rendah. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional belum cukup efektif untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis
siswa. 3. Kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Collaborative Problem Solving lebih tinggi dibandingkan rata- rata kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh Z
hitung
-3,149 kurang dari Z
tabel
-3,149 -1,64, berarti Z
hitung
berada pada daerah penolakan H . Nilai rata-rata kemampuan representasi
matematis siswa eksperimen yang lebih tinggi 14,9 angka dari nilai rata-rata kemampuan representasi kelas kontrol. Secara keseluruhan, persentase skor
kemampuan representasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol pada setiap indikatornya. Selisih tertinggi terdapat pada indikator
representasi berupa ekspresi matematis dengan persentase sebesar 25. Dengan demikian, model pembelajaran Collaborative Problem Solving lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini:
1. Bagi guru a. Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran Collaborative Problem
Solving mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan oleh guru. b. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mendesain bahan ajar berupa
LKI dan LKK yang lebih menarik dan konstruktif, dengan upaya tersebut diharapkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika tinggi
sehingga kemampuan matematis siswa dapat berkembang.
c. Diperlukan manajemen waktu seefektif mungkin agar setiap tahapan dalam pembelajaran Collaborative Problem Solving dapat dilaksanakan
secara maksimal. 2. Bagi Sekolah
a. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak sekolah diharapkan mulai menganjurkan guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran
yang lebih inovatif agar proses pembelajaran lebih bermakna dan berbagai kemampuan matematis siswa dapat ditingkatkan sehingga kualitas
pendidikan matematika di sekolah tersebut juga dapat meningkat. b. Sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan bagi guru-guru mengenai
model-model pembelajaran terkini yang lebih konstruktif dan inovatif untuk memperkaya pengetahuan mereka mengenai hal tersebut.
3. Bagi Peneliti a. Hasil analisis terhadap 37,93 siswa kelas eksperimen yang memperoleh
nilai dibawah rata-rata gabungan 53,29 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang
melibatkan ekspresi matematis. Sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menerapkan pembelajaran Collaborative Problem
Solving dengan lebih optimal dan menyajikan permasalahan-permasalahan yang lebih variatif terutama permasalahan yang melibatkan ekspresi
matematis. b. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk melalukan tes awal
mengenai kecenderungan gaya belajar dari masing-masing siswa untuk mengetahui indikator representasi mana yang paling signifikan dapat
dikembangkan oleh model pembelajaran Collaborative Problem Solving.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Ariyanti, Devi, dkk., “Kemampuan Representasi Matematis Menurut Tingkat Kemampuan Siswa pada Materi Segi Empat di SMP”, Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, Vol. 2 No.1, Portal Garuda, 2013. Tersedia Online: http:jurnal.untan.ac.idindex.phpjpdpbarticledownload812pdf. Diakses
pada 20 April 2014
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah,
Jakarta: BSNP,
2006, Tersedia
online: http:matematika.upi.eduwp-contentuploads201302Buku-Standar-Isi-
SMP.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2013 Barron, Brigid, “Achieving Coordination in Collaborative Problem-Solving
Groups”, The Journal of the Learning Science, Vol. 9 No. 4, tt. p.: Lawrence Erlbaum Associates, 2000.
Casalini, Maria Clara, et al., “A Process Model for Collaborative Problem Solving
in Virtual Communities of Practice”, dalam Camarinha Matos, L., Afsarmanesh, H., Ollus, M. eds, IFTP International Federation of
Information Processing, Vol. 224, Network-Centric Collaboration and Supporting
Fireworks, Boston:
Springer, .
Tersedia online:
https:iist.unu.edusitesiist.unu.edufilesbibliotj-pub-34.pdf. Diakses pada 20 Agustus 2013
Creswell, John W., Educational Research Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research, Boston: Pearson Education, Inc.,
Fourth Edition, 2012. Dillenbourg, P., “What Do You Mean by ‘Collaborative Learning’?”, dalam P.
Dillenbourg ed, Collaborative-learning: Cognitive and Computational Approaches, Oxford: Elsevier, 1999.
Effendi, Leo Adhar, “Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan
Masalah Siswa”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 2, Portal Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia,
2011. Tersedia
Online: http:jurnal.upi.edufileLeo_Adhar.pdf. Diakses pada 31 Juli 2013
Gagatsis, Athanasios and Iliada Elia, “The Effects Of Different Modes Of Representation On Mathematical Problem Solving”, Proceedings of the 28
th