Defenisi Moral Prinsip Moral

tindakan dan perbuatannya, apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi dalam masyarakat. Maka pada bagian ini penulis akan menguraikan soal pengertian moral, moralitas, prinsip-rinsip moral dan moralitas remaja yang dimulai sejak bayi.

1. Moral

a. Defenisi Moral

Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yang berarti tata cara, kebiasaan, perilaku, dan adat istiadat dalam kehidupan Hurlock, 1989:74. Moral sebagai seperangkat hukum, aturan, kebiasaan, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat dan ajaran kesusilaan, baik aturan dalam masyarakat maupun ajaran kesusilaan Sujoko, 2009: 22. Gunawan dalam bukunya Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia 1990: 90 mengungkapkan penjelasan moral secara etimomologi, bahwa moral, moralitas berasal dari bahasa latin “mos” tunggal, “mores” jamak dan kata sifat “moralis” berarti susila. Dijelaskan bahwa filsafat moral merupakan filsafat praktis yang mempelajari perbuatan manusia sebagai manusia dari segi baik buruknya ditinjau dari hubungan dengan tujuan hidup manusia yang terakhir. Hal ini mau mengungkap bahwa perbuatan atau pun tindakan manusia baik sadar atau tidak, dapat dilihat atau dapat diukur dengan ukurannya adalah sebagai manusia. Dalam melakukan suatu tindakan berarti ada acuan atau pun hal yang selalu dijadikan sebagai patokan maupun tolok ukur untuk melihat tindakan tersebut, dalam arti patokan maupun tolok ukur sebagai manusia. Berbicara mengenai moral atau “ethos” seseorang atau sekelompok orang, maka yang dimaksud adalah bukan hanya apa yang biasa dilakukan seorang atau sekelompok melainkan juga apa yang menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik, apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan Gunawan, 1990: 91. Dari pemaparan dan penjelasan di atas, penulis memahami bahwa moral adalah suatu realitas perbuatan baik dan buruk manusia sebagai manusia, baik tindakan dalam fisik maupun dalam alam pikiran.

b. Prinsip Moral

Menurut Franz Magnis-Suseno dalam bukunya Etika Dasar Masalah- masalah Pokok Filsafat Moral 1987:129-135 ada tiga prinsip moral, di mana tiga prinsip ini merupakan salah satu cara untuk meluruskan dan menyempurnakan konsep moral utilitarisme yang hanya menekankan bahwa manusia wajib berusaha untuk selalu menghasilkan akibat-akibat baik yang sebesar-besarnya terhadap akibat-akibat buruk dari suatu tindakan. Dengan kata lain, menurut konsep utilitarisme tindakan yang benar adalah tindakan yang paling memajukan kepentingan semua orang. Ketiga prinsip dasar yang dimaksud yakni:Pertama adalah prinsip sikap baik. Prinsip ini mendahului dan mendasari dua prinsip moral lain prinsip keadilan, dan prinsip hormat pada diri sendiri. Tidak ada gunanya bersikap baik jika tidak disertai sikap adil dan sikap jujur sekaligus sikap hormat pada diri sendiri. Bersikap baik berarti memandang siapa tidak hanya sejauh berguna bagi saya melainkan menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan dan menunjang perkembangannya, mendukung kehidupan dan mencegah kematiannya demi orang lain. Kedua adalah prinsip keadilan. Sikap adil tidak sama dengan sikap baik. Walaupun maksud kita baik, kita tidak boleh mencuri hanya untuk memenuhi niat sikap baik itu; karena mencuri melanggar prinsip keadilan. Adil pada hakikatnya berarti kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Singkatnya, prinsip keadilan menuntut agar kita jangan hanya mau mencapai tujuan-tujuan, termasuk yang baik, dengan melanggar hak seseorang. Celsus menggambarkan keadilan dengan istilah teknis: tribuere cuique suum to give everybody his own, yang berarti memberikan kepada setiap orang apa yang sepatutnya ia butuhkan, dan yang menjadi haknya. Ketiga adalah prinsip hormat terhadap diri sendiri. Prinsip ini mengatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan suara hati, serta makhluk berakal budi. Manusia tidak boleh dijadikan hanya sebagai sarana demi suatu tujuan tertentu. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang memiliki tujuan yang bernilai pada dirinya sendiri. Singkatnya, yang mau ditekankan oleh prinsip ini adalah bahwa antara sikap altruistis harus diseimbangkan dengan sikap hormat pada diri sendiri. Melayani orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri dapat menunjuk pada ego yang lemah: ada tendensi kurang percaya diri, berlebihan membutuhkan pengakuan dari orang lain. Jadi, kita jangan cepat-cepat berteriak, egois, jika seseorang memperhatikan dirinya sendiri. Karena kita tidak dapat mencintai orang lain jika kita tidak mencintai diri kita sendiri.

2. Moralitas