Risiko Operasional Bank Negara Indonesia Tbk 2014

159 BNI Laporan Tahunan 2014 a. Ketersediaan Alat Likuid: Giro Wajib Minimum GWM, Secondary Reserve, Indikator Peringatan Dini, dan lain-lain b. Pengukuran Risiko Likuiditas: Rasio Likuiditas, Proyeksi Arus Kas, Profil Maturitas, Stress Testing , dan lai-lain c. Pemantauan d. Pengendalian e. Penetapan Limit Likuiditas Proses Dalam mengelola likuiditas, selain primary reserve BNI menjaga dan mempertahankan secondary reserve untuk memastikan likuiditas berada pada level yang aman. Sebagai cadangan secondary reserve , BNI menjaga dan mempertahankan tertiary reserve. Penetapan dan pemantauan limit, yaitu limit Secondary Reserve Ideal SR Ideal dan limit on-shore loan dilakukan secara berkala oleh Divisi ERM. Sedangkan ketersediaan atas keseluruhan reserve dipantau secara harian, mingguan, dan bulanan oleh Divisi TRS dan Divisi ERM. Perangkat dan Metode Dalam mengelola risiko likuiditas, BNI menggunakan proyeksi arus kas harian dan profil maturitas bulanan, baik secara kontraktual maupun behavioral , agar dapat menetapkan strategi yang sesuai dan akurat untuk mengantisipasi kondisi likuiditas bank di masa mendatang. Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah dan Valas Bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam tabel 9.1.a dan b, tabel 9.2.a dan b. Perhitungan profil maturitas tersebut sesuai dengan ketentuan regulator dan tidak termasuk profil maturitas perusahaan anak yang bergerak dalam bidang asuransi. Salah satu kekuatan dari proses pemantauan risiko BNI adalah ketersediaan informasi profil likuiditas bank. Informasi tersebut tersedia di aplikasi Executive Information System EIS, yang dapat menyajikan informasi perkembangan dana maupun pinjaman secara harian sehingga dapat pula dihasilkan profil arus kas harian dan profil maturitas bulanan yang dapat digunakan sebagai salah satu sistem pemantauan dan pengelolaan risiko likuiditas bank. Indikator Peringatan Dini Indikator peringatan dini dijabarkan dalam indikator-indikator Secondary Reserve pada kondisi normal, kondisi moderat atau kondisi tight ketat baik untuk Rupiah maupun valuta asing, antara lain tren tingkat suku bunga BI Rate, JIBOR, SIBOR, LIBOR, suku bunga rata-rata Deposito Bank Pesaing ataupun spread Credit Default Swap CDS yang naik signifikan sesuai batasan yang telah ditetapkan, tren cadangan devisa yang turun signifikan sesuai batasan yang telah ditetapkan, tren dana nasabah dominan yang cenderung menurun secara signifikan sesuai batasan yang telah ditetapkan, dan lain-lain. Penetapan SR Ideal dalam kondisi moderate atau tight dapat dipertimbangkan apabila salah satu kondisiindikator atau parameter terjadi. Penetapan dilakukan oleh Divisi ERM dengan berpedoman pada indikator-indikator di atas dan data-data yang diperoleh dari Divisi TRS selaku unit bisnis. Selanjutnya penetapan tersebut akan memberlakukan Liquidity Contingency Plan LCP SR Ideal yang moderate atau tight. Indikator-indikator di atas dapat di-review secara periodik sesuai perkembangan kondisi eksternal maupun internal sejalan dengan perkembangan ekonomi baik nasional, regional, maupun global.

