Model Pembelajaran Berpikir Induktif

yang telah dikelompokkan dan diberi nama pada tahap I. Selanjutnya pada fase kedua, siswa diminta untuk menjelaskan atau menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi tersebut misalnya dengan meminta siswa untuk menghubungkan hal yang satu dengan yang lain atau menentukan hubungan sebab-akibat dari hubungan tersebut. Sedangkan pada fase ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh pada fase-fase sebelumnya. Seperti halnya pada tahap I dan II, pada tahap III juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama siswa diminta untuk memprediksikan pengaruh atau akibat yang akan terjadi, menjelaskan data-data yang lebih luas, atau membuat hipotesis. Pada fase kedua, siswa mencoba untuk menjelaskan hipotesis yang telah mereka buat, dan pada fase ketiga merupakan proses untuk menguji ramalan atau hipotesis. Pada fase ketiga ini, siswa diminta untuk membuat kesimpulan secara menyeluruh dari tahap pertama sampai pada tahap terakhir. Ketika siswa mengalami proses informasi pada semua tahap, terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat diamati dan sejumlah operasi mental yang tidak dapat diamati. Misalnya, seorang siswa dapat menyebutkan pengertian getaran. Kegiatan siswa dalam menyebutkan suatu pengertian getaran dapat diamati. Tahap proses mental siswa sehingga dapat menyebutkan pengertian getaran tidak dapat diamati. Untuk memunculkan kegiatan siswa dapat teramati dan operasi mental siswa yang tidak dapat teramati. Taba mengidentifikasi pertanyaan- pertanyaan yang dapat diajukan oleh guru selama proses pembelajaran yaitu sebagai berikut. Tabel 2.1 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap pembentukan konsep Joyce dan Weil, 1972: 126 No Kegiatan yang teramati Operasi mental yang tidak teramati Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru 1. Menyebutkan dan membuat daftar Membedakan Apa yang kamu lihatdengarcatat? 2. Mengelompokkan Mengidentifikasi sifat-sifat yang sama Apa yang sama? Apa kriterianya? 3. Membuat nama dan mengkategorikan Menentukan urutan secara hierarki dari butir-butir informasi Bagaimana kita menyebutkan kelompok itu? Tabel 2.2 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap interpretasi data Joyce dan Weil, 1972: 126 N o Kegiatan yang teramati Operasi mental yang tidak teramati Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru 1. Mengidentifikasi butir-butir informasi Membedakan Apa yang kamu amatiperhatikantemukan? 2. Menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi Menghubungkan kategori yang satu dengan yang lain, menentukan sebab dan akibat dari hubungan tersebut Mengapa hal itu terjadi? 3. Membuat kesimpulan Menentukan implikasi dan meramalkan Apa artinya? Apa gambaran yang tercipta dalam pikiran kamu? Apa kesimpulannya? Tabel 2.3 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap aplikasi prinsip Joyce dan Weil, 1972: 126 N o Kegiatan yang teramati Operasi mental yang tidak teramati Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru 1. Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis Menganalisis masalah atau keadaan, mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan Apa yang akan terjadi jika…? 2. Menjelaskan danatau mendukung prediksi atau hipotesis Menentukan hubungan sebab-akibat untuk membuat prediksi atau hipotesis Mengapa kamu berpikir atau berpendapat hal itu akan terjadi? 3. Menguji prediksi hipotesis Menggunakan prinsip yang logis atau fakta ilmu pengetahuan untuk menentukan kondisi yang sesuai dan dibutuhkan Apa yang dapat kamu generalisasikan atau dianggap benar? Melalui proses bertanya, guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir atau aspek kognitif siswa. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor cara-cara siswa mengalami proses informasi, menentukan siswa untuk menerima pengalaman, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memproses data ke dalam susunan yang lebih sistematis. Dalam peranannya tersebut guru dapat menggunakan berbagai cara, tidak hanya melalui mengajukan pertanyaan, tetapi dapat juga memberi komentar atau tanggapan, membimbing diskusi kelas, dan mendengarkan penjelasan siswa. Jadi jelas bahwa dalam model pembelajaran berpikir induktif, siswa secara aktif terlibat dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Melalui bimbingan guru, siswa dituntun untuk dapat menemukan kesimpulan sebagai penerapan hasil belajar melalui tahapan pembentukan konsep, interpretasi data, dan aplikasi prinsip. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran berpikir induktif, guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Taba Nana Syaodah dalam Eko Warimun, 1997 dalam rangka pengembangan kurikulum dan strategi belajar mengajar terhadap sejumlah guru sekolah dasar yang terlatih antara lain disimpulkan bahwa aktivitas guru berupa kegiatan meminta informasi, meminta penjelasan, meminta generalisasi, meminta pemikiran konkret dan pemikiran abstrak dari siswa, dan memberikan sumbangan nyata terhadap perkembangan keterampilan kognitif siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran berpikir induktif menurut Warimun 1997 adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan. b. Dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antara siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir. c. Mengajarkan siswa berpikir kritis karena selau dipancing untuk mengeluarkan ide-ide. d. Melatih siswa belajar bekerja sistematis. e. Memotivasi siswa dalam kegiatan belajar karena melalui model pembelajaran berpikir induktif siswa diberikan tantangan untuk menafsirkan data eksperimen. 16 2. Kekurangan a. Membutuhkan banyak waktu. 16 National Science Teacher Association NSTA. The Many Faces of Inductive Teaching and Learning. International Journal of Inductive Teaching and Learning. Vol. 36. No. 5. MarchApril 2007. b. Sukar menentukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda.

