻟِإ ﻰﻟﺎﻌﺗ و كرﺎﺒﺗ ِﮫِﻘْﻠَﺧ ﻲِﻓ ِﺔَﻠْﯿَﻟ ِﻒْﺼﱢﻨﻟا ْﻦِﻣ َنﺎَﺒْﻌَﺷ , ِﻔْﻐَﯿَﻓ ُﺮ ِﻊﯿِﻤَﺠِﻟ ِﮫِﻘْﻠَﺧ ﺎﱠﻟِإ ٍكِﺮْﺸُﻤِﻟ ْوَأ ٍﻦِﺣﺎَﺸُﻣ Dari Mu’adz ibn Jabal, dari Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memperhatikan malam nisfu sya’ban dimana Dia akan mengampuni dosa seluruh makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik atau orang yang bermusuhan.” 21 21 Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abdullah Ishaq ibn Muhammad ibn Yusuf as-Sus dan Abu Bakar Muhammad ibn Hasan dari Abu Abbas ibn Yakub dari Yazid ibn Muhammad ibn Abdi Shamad ad-Dimasyqi bahwa Hisyam ibn Khalid menuturkan dari Abu ٢ - ﺪﻤﺤﻣ ﻮﺑأﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ﷲاﺪﺒﻋ ﻲﻧﺎﮭﻔﺻﻷا ﻒﺳﻮﯾ ﻦﺑ , لﺎﻗ : قﺎﺤﺳإ ﻮﺑأ ﺎﻧﺮﺒﺧأ ساﺮﻓ ﻦﺑ ﺪﻤﺣأ ﻦﺑ ﻢﯿھاﺮﺑإ ﻲﻜﻤﻟا , ﻎﺋﺎﺼﻟا ﺪﯾز ﻦﺑ ﻲﻠﻋ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ , لﺎﻗ : ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ُﻦَﺴَﺤْﻟا ُﻦْﺑ ﱟﻲِﻠَﻋ , لﺎﻗ : ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ ُﺪْﺒَﻋ ِقاﱠزﱠﺮﻟا , لﺎﻗ : ﺎﻧﺮﺒﺧأ ُﻦْﺑا َأ ﻲِﺑ َةَﺮْﺒَﺳ , ْﻦَﻋ َﻢﯿِھاَﺮْﺑِإ ِﻦْﺑ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ , ْﻦَﻋ َﺔَﯾِوﺎَﻌُﻣ , ْﻦَﻋ ِﺪْﺒَﻋ ﷲا ِﻦْﺑ ٍﺮَﻔْﻌَﺟ , ْﻦَﻋ ِﮫﯿِﺑَأ , ْﻦَﻋ ﱢﻲِﻠَﻋ ِﻦْﺑ ﻲِﺑَأ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ٍﺐِﻟﺎَﻃ َلﺎَﻗ : َلﺎَﻗ ُلﻮُﺳَر ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﻢﱠﻠَﺳَو اَذِإ َنﺎَﻛ ُﺔَﻠْﯿَﻟ ِﻒْﺼﱢﻨﻟا ْﻦِﻣ َنﺎَﺒْﻌَﺷ اﻮُﻣﻮُﻘَﻓ ﺎَﮭﺘَﻠْﯿَﻟ ﺎَﮭﻣﻮﯾ اﻮُﻣﻮُﺻَو , ﱠنِﺈَﻓ ﷲا ُلﻮُﻘَﯾ ﻰﻟﺎﻌﺗ و كرﺎﺒﺗ : ﺎَﻟَأ ﺮِﻔْﻐَﺘْﺴُﻣ َﺮِﻔْﻏَﺄَﻓ ُﮫَﻟ , ﺎَﻟَأ ٌقِزْﺮَﺘْﺴُﻣ ُﮫَﻗُزْرَﺄَﻓ , ﺎَﻟَأ ﮫﯿﻄﻋﺄﻓ ﻞﺋﺎﺳ , ﺎَﻟَأ اَﺬَﻛ , ﻰﱠﺘَﺣ َﻊُﻠْﻄَﯾ ُﺮْﺠَﻔْﻟا Dari Ali ibn Abu Thalib berkata: Rasulullah saw bersabda: “Apabila malam nisfu Sya’ban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Karena, sesungguhnya Allah SWT berseru, ‘Siapa yang meminta ampun pada malam ini, niscaya Aku akan mengampuninya; siapa yang meminta rezeki pada malam ini, niscaya Aku akan memberinya rezeki; siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku pada malam ini, niscaya Aku akan mengabulkan permintaannya; siapa yang meminta ini dan itu, niscaya Aku akan memberinya apa yang ia minta, hingga terbit fajar.” 22 ٣ - ﻆﻓﺎﺤﻟا ﷲاﺪﺒﻋ ﻮﺑأ ﺎﻧﺮﺒﺧأ , لﺎﻗ : بﻮﻘﻌﯾ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ سﺎﺒﻌﻟا ﻮﺑأ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ , لﺎﻗ : ﻲﻧﺎﻐﺼﻟا قﺎﺤﺳإ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ , لﺎﻗ : دﻮﺳﻷا ﻮﺑأ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ يﺮﺼﻤﻟا , لﺎﻗ : ﺔﻌﯿﮭﻟ ﻦﺑا ﺎَﻨَﺛﱠﺪَﺣ , ﻢﯿﻠﺳ ﻦﺑ ﺮﯿﺑز ﻦﻋ , ﻦﺑ كﺎﺤﻀﻟا ﻦﻋ ﻦﻤﺣﺮﻟاﺪﺒﻋ , ْﻦَﻋ ِﮫﯿِﺑَأ , لﺎﻗ : ﺎﺑأ ﺖﻌﻤﺳ لﻮﻘﯾ يﺮﻌﺷﻷا ﻰﺳﻮﻣ : ﺖﻌﻤﺳ َلﻮُﺳَر ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ِﮫْﯿَﻠَﻋ لﻮﻘﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو : ﺎﻨﺑر ُلِﺰْﻨَﯾ ﻰَﻟِإ ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا ﺎَﯿْﻧﱡﺪﻟا ﻲِﻓ ْﻦِﻣ ِﻒْﺼﱢﻨﻟا َنﺎَﺒْﻌَﺷ , ُﺮِﻔْﻐَﯿَﻓ ضرﻷا ﻞھَﺄِﻟ , ﺎﱠﻟِإ ٍكِﺮْﺸُﻣ ْوَأ ٍﻦِﺣﺎَﺸُﻣ Abu Musa al-Asy’ari berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tuhan kita turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban untuk memberi ampunan kepada seluruh penduduk bumi kecuali orang musyrik dan orang yang meninggalkan persatuan umat.” 23 Khulaid-Utbah ibn Hammad-dari Auza’I dan Ibnu Tsabit- Abdurrahman ibn Tsabit ibn Tasuban dari ayahnya dari Makhul, dari Malik ibn Yakhamir . 22 Dari Abu Ishaq Ibrahim ibn Ahmad ibn Firas al-Makki, dari Muhammad ibn Ali ibn Zaid ash-Shaigh, menuturkan hasan ibn Ali dari Abdur Razaq, dari ibnu Sabrah, dari Ibrahim ibn Muhammad, dari Mu’awiyah, dari Abdullah ibn Ja’far, dari ayahnya. 23 Abu Abdullah al-Hafizh menuturkan dari Abu Abbas Muhammad ibn Ya’kub, dari Muhammad ibn Ishaq ash-Shagani, dari Abu Aswab al-Miishri, dari Ibnu Lahi’ah, dari Zubair ibn Salim dari Dhahhak ibn Abdurrahman dari ayahnya.

