C. Kerangka Berpikir
Collaborative Problem Solving adalah suatu pembelajaran dimana siswa harus memecahkan permasalahan secara individu dan kelompok. Pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide matematikanya secara terbuka.
Ada empat tahapan inti dalam pembelajaran ini. Tahap pertama, siswa dihadapkan pada suatu masalah. Ketika dihadapkan pada suatu permasalahan,
siswa cenderung terdorong untuk berpikir mengenai berbagai kemungkinan langkah yang harus dilakukan untuk menemukan solusi dari masalah itu.
Permasalahan menstimulus siswa untuk melakukan abstraksi ide-ide matematis dalam pikiran siswa secara internal. Siswa mungkin akan mengubah informasi
dalam berbagai bentuk yang diperoleh dari permasalahan kedalam bentuk gambar, grafik, tabel, simbol-simbol aljabar ataupun kata-kata, selama proses abstraksi
ide-ide matematis ini berlangsung. Tahap kedua, membuat rancangan penyelesaian masalah secara individu. Setelah melalui proses abstraksi ide atau
gagasan secara internal, kemudian pada tahap ini siswa mengemukakan ide-ide tersebut kedalam bentuk gambar, grafik, tabel, simbol-simbol aljabar ataupun
kata-kata sebagai hasil dari pikirannya secara individu. Tahap ketiga, penyelesaian kelompok. Berbekal pengetahuan dari
permasalahan individu, dalam kelompok kecil siswa melakukan sharing. Setiap siswa mungkin memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai permasalahan
yang ada. Disini akan diperoleh berbagai representasi untuk didiskusikan. Tahap keempat adalah proses transfer hasil kerja. Pada tahap ini siswa dilatih untuk
mengemukakan pendapat di depan kelas. Siswa juga dilatih untuk mempertimbangkan penyelesaian mana yang paling sesuai dengan permasalahan.
Dari tahapan pembelajaran Collaborative Problem Solving yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa pembelajaran ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengembangkan kemampuan representasinya, baik dalam bentuk gambar, ekspresi matematis, maupun teks tertulis. Sehingga diharapkan dengan
menerapkan model Collaborative Problem Solving dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan atau berpengaruh terhadap kemampuan
representasi sesuai dengan strandar representasi menurut NCTM yaitu siswa dapat: membuat dan menggunakan representasi untuk mengkomunikasikan ide-
ide matematika; memilih, menerapkan dan menterjemahkan antar representasi matematika untuk menyelesaikan masalah; menggunakan representasi untuk
memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan matematika. Secara visual, kerangka berpikir penelitian dapat disajikan pada bagan 2.1
sebagai berikut.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Kemampuan
representasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran model Collaborative Problem Solving lebih tinggi daripada kemampuan representasi
matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”.
Collaborative Problem Solving
Adanya Permasalahan Merancang penyelesaian
secara individu Penyelesaian Kelompok
Transfer hasil kerja Kemampuan
Representasi Matematis Visual
Ekspresi Matematis
Teks Tertulis