subjek memiliki tingkat kematangan R3 pada gaya telling yang diterapkan oleh pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan situasional yang diterapkan oleh pemimpin tidak sesuai dengan tingkat kematangan bawahan.
Pada gaya selling yang diterapkan oleh pemimpin terdapat 2 subjek yang memiliki tingkat kematangan R2. Hal ini menunjukkan
bahwa gaya selling yang diterapkan pada organisasi non-profit sesuai dengan tingkat kematangan bawahan. Disisi lain, gaya selling yang
diterapkan oleh pemimpin tidak sesuai dengan tingkat kematangan bawahan pada 67 subjek, yaitu 47 subjek dengan tingkat kematangan
R3 dan 20 subjek dengan tingkat kematangan R4. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti kemudian melakukan
kategorisasi distribusi frekuensi efektivitas gaya kepemimpinan situasional berdasarkan tingkat kematangan bawahan. Kategori
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 28 Distribusi Frekuensi Kesesuaian Gaya Kepemimpinan Situasional
Berdasarkan Kematangan Pekerjaan dan Psikologis No
Kesesuaian Gaya Kepemimpinan
Subjek F
1. Sesuai
2 2,74
2. Tidak Sesuai
71 97,26
Total 73
100
c. Distribusi Frekuensi Kebutuhan Motivasi Kerja ERG
Karakteristik subjek berdasarkan pengelompokkan kebutuhan motivasi kerja ditunjukkan pada tabel 29.
Tabel 29 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Motivasi Kerja ERG
No. Kebutuhan Motivasi Kerja
Subjek F
1. Kebutuhan Eksistensi
27 36,99
2. Kebutuhan Berelasi
26 35,61
3. Kebutuhan Berkembang
20 27,4
Total 73
100 Dari skala motivasi kerja yang telah diisi oleh 73 subjek
tersebut telah dikategorikan oleh peneliti menjadi tiga kelompok, yaitu kebutuhan eksistensi, kebutuhan berelasi, dan kebutuhan
berkembang. Pada tabel 29 didapatkan hasil bahwa sebanyak 27 subjek 36,99 masuk dalam kategori kebutuhan eksistensi, 26
subjek 35,61 masuk dalam kategori kebutuhan berelasi, dan sebanyak 73 subjek 27,4 masuk dalam kategori kebutuhan
berkembang.
D. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal Santoso, 2010. Uji
normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Pada proses analisis ini,
data dikatakan memiliki sebaran data normal apabila memiliki p 0,05. Hasil uji normalitas yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
Tabel 30 Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Z Sig.
Keterangan
Kepemimpinan Situasional
- Perilaku Tugas 1,356
0,5 Sebaran normal
- Perilaku Hubungan 0,920
0,366 Sebaran normal
- Kematangan Pekerjaan
dan Psikologis
1,247 0,089
Sebaran normal
Motivasi Kerja - Kebutuhan Eksistensi
0,940 0,340
Sebaran normal - Kebutuhan Berelasi
0,854 0,460
Sebaran normal - Kebutuhan
Berkembang 1,306
0,066 Sebaran normal
Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat bahwa dimensi perilaku tugas memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar
1,356 dengan signifikansi 0,5 p 0,05. Selain itu, dimensi perilaku hubungan memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,920 dengan
signifikansi 0,366 p 0,05. Dimensi kematangan pekerjaan dan psikologis memperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov 1,247 dengan
signifikansi 0,089 p 0,05. Disisi lain, kebutuhan eksistensi pada variabel motivasi kerja
memperoleh nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,940 dengan
signifikansi 0,34 p 0,05. Kebutuhan berelasi memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,854 dengan signifikansi 0,460 p 0,05. Selain itu, kebutuhan berkembang pada variabel motivasi kerja
memperoleh nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar
1,306 dengan
signifikansi 0,066 p 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memenuhi syarat uji normalitas.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat melakukan uji korelasi terhadap gaya kepemimpinan situasional. Hal ini dikarenakan pada tabel
28 diketahui bahwa kategori efektivitas kepemimpinan situasional yang diterapkan pada organisasi non-profit memiliki frekuensi yang tidak
seimbang dan mencolok. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa sebanyak 71 subjek menilai bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam organisasi non-profit tidak sesuai dengan tingkat kematangan pekerjaan dan psikologis relawan. Disisi lain, hanya terdapat
2 subjek yang menilai bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin memiliki kesesuaian dengan tingkat kematangan pekerjaan
dan psikologis relawan. Selain itu, dalam penelitian ini hanya terdapat dua kategori gaya kepemimpinan yang dominan sehingga gaya
kepemimpinan situasional tidak cukup valid untuk diukur. Hasil yang mencolok dan tidak seimbang tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat
melakukan uji korelasi terhadap variabel gaya kepemimpinan situasional.
3. Analisis Data Tambahan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis data tambahan untuk membuktikan adanya hubungan motivasi kerja pada relawan
berdasarkan lama masa kerja. Ardana et al., 2008 menyatakan bahwa motivasi kerja turut dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensi yang
dimiliki seseorang. Kompetensi tersebut dapat dilihat dari seberapa lama masa kerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan. Oleh karena itu
peneliti melakukan pengujian terkait masa kerja.
Tabel 31 Uji Data Tambahan Hubungan Masa Kerja dengan Motivasi Kerja
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
Pearson Chi-Square
6,122
a
2 0,047
Likehood Ratio 6,032
2 0,049
N of Valid Cases 73
Pada tabel 31, uji data tambahan dilakukan dengan menggunakan metode Chi-Square. Dalam metode Chi-Square, data dikatakan memiliki
hubungan apabila nilai sig 0,05. Pada uji data tambahan terkait masa kerja ini, diperoleh nilai sig = 0,047. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara masa kerja dengan motivasi kerja relawan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa kerja
merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi kerja relawan. Berikut merupakan distribusi frekuensi subjek berdasarkan motivasi kerja ERG
dengan masa kerja relawan :
Tabel 32 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Motivasi Kerja ERG dengan
Masa Kerja
No. Masa Kerja
Subjek Motivasi Kerja
Eksistensi Berelasi
Berkembang F
F F
1. 6 bulan
– 2 tahun 45
18 66,67
18 69,23
9 45
2. 2 tahun
28 9
33,33 8
30,77 11
55 Total
73 27
100 26
100 20
100
Pada tabel 32 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini terdapat 45 subjek yang memiliki masa kerja 6 bulan
– 2 tahun. Pada kategori tersebut, sebanyak 18 subjek tergolong dalam kategori kebutuhan
eksistensi, 18 subjek tergolong dalam kategori kebutuhan berelasi, dan 9 subjek tergolong dalam kategori kebutuhan berkembang. Selain itu,
sebanyak 28 subjek diketahui memiliki masa kerja 2 bulan. Subjek dengan masa kerja 2 bulan ini terdiri dari 9 subjek yang tergolong
dalam kategori kebutuhan eksistensi, 8 subjek tergolong dalam kategori kebutuhan berelasi, dan 11 subjek tergolong dalam kategori kebutuhan
berkembang. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada subjek
dengan masa kerja 6 bulan – 2 tahun memiliki motivasi kerja yang
cenderung dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan eksistensi dan kebutuhan berelasi. Disisi lain, pada subjek
dengan masa kerja 2 tahun memiliki motivasi kerja yang cenderung