Pendidikan Religiositas PENDIDIKAN RELIGIOSITAS

langsung mengenai realitas yang paling sejati atau mengalami emosi ‐emosi religius misalnya; merasa doanya dikabulkan, merasa diselamatkan Tuhan. 4 Aspek inteklektual the intelectual dimension berkaitan dengan tingkatan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya religious knowledge. 5 Aspek konsekuensial the consequential dimension yaitu aspek yang mengukur sejauhmana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, yakni bagaimana individu berhubungan dengan dunia terutama dengan sesama manusia religious effect. Dari lima hal yang diungkapkan di atas dapat dilihat bahwa aspek religiositas sungguh perlu dalam membangun hidup sebagai orang beragama dan orang beriman. Melihat dan menyadari akan personal siswa-siswi di mana keberagaman latar belakang budaya dan agama sangat membawa dampak baik bagi komunikasi dan interaksi diantara mereka dengan mengandaikan bahwa aspek-aspek di atas ada dan hidup dalam diri mereka.

4. Pendidikan Religiositas

Komisi Kateketik KAS 2005:9 menjelaskan bahwa Pendidikan Religiositas adalah salah satu bentuk komunikasi iman baik antar siswa yang seagama maupun agama lain. Dengan adanya komunikasi iman ini diharapkan dapat membantu siswa menjadi manusia yang religious, bermoral, terbuka dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera lahir batin, berdasarkan nilai-nilai universal seperti kasih, kerukunan, kedamaian, keadilan, kejujuran, pengorbanan, kepedulian dan persaudaraan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pendidikan religiositas sebagai komukasi iman menjadi sarana yang sangat tepat dan benar bagi anak didik untuk mengajak dan mendorong serta memotivasi mereka dalam membangun semangat belajar satu sama lain. Komunikasi yang saling menghidupkan, di mana anak-anak diberi ruang untuk saling berbagi kasih, berbagi pengalaman, dan oleh komukasi iman itu anak didik mampu untuk membagikan kekayaan penghayatan imannya kepada orang lain di mana ia tinggal dan berada. Suatu pendidikan untuk menumbuh-kembangkan sikap batin siswa agar mampu melihat kebaikan Allah dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidup. Aspek-aspek positif yang ada dalam diri siswa sendiri merupakan karunia Allah yang menjadikan diri siswa mampu mengembangkan potensi-potensinya ke arah perkembangan manusia utuh yaitu pribadi yang religius, bermoral, dan terbuka. Jacobus Tarigan, dalam bukunya tentang Religiositas Agama dan Gereja Katolik 2007:1 mengungkapkan bahwa manusia sebagai mahluk religius, di mana pengalaman religius adalah suatu pandangan atau visi yang secara intuitif melihat bahwa Allah hadir dalam dunia dan dalam kehidupan manusia. Hidup Manusia terarah kepada kenyataan yang luhur, yakni kepada kepenuhan Allah sebagai jawaban terakhir atas pertanyaan manusia ”dari mana aku datang dan kemana aku akan pergi”. Pengalaman religius ini sering terjadi dalam hidup manusia yaitu dengan adanya kesaksian dari setiap orang tentang pengalaman manusia itu sendiri maupun pengalaman akan Tuhan. Kesaksian ini disebut sebagai pengalaman religius atau pengalaman rohani. Dari pengalaman saya sendiri, saya melihat bahwa pendidikan religiositas adalah suatu pengalaman manusiawi baik positif maupun negatif yang mengarahkan setiap pribadi untuk berjumpa atau mengalami pengalaman akan kasih Allah, di mana dalam pengalaman itu Allah senantiasa hadir dalam setiap proses perjalanan manusia dalam keseharian hidup secara berkelanjutan. Pendidikan Religiositas merupakan suatu pendidikan yang mengajak subyek didik sampai kepada sikap batin yang mendalam mengenai Tuhan dan keterkaitannya dengan kehidupan. Pendidikan bermaksud mengkontruksi aspek belajar subyek didik untuk sampai kepada nilai-nilai universal kehidupan. Olehnya, naradidik diajak untuk masuk kepada makna kehidupan sebagai salah satu kontruksi di dalam proses belajar. Proses belajar ini mengangkat keberagaman latar belakang religi subyek didik untuk dijadikan sebagai ruang dialog nilai kehidupan. Dari dialog nilai tersebut, latar belakang religi dapat saling memperkaya dan meneguhkan, sehingga diharapkan dapat terjadi transformasi nilai bagi subyek didik. Belajar dalam keberagaman ini merupakan sesuatu yang diangkat sebagai prosesnya, agar internalisasi nilai menjadi semakin bersifat membangun nilai-nilai persaudaraan dan perdamaian.

5. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Religiositas