BAB III KRITIK SANAD KEUTAMAAN MALAM

NISFU SYA’BAN

A. Melakukan Takhrij Hadis

Secara etimologis, takhrij ﺞﯾﺮﺨﺗ berasal dari kata kharroja جﺮﺧ yang berarti tampak atau jelas. Sedangkan secara terminologis, takhrij menurut ahli hadis berarti bagaimana seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu hadis dengan sanadnya sendiri. 1 Jadi takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang mana di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan. Kegiatan takhrij hadis bagi seorang peneliti hadis sangatlah penting, tanpa melakukannya maka akan sulit diketahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti. 2 Dan takhrij hadis tersebut bertujuan untuk menunjukan sumber hadis-hadis dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. 3 Dengan demikian, ada beberapa hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij hadis dalam melaksanakan penelitian hadis, yaitu: 1. Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti. 2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti 1 Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, Semarang: Bina Utama 1994, h.2 2 M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h.43-45 3 Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, h.4 24 3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada sanad yang akan diteliti. 4 4. Untuk memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal di mana suatu hadis berada beserta ulama yang meriwayatkannya. 5. Untuk menambah perbendaharaan sanad hadis-hadis melalui kitab- kitab yang ditunjukinya. 6. Untuk memperjelas keadaan sanad 7. Untuk memperjelas hukum hadis dengan banyak riwayatnya itu 8. Untuk mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadis 9. Untuk memperjelas perawi hadis yang samar, karena terkadang kita dapati seorang perawi yang belum ada kejelasan namanya. 10. Untuk dapat menafikan pemakaian “AN” dalam periwayatan hadis oleh seorang perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata yang jelas ketersambungan sanadnya, maka periwayatan yang memakai “AN” tadi akan tampak pula ketersambungan sanadnya. 11. Untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat. 12. Untuk dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena kemungkinan saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar. Dengan adanya sanad yang lain, maka nama perawi itu akan menjadi jelas. 13. Untuk memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad. 4 M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi SAW, h. 45-50