Indikator Kemampuan Representasi Matematis

menghadapi suatu tantangan. Greene mengembangkan pendekatan ini dalam hal perkembangan psikologi anak. Dalam dunia pendidikan, Nelson mengemukakan bahwa Collaborative Problem Solving merupakan kombinasi antara dua pendekatan pembelajaran, yaitu pembelajaran kerja sama dan pembelajaran berbasis masalah. Kedua pembelajaran ini sebenarnya memungkinkan untuk menciptakan lingkungan belajar kolaboratif, namun tidak komprehensif. 17 Lingkungan belajar yang mendukung siswa untuk berkolaborasi secara natural dan efektif sangat penting untuk didesain agar mereka dapat mengembangkan pengetahuan melalui pengalamannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibuatlah desain pembelajaran Collaborative Problem Solving yang didukung oleh kegiatan pemecahan masalah siswa dimana siswa dapat melakukan kesepakatan, didasarkan pada proses kolaboratif alami mereka masing-masing. Menurut Djamilah, langkah pembelajaran kolaboratif berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran diawali dengan pemberian masalah yang menantang; 2. Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan merancang penyelesaian permasalahan tersebut secara individu sebelum mereka belajar dalam kelompok; 3. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang untuk mengklarifikasi pemahaman mereka, mengkritisi ide teman dalam kelompoknya, membuat konjektur, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah yang diberikan, dengan cara saling beradu argumen. Setelah itu siswa menyelesaikan masalah yang diberikan guru secara individual; 4. Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang diperoleh. 18 17 Laurie Miller Nelson, “Collaborative Problem Solving”, dalam Reigeluth ed, Instructional-Design Theories and Models A New Paradigm of Instructional Theory, New York: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 1999, p. 245 18 Djamilah Bondan Widjajanti, “Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta: FMIPA UNY, 2008, h. 7, Tersedia online: http:eprints.uny.ac.id105011P13-Djamilah.pdf, diakses pada 30 Desember, jam 12.59 WIB Dillenbourg menyatakan, Collaborative Problem Solving adalah suatu kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. 19 Dalam disertasinya Wenyi Ho mengemukakan bahwa ada 4 fase dari proses Collaborative Problem Solving yaitu: 1 Memahami tugas kelompok; 2 Menyusun suatu perencanaan; 3 Melaksanakan riset individu; 4 Menentukan solusi akhir. 20 Barron berpendapat, Collaborative Problem Solving merupakan suatu pembelajaran dimana siswa dilibatkan dalam suatu project pemecahan masalah, menyelesaikan permasalahan tersebut secara bersama-sama dan saling bertukar pendapat satu sama lain ketika kerja sama berlangsung. Ia membagi prosedur Collaborative Problem Solving kedalam empat fase. 21 Fase pertama, setiap siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua, siswa mencari penyelesaian dari permasalahan tersebut di dalam kelompoknya masing- masing. Setiap kelompok diberikan workbook yang berisi berbagai pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Kemudian pada fase ketiga, semua siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang sama secara individu. Pada fase terakhir, siswa mentransfer hasil kerjanya tersebut. Dalam penelitian yang Barron lakukan, ia mengkondisikan lingkungan belajar yang mendukung siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama dan meminta siswa untuk saling mendengarkan pendapat satu sama lain ketika mereka bekerja sama dalam kelompok. Proses komunikasi antarsiswa sangat penting dalam proses pemecahan masalah secara kolaboratif untuk dapat 19 Maria Clara Casalini, Tomasz Janowski, and Elsa Estevez, “A Process Model for Collaborative Problem Solving in Virtual Communities of Practice”, dalam Camarinha Matos, L., Afsarmanesh, H., Ollus, M. eds, IFTP International Federation of Information Processing, Vol. 224, Network-Centric Collaboration and Supporting Fireworks, Boston: Springer, h. 3, Tersedia online: https:iist.unu.edusitesiist.unu.edufilesbibliotj-pub-34.pdf, diakses pada 20 Agustus 2013 jam 15.00 WIB 20 Wenyi Ho, “An Exploration of Peer Collaboration and Group Problem Solving Process in A College Problem- Based Learning Classroom”, Dissertation The Pennsylvania State University, 2008, p. 67 21 Brigid Barron, “Achieving Coordination in Collaborative Problem-Solving Groups”, The Journal of the Learning Science, Vol. 9 No. 4, Lawrence Erlbaum Associates, 2000, p. 413