Pembahasan Hasil Penelitian tentang Dokumentasi Praksis Pendidikan Pembahasan Hasil Wawancara tentang Praksis Pendidikan Religiositas

Mengoptimalkan sarana sesuai situasi dan menunjang proses pembelajaran, seperti buku, koran, majalah, audio visual, program televise, slide dan lingkungan. Perlunya penyesuaian waktu dan tidak terpaku pada alokasi waktu yang disediakan. Dan yang tidak kalah penting juga soal sumber belajar, yaitu siswa, guru, masyarakat, lingkungan, dan perpustakaan. Dari penjelasan di atas tampak jelas bahwa praksis pendidikan relgiositas sungguh memperhatikan bagaimana metode dalam sebuah proses pembelajaran harus memperhatikan kesesuaian materi dengan keadaan maupun situasi serta kebutuhan saat ini. Kembali kepada hasil observasi terkait dengan kegiatan siswa- siswi saat menghadapi ujian akhir semester, siswa-siswa diajak untuk kembali kepada pengalaman, dan ajakan untuk membuat pertanyaan dari setiap materi yang dipelajari. Hal ini menjadi jelas apa yang diungkapkan dalam studi dokumen tentang proses pembelajaran yang mengungkapkan soal metode, lebih tepatnya soal dinamis, partisipatif, mencari dan mengembangkan.

c. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Dokumentasi Praksis Pendidikan

Religiositas Dari hasil dokumentasi kegiatan siswa-siswi dalam mempersiapkan ujian akhir semester tanggal 21 Mei 2016, di sini siswa-siswi kelas VIII delapan diajak untuk merefleksikan pengalaman selama satu semester dengan bantuan pertanyaan, sedangkan kelas VII tujuh diajak untuk membuat pertanyaan dari topik maupun bab yang dipelajari, hal inimenunjukkan bahwa praksis pendidikan religiositas mengajak siswa-siswi untuk kembali kepada pengalaman dan menemukan nilai-nilai yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Di sini juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa-siswi diajak untuk mengeksplorasi apa yang ditemukan yakni dengan membuat pertanyaan dan tentunya pertanyaan tersebut berguna bagi siswa-siswa dalam memahami setiap maksud dan tujuan dari apa yang dipelajari.