4. Hubungan Model Pembelajaran Berpikir Induktif dan Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran, guru memiliki tugas untuk mendorong, membimbing, dan memfasilitasi siswa dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, guru juga berperan dalam mengembangkan kemampuan intelektual siswa sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan dalam mentransformasi informasi secara aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Oleh sebab itu, diperlukn adanya pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hubungan antara model pembelajaran induktif dengan hasil belajar dapat diuraikan dalam tabel 2.4 Tabel 2.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Berpikir Induktif dan Hasil Belajar yang Diteliti Sintaks Model Pembelajaran Induktif Kegiatan yang Teramati Operasi Mental yang Tidak Teramati Aspek Kognitif Tahap I : Pembentukan Konsep a. Mengidentifikasi dan menyebutkan satu persatu data yang relevan pada suatu topik atau masalah b. Mengelompokka n item-item dalam kategori c. Mengkategorikan dan memberi Menyebutkan dan membuat daftar Mengelompokka n Membuat nama dan Membedakan Mengidentifikas i sifat-sifat yang sama Menentukan urutan secara hierarki dari - Mengingat C 1 - Memahami C 2 - Memahami C 2 - Memahami C 2 nama pada kategori tersebut menkategorikan butir-butir informasi Tahap II : Interpretasi Data a. Mengidentifikasi butir-butir informasi yang diidentifikasi b. Menerangkan butir-butir informasi yang telah didentifikasi c. Membuat kesimpulan Mengidentifikasi butir-butir informasi Menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi Membuat kesimpulan Membedakan Menghubungka n kategori yang satu dengan yang lain Menentukkan sebab dan akibat dari hubungan tersebut. Membuat implikasi dan meramalkan - Memahami C 2 - Memahami C 2 - Memahami C 2 - Menganalisis C 4 Tahap III : Aplikasi Prinsip a. Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis b. Menjelaskan dan mendukung hipotesis c. Menguji ramalan atau hipotesis Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis Menjelaskan dan mendukung hipotesis Menguji prediksi atau hipotesis Menganalisis masalah, mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan Menentukan hubungan untuk membuat hipotesis Menggunakan prinsip logis atau fakta ilmu pengetahuan untuk menentukan kondisi yang sesuai dan dibutuhkan - Memahami C 2 - Menganalisis C 4 - Memahami C 2 - Mengaplikasika n C 3 - Menganalisis C 4 - Memahami C 2 - Mengaplikasika n C 3 - Menganalisis C 4

5. Model Pembelajaran Direct Instruction

Model pembelajaran Direct Instruction merupakan sebuah model pembelajaran yang berpusat pada guru. Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Pada model pembelajaran direct instruction terdapat lima fase yang sangat penting. Lima aktivitas model pengajaran tersebut terdiri dari :

a. Orientasi

Pada tahap ini, kerangka kerja pelajaran dibangun. Selama tahap ini guru menyampaikan tujuan dan keinginannnya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran dan menentukan tanggung jawab siswa. Untuk mencapai tujuan dari tahap ini, ada langkah penting yang harus dilakukan guru yakni 1 guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat performa dalam praktek; 2 guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya; 3 guru mendiskusikan prosedur- prosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas-aktivitas berlangsung.

b. Presentasi Demonstrasi

Pada tahap presentasi ini guru menjelaskan konsep atau keahlian baru dan memberikan pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian dan beberapa contoh. Jika materinya merupakan konsep baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkah- langkah untuk memiliki konsep tersebut dengan menyajikan contoh di setiap langkah. Kesalahan umum pada bagian ini adalah terlalu sedikitnya pemeragaan yang disajikan. Pada kasus apa pun, akan sangat membantu jika guru mentransfer informasi materi baru, baik secara lisan maupun secara visual, sehingga siswa akan memiliki dan dapat mempelajari representasi visual sebagai referensi dalam awal pembelajaran. Tugas lain guru dalam tahap ini adalah menguji apakah siswa telah memahami informasi baru sebelum mereka mengaplikasikannya dalam tahap praktek. Menguji yang dimaksudkan adalah siswa diharuskan mengingat dan memperhitungkan informasi yang baru saja mereka pelajari.

c. Praktek Terstruktur

Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktek dan langkah-langkah di dalamnya. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respons balik terhadap respons siswa, baik untuk menguatkan respons yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa praktek yang tepat. Jika guru telah mampu menjalankan fungsi tersebut dengan baik dan bisa memberikan contoh praktek yang benar, bisa dipastikan bahwa siswa akan mampu memahami segala langkah dalam praktek sehingga mereka bisa mengandalkan pengetahuan tersebut sebagai referensi utama sebelum menjalani tahap praktek semi-independen.

d. Praktek Dibawah Bimbingan

Pada tahap ini guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktek dengan kemauan mereka sendiri. Praktek dibawah bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membantu meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa, dan jika dibutuhkan, memberikan respons yang korektif ketika dibutuhkan.

e. Praktek Mandiri

Praktek ini dimulai saat siswa telah mencapai level akurasi 85 hingga 90 persen dalam praktek dibawah bimbigan. Tujuan dari praktek mandiri adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktek-praktek sebelumnya. Dalam praktek mandiri, siswa melakukan