untuk kebaikan umat manusia, mengatur hubungan manusia terutama dengan manusia, alam sekelilingnya dan hubungan manusia dengan Tuhan. Hal ini mau
menunjukkan bahwa tidak ada kata tidak untuk saling menerima satu sama lain kendati setiap manusia mempunyai perbedaan dalam agama dan kepercayaan,
karena kalau setiap orang mampu untuk memahami agama adalah rahmat dan kebaikan dari Tuhan untuk umat manusia pastilah dalam kehidup sosial beragama
dan berkepercayaan akan muncul sikap inklusif satu sama lain.
b. Manusia Makhluk Sosial
Kata manusia sebagai makhluk sosial bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan konkret baik dalam lingkungan hidup pribadi, kelompok ataupun
lingkungan masyarakat, hal ini dapat dilihat bahwa secara alamiah hukum alam manusia terdiri dari berbagai latar belakang dan budaya, namun yang menjadi hal
penting adalah bahwa manusia tinggal di bumi yang sama dan mempunyai kesamaan meskipun mempunyai perbedaan. Manusia makhluk sosial adalah suatu
aspek pluralitas yang ada dan terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia tersebut.
Komkat KAS Majelis Pendidikan Katolik KAS dalam buku Pendidikan Religiositas untuk SMP kelas 1 buku guru Agama Kepercayaan Membawa
Pembaharuan 2006A: 65 mengungkapkan bahwa orang hidup sejak lahir hingga dewasa selalu membutuhkan orang lain. Ia membutuhkan orang lain untuk
merwat, membesarkan, mendidik dan sebagainya. Ungkapan ini mau menunjukkan bahwa setiap pribadi adalah makhluk sosial, artinya bahwa setiap
pribadi tidak ada hidup oleh dirinya sendiri, melainkan selalu membutuhkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bantuan orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan konkrit mulai dari hidup keluarga, lingkungan masyarakat sampai pada tingkat universal yakni kehidupan
sosial antar bangsa dan negara. J.W.M. Bakker dalam Dick Hartoko, Filsafat Kebudayaan sebuah
pengantar 1984:17 mengungkapkan “lingkungan sosial:hubungan antara
manusia diterbitkan untuk mencapai solidaritas, kerjasama, saling menghargai dan cinta kasih. Manusia sebagai makhluk sosial hidup untuk saling menghargai
dalam cinta kasih, baik dalam keluarga, kelompok maupun dalam masyarakat.
c. Bergaul dan Bekerja Sama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang mengahargai kemajemukan atau pluralitas
Marsykuri Abdillah dalam Nur Achmad, 2001:11. Siswa-siswi sebagai manusia beragama dan berkepercayaan yang tinggal dan hidup dalam ruang lingkup sosial
yang sangat kompleks berbagai macam perbedaan sudah sepatutnya harus mampu untuk bergaul dan bekerja sama satu sama lain, baik di rumah, lingkungan
dan sosial masyarakat. Siswa-siswi dalam hubungannya dengan orang lain adalah suatu hukum alam yang harus di hargai dan patut dipertahankan serta dijunjung
tinggi nilai-nilai dalam keberagaman tersebut. Bergaul dan bekerja sama menjadi jalan untuk mewujudkan tindakan konkrit yang mampu mendorong siswa-siswi
belajar bagaimana menghidupi nilai bergaul dan bekerja sama baik antar siswa, maupun dengan guru serta masyarakat di mana siswa-siswi tinggal.
Fahruddin Salim dalam Nur Achmad 2001:21 mengungkapkan bahwa tindakan bergaul dan bekerja sama dapat di lihat dalam nilai-nilai agama dan
kebercayaan. Setiap agama mengajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau aturan tingkah laku para pemeluknya. Nilai-nilai yang diajarkan oleh setiap
agama dan kepercayaan ini akan menjadi jalan bagi siswa-siswi dalam mewujudkan sikap dan tindakan bergaul dan bekerja sama yang sesuai dengan
nilai-nilai universal yang dihidupi dalam agama maupun hidup sosial masyarakat. Sebagai orang beriman, bergaul dan bekerja sama dengan siapa pun menjadi
konsekuensi hidup, di mana orang tidak membeda-bedakan satu sama lain Komkat KAS Majelis Pendidikan Katolik KAS, 2006A:73.
d. Memperjuangkan Kejujuran