d. Pembahasan Hasil Wawancara tentang Praksis Pendidikan Religiositas

1 Praksis pendidikan religiositas di SMP Kanisius Sleman Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fran If1 selaku Guru Pendidikan Religiositas SMP Kanisius Sleman bahwa Pendidikan religiositas di SMP Kanisius Sleman dilaksanakan berdasarkan kebijakan Komisi Kateketik KAS Majelis Pendidikan Katolik KAS dengan metode pendekatan Pedagogi Reflektif PRR. Dengan pedagogi reflektif ini siswa-siswi diajak untuk sampai pada suatu tindakan nyata yang direfleksikan berdasarkan pengalaman pribadi siswa-siswi. Secara khusus pendidikan religiositas di SMP Kanisius Sleman juga memperhatikan budi pekerti dan pendidikan karakter siswa dengan bertumpu pada nilai-nilai Kanisius. Pendidikan religiositas dilaksanakan dengan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang relevan dengan realitas kehidupan siswa-siswi. Menghargai keberagaman yang ada, menghargai orang lain yang berbeda agama dan latar belakang. Untuk KBM pendidikan religiositas dikembangkan dengan menyentuh kehidupan kongkrit siswa-siswi. Praksis pelaksanaan religiositas terbantu juga dengan adanya nilai-nilai Kanisius yang diterapkan di sekolah. Materi-materi di dalam pendidikan religiositas dikembangkan dan menyesuaikan dengan realitas hidup siswa-siswi. Praksis pendidikan religiositas mengajak siswa-siswi untuk menerapkan nilai-nilai baik dari setiap materi yang dipelajari, hal ini juga didukung dengan nilai-nilai Kanisius kasih dan solidaritas, kejujuran, cerdas, berani dan disiplin. Pendidikan religiositas dilaksanakan agar anak sungguh mampu untuk sampai pada suatu pemahaman, refleksi dan aksi nyata dalam keseharian hidup. Di dalam kegiatan-kegiatan sekolah, tampak adanya kerja sama yang baik antar guru dalam menidik para siswa-siswi. 2 Keikutsertaan guru-guru dalam kegiatan-kegiatan pendidikan religiositas Dari hasil wawancara dengan Ibu Fran If1 bahwa keikutsertaan guru terlaksana lewat kerja sama dalam mendidik siswa-siswi, seperti kegiatan pembinaan rohani yang dilakukan setiap jumat ganjil dalam bulan. Dalam kegiatan ini, siswa-siswa diajak untuk akrab dengan apa yang dialami selama seminggu dan pengalaman itu dibagikan lewat sharing pengalaman. Kerja sama ini tampak juga, bagaimana setiap guru selalu memberi kesempatan untuk siswa- siswi merefleksikan apa yang dialami. Dan hasil refleksi ini di berikan kepada orang tua sebagai jalan kerja sama guru dengan orang tua. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajak orang tua dalam mengontrol perkembangan siswa-siswi. 3 Kegiatan kunjungan ke tempat ibadat dalam membangun sikap menghargai Kunjugan ke berbagai tempat ibadat dilaksanakan ke Gereja, Gua Kerap. Kegiatan ini masih akan tetap dilaksanakan untuk ke depan. Seluruh siswa-siswa diajak untuk memperkenalkan keberagaman. Setiap bulan Maria, anak-anak juga diajak untuk ikut, dalam rangka membangun sikap menghargai dalam diri siswa- siswi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengajak dan mendorong anak-anak dalam menumbuhkembangkan sikap solidaritas terhadap agama. 4 Keaktifan siswa-siswi dalam berbagi pengalaman Keaktipan siswa-siswi tampak dalam keingintahuan dalam setiap pembelajaran religiositas, rasa ingin tahu akan hal baru yang didapat lewat pendidikan religiositas. Keaktifan siswa-siswa ini secara khusus mengajak siswa- siswi untuk berbagi apa yang menjadi pengalamannya, baik sebagai pribadi maupun pribadi yang religius, serta sebagai pribadi sosial. Dengan ini diharapkan siswa-siswa dapat saling menumbuhkembangkan sikap saling menghargai satu sama lain. 5 Keterbukaan sekolah kepada tokoh-tokoh agama dalam mengajarkan nilai-nilai baik dari setiap agama dan kepercayaan Untuk masa sekarang mengundang tokoh-tokoh agama masih dalam harapan ke depan. Kegiatan pendidikan religiositas ditangani guru pendidikan religiositas dan bekerja sama dengan guru-guru lain. 6 Kebiasaan yang khas dalam melaksanakan pendidikan religiositas Sekolah membangun suatu iklim sosial yang dimulai dari kegiatan apel pagi, menerapkan disiplin dalam diri siswa-siswi. Lewat disiplin siswa-siswi diajak untuk sampai pada suatu tindakan nyata yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Setiap anak yang mendapat sanksi disesuaikan dengan komitmen anak sebagai jawaban atas tujuan dari komitmen pribadi anak. Menurut guru pendidikan religiositas kebiasaan ini juga menjadi kehkasan dalam melaksanakan pendidikan religiositas, di mana dalam KBM, siswa-siswa selalu diajak untuk kembali pada komitmen dan tujuan siswa-siswi. Pembelajaran diarahkan agar menyentuh tujuan dan komitmen siswa-siswi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Aksi konkrit siswa-siswi dalam merealisasikan nilai-nilai yang didapat dari kegiatan sosial Aksi konkrit untuk merealisasikan nilai-nilai dalam kegiatan sosial sekolah yakni lewat kemauan anak untuk terlibat, baik dalam lingkungan sekolah, maupun dalam kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan di lingkungan seputar sekolah yaitu bakti sosial berupa bahan pangan. Di dalam sekolah ada kegiatan sabtu kasih, dalam kegiatan ini anak-anak diajak untuk memberi dari kemampuan, kerelaan, memberi dari apa yang dimiliki. Kegiaatan menjadikan anak tau dan mau untuk berbagi, memberi, menyisihkan sedikit dari uang jajan untuk orang lain yang membutuhkan.

2. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Dampak Pendidikan Religiositas