Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas

pengujian yang digunakan yaitu jika artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen lampiran 24, diperoleh harga , sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi- Square diperoleh untuk jumlah sampel 29 dan taraf signifikansi 5. Karena harga lebih dari harga , maka ditolak, artinya data pada kelas eksperimen berasal dari polpulasi yang berdistribusi tidak normal. 2 Uji Normalitas Kelas Kontrol Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol lampiran 25 diperoleh harga , sedangkan dari tabel harga kritis diperoleh untuk jumlah sampel 29 dan taraf signifikansi 5. Karena harga kurang dari , maka diterima, artinya data pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Kemampuan Representasi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas N Taraf Signifikan Kesimpulan Eksperimen 29 0,05 13,28 7,81 Populasi data tidak berdistribusi normal Kontrol 29 0,05 6,99 7,81 Populasi data berdistribusi normal

2. Uji Hipotesis Statistik

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh kesimpulan bahwa data dari kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, sedangkan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pada pengujian hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non-parametrik. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji Mann Whitney uji “U” untuk sampel besar. Pengujian hipotesis diawali dengan menggabungkan data nilai posttest dari kedua kelas kemudian memberikan rangking dari nilai terbesar hingga nilai terkecil untuk setiap data, dan selanjutnya dilakukan perhitungan statistik dengan uji Mann Whitney. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Z hitung sebesar -3,149 lampiran 26. Berdasarkan tabel Z dengan taraf signifikansi 5 diperoleh Z tabel sebesar -1,64. Secara ringkas hasil perhitungan uji Mann whitney dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Mann Whitney N Taraf Signifikan U hitung Z hitung Z tabel Kesimpulan 58 0,05 218 -3,149 -1,64 Tolak Dari tabel terlihat bahwa maka berada di daerah penolakan , berikut sketsa kurvanya: Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan gambar 4.3, dapat terlihat bahwa nilai Z hitung = -3,149 kurang dari Z tabel = -1,64 sehingga Z hitung jatuh pada daerah penolakan H . Artinya kemampuan representasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis kelas kontrol. Selain itu, dari tabel Z dengan Z hitung = -3,149 menunjukkan nilai peluang Z PZ 0,0008, kurang dari yang ditetapkan . Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Collaborative Problem Solving memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan representasi matematis siswa. -1,64 -3,149 Daerah penolakan H Setelah uji hipotesis dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H ditolak dan H 1 diterima. H 1 menyatakan bahwa rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Collaborative Problem Solving lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan taraf signifikansi 5.

C. Pembahasan

Pada penelitian ini diketahui bahwa kemampuan representasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Collaborative Problem Solving lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah tersebut. Model pembelajaran Collaborative Problem Solving mendorong siswa untuk mampu merepresentasikan ide-ide matematis dari permasalahan yang diberikan. Jadi pada pembelajaran ini setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan gagasan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri karena kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa student centered. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, dimana pembelajarannya masih bersifat teacher centered, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk merepresentasikan ide-ide yang ia miliki. Model pembelajaran Collaborative Problem Solving terdiri dari empat tahapan pembelajaran, yaitu siswa diberi permasalahan, permasalahan coba dirancang penyelesaiannya secara individu terlebih dahulu, permasalahan diselesaikan secara berkelompok, dan transfer hasil kerja. Permasalahan diberikan dalam bentuk bahan ajar individu Lembar Kerja Individu dan bahan ajar kelompok Lembar Kerja Kelompok. Permasalahan yang dimaksud adalah berbagai permasalahan yang bersifat heuristik. Tahapan pertama model pembelajaran Collaborative Problem Solving adalah siswa diberikan permasalahan heuristik heuristic task. Melalui permasalahan ini, siswa diberi stimulus untuk merepresentasikan ide-ide matematis berkaitan dengan permasalahan berdasarkan pengetahuan yang ia