Relawan RELAWAN ORGANISASI NON-PROFIT
Gibson et al., dalam Brahmasari dan Suprayetno, 2008, Tawale et al., 2011. Persepsi positif dan negatif dari proses kepemimpinan akan mempengaruhi
tingkat motivasi kerja bawahan. Motivasi kerja adalah suatu dorongan dalam diri seseorang yang nampak dalam suatu tindakan sehingga individu tersebut
memiliki keinginan untuk berperan aktif dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
kebutuhan dasar yang dikembangkan oleh Alderfer. Alderfer 1979 mengatakan bahwa terdapat tiga kebutuhan dasar
yang mendasari motivasi kerja seseorang, yaitu kebutuhan eksistensi, kebutuhan menjalin relasi, dan kebutuhan untuk berkembang. Dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap individu memiliki tingkat motivasi yang berbeda dalam memenuhi masing-masing kebutuhan. Hal ini
menyebabkan teori motivasi ERG tidak memiliki hierarki yang kaku dalam proses pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, tingkat prioritas kebutuhan
seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya : 1 faktor sosial, 2 faktor budaya, 3 latar belakang sosial, 4 latar belakang pendidikan, dan 5
kemampuan yang dimiliki Alderfer, dalam Siagian, 1989. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kerja individu Ardana et al., 2008. Steers dan Porter 1983 berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja bawahan adalah
kualitas hubungan antara bawahan dan atasan. Kualitas hubungan yang baik antara bawahan dan atasan dapat dilakukan dengan memberikan motivasi dan
menginspirasi bawahan untuk ikut ambil bagian bagi kemajuan organisasi
Nahavandi dan Worth, dalam Varela, 2013. Selain itu, pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi penting untuk dilakukan pemimpin untuk
meningkatkan gairah kerja bawahan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki Radig dan Soegiri, dalam Brahmasari et al., 2008. Proses ini
sebaiknya disesuaikan pula dengan kebutuhan masing-masing individu yang beragam. Hal ini dilakukan agar motivasi kerja bawahan tetap terjaga serta
dapat memberikan hasil yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
hubungan antara efektivitas kepemimpinan situasional dengan motivasi kerja ERG
relawan pada
organisasi non-profit
di Yogyakarta.