4. Risiko Operasional

Dengan meningkatnya keragaman dan kompleksitas produk serta aktivitas perbankan yang ditawarkan kepada nasabah, perkembangan sistem dan teknologi pendukung yang sangat cepat, serta meningkatnya ekspektasi nasabah akan pelayanan yang diberikan oleh bank, maka pengelolaan risiko operasional menjadi hal yang sangat penting. Tata Kelola dan Organisasi Tata kelola manajemen risiko operasional telah diimplementasikan di segenap unit bisnis dan unit pendukung sebagai Risk Owner atau Risk Taker yang merupakan irst line of defense. Implementasi tersebut didukung dengan second line of defense yang dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank serta Divisi Kepatuhan sebagai Risk Control Unit dan third line of defense yaitu Satuan Pengawas Internal sebagai Risk Assurance Unit . BNI Laporan Tahunan 2014 Tinjauan Fungsional Kebijakan dan Prosedur Divisi Manajemen Risiko Bank telah memiliki Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Operasional untuk mendukung implementasi manajemen risiko operasional pada segenap unit, yaitu: - Kebijakan Manajemen Risiko Operasional Dalam Negeri - Operational Risk Management Policy for Overseas Branches Kebijakan tersebut dijabarkan lebih rinci dalam Standard Operating Procedure transaksi dan operasional yang prudent untuk menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari seperti: - Kebijakan Manajemen Risiko Operasional Dalam Negeri - Prosedur Manajemen Risiko Operasional Dalam Negeri - Operational Risk Management Policy for Overseas Branches - Operational Risk Management Procedure for Overseas Branches - Operational Risk Self Assessment Manual for Overseas Branches. - Prosedur Pelaksanaan Operational Risk Self Assessment RSA - Prosedur Pelaksanaan Loss Event Database LED - Panduan Penggunaan Perangkat Risiko Operasional PERISKOP - Pedoman Pelaksanaan Pembukuan Rekening Beban Risiko Operasional BRO Proses Manajemen risiko operasional BNI terdiri dari 5 lima proses utama yang berkesinambungan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yaitu identifikasi, penilaian, pengukuran, pemantauan dan pengendalian. a. Identifikasi Risiko Mekanisme identifikasi risiko operasional dilakukan dengan menerapkan Mapping Process Assessment atas proses kerja aktivitas masing-masing unit untuk menangkap potensi risiko operasional. b. Penilaian Risiko Dilakukan oleh masing-masing unit pemilik risiko melalui metode operational risk self assessment , mencakup penilaian atas dampak, frekuensi dan penyebab risiko serta solusinya. c. Pengukuran Risiko Sesuai dengan aturan Bank Indonesia, pengukuran risiko operasional menggunakan Pendekatan Indikator Dasar Basic Indicator Approach . Pengungkapan kuantitatif risiko operasional Bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam tabel 8.1.a dan b. d. Pemantauan Risiko Dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank dengan melakukan evaluasi dan feedback atas penilaian risiko berdasarkan hasil self assessment seperti: - Feedback report untuk seluruh divisiunit wilayahcabang - Laporan bulanan Beban Risiko Operasional kepada Direksi - Laporan Profil Risiko Operasional e. Pengendalian Risiko Mekanisme mitigasi risiko operasional tergambar pada proses pengendalian internal, yaitu dengan menerapkan 4 strategi mitigasi, yaitu hindari, kurangi, transfer dan terima. Keempat strategi mitigasi tersebut tertuang dalam prosedur mitigasi Risiko Operasional yang meliputi prosedur pengendalian, prosedur penyelesaian transaksi, prosedur akuntansi, prosedur penyimpanan aset dan kustodian, prosedur penyediaan produk dan prosedur pencegahan fraud. Perangkat dan Metode Untuk membantu proses pengelolaan risiko operasional yang dilakukan oleh setiap unit kerja bank, Bank telah mengembangkan perangkat manajemen risiko operasional Operational Risk Management tool berbasis web web- based yang diberi nama PERISKOP Perangkat Risiko Operasional. PERISKOP mempunyai peranan yang sangat penting karena 3 tiga proses utama dalam proses pengelolaan risiko operasional menggunakan perangkat ini yaitu Self Assessment, Loss Event Database dan Key Risk Indicator. Manajemen Risiko 161 BNI Laporan Tahunan 2014 PERISKOP Modul Self Assessment Modul Loss Event Database Modul Key Risk Indicator Self Assessment SA merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap unit risk owner dalam mengidentifikasi operational risk issue yang terdapat di unitnya, mencari penyebabnya, mengukur potensi kerugian yang mungkin timbul serta mencarikan solusi untuk mengatasinya. Hasil SA memberikan gambaran potensi risiko yang dihadapi unit untuk 3 bulan ke depan. Merupakan Database atas seluruh kerugian finansial akibat risiko operasional yang terjadi di seluruh unit di bank. Data kerugian yang terkumpul melalui modul LED, selain digunakan untuk pengelolaan risiko operasional yang lebih baik juga sebagai dasar dalam perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover risiko operasional dengan menggunakan Advance Measurement Approach AMA. Key Risk Indicator merupakan alat ukur untuk mengidentifikasi potensi kerugian risiko operasional yang melekat pada produk dan aktivitas sebelum risiko tersebut terjadi dan memberikan tanda signal jika melebihi suatu range nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Business Continuity Management Gangguan atau bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, perbuatan manusia, maupun sistem dapat terjadi pada fungsi-fungsi usaha BNI yang kritikal sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas bisnis dan layanan BNI. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka BNI telah menerapkan Manajemen Keberlangsungan UsahaBusiness Continuity Management yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan dengan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses pengendalian risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank, serta selaras dengan persyaratan pada dokumen Basel II yang mewajibkan bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan rencana darurat business continuity management dan contingency management guna memastikan kemampuan Bank untuk dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnisnya. a. Tata Kelola dan Organisasi Dalam kondisi bencana disaster, BNI telah menyiapkan organisasi spesifik berupa Crisis Management Team CMT dan Emergency Task Force ETF yang terdiri dari Eksekutif SeniorPimpinan Tertinggi Unit sebagai koordinator yang memiliki level kewenangan tertinggi. CMT akan aktif apabila Executive Management Team EMT selaku pimpinan tertinggi dari CMT menyatakan deklarasi kondisi status bencana. b. Kebijakan dan Prosedur Terkait dengan implementasi Business Continuity Management , BNI telah menetapkan: - Kebijakan Business Continuity Management Dalam Negeri. - Prosedur Business Continuity Management . - Business Continuity Management Policy for Overseas Branches . - Business Continuity Management Procedure for Overseas Branches . - Governance Gedung Business Continuity Management - Prosedur Penggunaan Gedung Business Continuity Management . c. Proses Setiap langkah Recovery Strategy dan Restoration Strategy yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan kepada Crisis Management Team sampai kondisi dinyatakan normal kembali. Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi Business Continuity Management, BNI telah melakukan pengujiansimulasi penanganan bencana atas implementasi BCM di seluruh unit operasional. Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCM yang dimilikinya. Hasil dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia, alam, maupun oleh sistem sehingga aktivitas operasional BNI BNI Laporan Tahunan 2014 Tinjauan Fungsional di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan.

5. Risiko Hukum Tata Kelola dan Organisasi