Buatlah model matematikany b. Tentukan nilai

sebesar 59,77 dan kelas kontrol 50,57. Contoh jawaban dari kedua siswa baik dari kelas kontrol maupun eksperimen dapat menentukan dengan benar jenis sudut yang terbentuk tetapi berbeda dalam memberikan penjelasan alasannya. Siswa kelas kontrol sebenarnya memahami konsep pengertian jenis sudut yang sudah dipelajari, namun kurang mampu memberikan penjelasan yang menghubungkan penyelesaian dengan konsep tersebut. Ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas kontrol menghadapi kesulitan dalam merepresentasikan ide-idenya kedalam bentuk teks tertulis. Salah satu penyebabnya mungkin karena pembelajaran konvensional kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-ide siswa selama pembelajaran, sehingga mereka tidak terbiasa. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran Collaborative Problem Solving yang diterapkan selama proses pembelajaran memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan representasi matematis siswa terutama pada indikator representasi visual yang merupakan aspek penting, khususnya pada pokok bahasan Garis dan Sudut ini. Dua indikator lainnya yaitu ekspresi matematis dan teks tertulis juga pengaruhnya cukup tinggi. Persentase rata-rata skor kelas eksperimen pada ketiga aspek representasi yang diukur lebih tinggi dari kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil penelitian Suwarsih pada tahun 2013 berkaitan dengan pengaruh pendekatan kontekstual strategi REACT terhadap kemampuan representasi pada siswa kelas VIII di SMP Islam Ruhama dengan jumlah sampel kelas eksperimen 33 siswa, juga memperoleh skor tertinggi pada indikator representasi visual dengan persentase sebesar 68,75. Persentase yang diperoleh ini masih lebih rendah daripada skor representasi visual yang diajar dengan menggunakan Collaborative Problem Solving yang memperoleh persentase sebesar 69,83, meskipun selisihnya tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Collaborative Problem Solving lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan representasi visual siswa daripada pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT. Namun pada dua indikator lainnya yaitu ekspresi matematis dan teks tertulis, persentase yang diperoleh siswa yang diajar dengan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan Collaborative Problem Solving. Selisih terbesar terdapat pada indikator teks tertulis, siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual strategi REACT memperoleh persentase skor sebesar 68,68 sedangkan dengan pembelajaran Collaborative Problem Solving persentase yang diperoleh sebesar 59,77. Sementara pada indikator ekspresi matematis perbedaan persentase yang diperoleh diantara keduanya hanya sedikit. Siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual strategi REACT memperoleh persentase sebesar 60,98, sedangkan dengan pembelajaran Collaborative Problem Solving persentase yang diperoleh sebesar 59,91. Besarnya pengaruh model pembelajaran Collaborative Problem Solving juga bisa dilihat dari nilai rata-rata kemampuan representasi matematis yang diperoleh kelas eksperimen yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol dengan selisih yang cukup jauh sebesar 14,90. Nilai rata-rata gabungan kedua kelas adalah 53,29. Ini artinya pembelajaran Collaborative Problem Solving dapat meng-upgrade nilai rata-rata kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional sebesar 7,45 poin, dari 45,84 menjadi 53,29. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi 7,45 poin dari nilai rata-rata gabungan kedua kelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Collaborative Problem Solving memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata gabungan kedua kelas relatif banyak, khususnya pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada posttest. Untuk mengetahui kecenderungan kesulitan pada siswa kelas ekspeimen dan kelas kontrol yang memperoleh nilai di bawah rata-rata gabungan kedua kelas, maka peneliti melakukan analisis terhadap hasil posttest siswa-siswa tersebut. Persentase skor kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai rata-rata gabungan disajikan pada tabel 4.7 berikut.