Collaborative Learning Model Pembelajaran Collaborative Problem Solving
Dillenbourg menyatakan, Collaborative Problem Solving adalah suatu kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.
19
Dalam disertasinya Wenyi Ho mengemukakan bahwa ada 4 fase dari proses
Collaborative Problem Solving yaitu: 1 Memahami tugas kelompok; 2 Menyusun suatu perencanaan; 3 Melaksanakan riset individu; 4 Menentukan
solusi akhir.
20
Barron berpendapat, Collaborative Problem Solving merupakan suatu pembelajaran dimana siswa dilibatkan dalam suatu project pemecahan masalah,
menyelesaikan permasalahan tersebut secara bersama-sama dan saling bertukar pendapat satu sama lain ketika kerja sama berlangsung. Ia membagi prosedur
Collaborative Problem Solving kedalam empat fase.
21
Fase pertama, setiap siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua, siswa
mencari penyelesaian dari permasalahan tersebut di dalam kelompoknya masing- masing. Setiap kelompok diberikan workbook yang berisi berbagai pertanyaan
yang mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Kemudian pada fase ketiga, semua siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang
sama secara individu. Pada fase terakhir, siswa mentransfer hasil kerjanya tersebut. Dalam penelitian yang Barron lakukan, ia mengkondisikan lingkungan
belajar yang mendukung siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama dan meminta siswa untuk saling mendengarkan pendapat satu sama
lain ketika mereka bekerja sama dalam kelompok. Proses komunikasi antarsiswa sangat penting dalam proses pemecahan masalah secara kolaboratif untuk dapat
19
Maria Clara Casalini, Tomasz Janowski, and Elsa Estevez, “A Process Model for Collaborative Problem Solving in Virtual Communities of
Practice”, dalam Camarinha Matos, L., Afsarmanesh, H., Ollus, M. eds, IFTP International Federation of Information Processing, Vol.
224, Network-Centric Collaboration and Supporting Fireworks, Boston: Springer, h. 3, Tersedia online: https:iist.unu.edusitesiist.unu.edufilesbibliotj-pub-34.pdf, diakses pada 20 Agustus
2013 jam 15.00 WIB
20
Wenyi Ho, “An Exploration of Peer Collaboration and Group Problem Solving Process in A College Problem-
Based Learning Classroom”, Dissertation The Pennsylvania State University, 2008, p. 67
21
Brigid Barron, “Achieving Coordination in Collaborative Problem-Solving Groups”, The Journal of the Learning Science, Vol. 9 No. 4, Lawrence Erlbaum Associates, 2000, p. 413
memperoleh penyelesaian optimal dari berbagai pilihan penyelesaian yang muncul.
Dalam menyelesaikan permasalahan secara berkelompok, sangat dimungkinkan adanya perbedaan pendapat dari masing-masing siswa. Oleh
karena itu, akan muncul berbagai respon ketika pertukaran pendapat ini berlangsung. Barron menyebutkan setidaknya ada lima respon yang mungkin
terjadi. 1 No respon, setelah salah satu anggota kelompok menyampaikan
pendapatnya mengenai penyelesaian masalah, anggota lainnya tidak memberikan tanggapan, baik menerima maupun menolak pendapat
tersebut. 2 Acceptances
penerimaan, yaitu
setelah salah
satu anggota
mengemukakan pendapat mengenai penyelesaian masalah, anggota lainnya dalam kelompok menyetujui dan menerima pendapat tersebut. Ini
ditandai dengan adanya respon positif baik berupa kata-kata ataupun tindakan yang mendukung dari solusi permasalahan yang diajukan.
3 Clarification klarifikasi, respon ini muncul ketika ada keraguan dari anggota kelompok lain terhadap penyelesain permasalahan yang diajukan
oleh salah satu anggota kelompoknya, sehingga diperlukan penjelasan tambahan untuk lebih meyakinkan. Hal ini ditandai dengan adanya
beberapa permintaan untuk menjelaskan proses penyelesaian masalah dari anggota lainnya dalam kelompok.
4 Elaborations elaborasi, setelah penyelesaian permasalahan diajukan oleh salah satu anggota, anggota lainnya menyetujui dan memberikan informasi
tambahan untuk melengkapi penyelesaian tersebut sehingga diperoleh solusi akhir kelompok yang optimal.
5 Rejections penolakan, respon ini muncul jika penyelesaian permasalahan yang diajukan oleh salah satu anggota kelompok dianggap kurang tepat.
22
Ketika proses pembelajaran Collaborative Problem Solving berlangsung, setiap siswa diharapkan ikut terlibat secara aktif dalam setiap tahapannya.
22
Ibid., p. 414