Hasil Dokumentasi tentang Praksis Pendidikan Religiositas di SMP Hasil Wawancara tentang Praksis Pendidikan Religiositas di SMP

sarana sesuai situasi dan menunjang proses pembelajaran, seperti buku, Koran, majalah, audio visual, program televisi, slide dan lingkungan. Yang ketiga adalah waktu, yaitu perlunya penyesuaian waktu dan tidak terpaku pada alokasi waktu yang disediakan. Keempat adalah soal sumber belajar, yaitu siswa, guru, masyarakat, lingkungan, dan perpustakaan.

c. Hasil Dokumentasi tentang Praksis Pendidikan Religiositas di SMP

Kanisius Sleman Hasil temuan dokumentasi bersumber dari kegiatan belajar persiapan siswa- siswi dalam mengikuti ujian akhir semester yang dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2016 dengan objek observasi kelas VIII dan kelas VII.

d. Hasil Wawancara tentang Praksis Pendidikan Religiositas di SMP

Kanisius Sleman. Tabel 2. Praksis Pendidikan Religiositas di SMP Kanisius Sleman No Informan Jawaban Informan 1 If1 Pendidikan religiositas di SMP Kanisius Sleman dilaksanakan berdasarkan kebijakan Komisi KAS Komisi Pendidikan dengan metode pendekatan Pedagogi Reflektif PRR. Dengan pedagogi reflektif ini siswa-siswi diajak untuk sampai pada suatu tindakan nyata yang direfleksikan berdasarkan pengalaman pribadi siswa-siswi. Secara khusus pendidikan religiositas di SMP Kanisius Sleman juga memperhatikan budi pekerti dan pendidikan karakter siswa dengan bertumpuh pada nilai-nilai Kanisius. Pendidikan religiositas dilaksanakan dengan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang relevan dengan realitas kehidupan siswa-siswi. Menghargai keberagaman yang ada, menghargai orang lain yang berbeda agama dan latar belakang. KBM pendidikan religiositas dikembangkan dengan menyentuh kehidupan kongkrit siswa-siswi. Praksis pelaksanaan religiositas terbantu juga dengan adanya nilai- nilai Kanisius yang diterapkan di sekolah. Materi-materi di dalam pendidikan religiositas dikembangkan dan menyesuaikan dengan realitas hidup siswa-siswi. Praksis pendidikan religiositas mengajak siswa-siswi untuk menerapkan nilai-nilai baik dari setiap materi yang dipelajari, hal ini juga didukung dengan nilai-nilai Kanisius kasih dan solidaritas, kejujuran, cerdas, berani dan disiplin. Pendidikan religiositas dilaksanakan agar anak sungguh mampu untuk sampai pada suatu pemahaman, refleksi dan aksi nyata dalam keseharian hidup. 2 If1 Keikutsertaan guru terlaksana lewat kerja sama dalam mendidik siswa-siswi, seperti kegiatan pembinaan rohani yang dilakukan setiap jumat ganjil dalam bulan. Dalam kegiatan ini, siswa-siswa diajak untuk akrab dengan apa yang dialami selama seminggu dan pengalaman itu dibagikan lewat sharing pengalaman. Kerja sama ini tampak juga, bagaimana setiap guru selalu memberi kesempatan untuk siswa-siswi merefleksikan apa yang dialami. Dan hasil refleksi ini di berikan kepada orang tua sebagai jalan kerja sama guru dengan orang tua. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajak orang tua dalam mengontrol perkembangan siswa-siswi. 3 If1 Kunjugan ke berbagai tempat ibadat dilaksanakan ke Gereja, Gua Kerap. Kegiatan ini masih akan tetap dilaksanakan untuk ke depan. Seluruh siswa-siswa diajak untuk memperkenalkan keberagaman. Setiap bulan Maria, anak-anak juga diajak untuk ikut, dalam rangka membangun sikap menghargai dalam diri siswa-siswi. 4 If1 Keaktipan siswa-siswi tampak dalam keingintahuan dalam setiap pembelajaran religiositas, rasa ingin tahu akan hal baru yang didapat lewat pendidikan religiositas. 5 If1 Untuk masa sekarang mengundang tokoh-tokoh agama masih dalam harapan ke depan. Kegiatan pendidikan religiositas ditangani guru pendidikan religiositas dan bekerja sama dengan guru-guru lain. 6 If1 Sekolah membangun suatu iklim sosial yang dimulai dari kegiatan apel pagi, menerapkan disiplin dalam diri siswa- siswi. Lewat disiplin siswa-siswi diajak untuk sampai pada suatu tindakan nyata yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Setiap anak yang mendapat sanksi disesuaikan dengan komitmen anak sebagai jawaban atas tujuan dari sebuah aksi anak. 7 If1 Aksi konkrit untuk merealisasikan nilai-nilai dalam kegiatan sosial sekolah yakni lewat kemauan anak untuk terlibat, baik dalam lingkungan sekolah, maupun dalam kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan di lingkungan seputar sekolah yaitu bakti sosial berupa bahan pangan. Di dalam sekolah ada kegiatan sabtu kasih, dalam kegiatan ini anak-anak diajak untuk memberi dari kemampuan, kerelaan, memberi dari apa yang dimiliki. Kegiaatan menjadikan anak tau dan mau untuk berbagi, memberi, menyisihkan sedikit dari uang jajan untuk orang lain yang membutuhkan.

2. Dampak Pendidikan Religiositas