Statistik Data Penelitian Deskripsi Data Penelitian

Pada variabel motivasi kerja menunjukkan bahwa mean teoritis dari masing-masing kebutuhan memiliki perolehan nilai yang lebih rendah daripada mean empiris dari masing-masing kebutuhan. Pada kebutuhan eksistensi, nilai mean teoritis yang diperoleh sebesar 15 dan mean empiris sebesar 19,04. Disisi lain, kebutuhan berelasi memiliki nilai mean teoritis sebesar 27,5 dan nilai mean empiris sebesar 36. Selain itu, kebutuhan berkembang memiliki nilai mean teoritis sebesar 17,5 dan nilai mean empiris sebesar 22,7. Selain itu, tabel 22 menunjukkan nilai signikansi 0,000 p 0,05. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja pada relawan tinggi.

2. Frekuensi Data Kategori

a. Distribusi Frekuensi Dimensi Kepemimpinan Situasional

Karakteristik subjek berdasarkan dimensi kepemimpinan situasional dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Perilaku Tugas dan Perilaku Hubungan. Hasil kelompok dimensi kepemimpinan ditampilkan pada tabel 23. Tabel 23 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Dimensi Perilaku Tugas dan Perialku Hubungan Pada Kepemimpinan Situasional No. Dimensi Kepemimpinan Situasional Subjek Total Tinggi Rendah F F 1. Perilaku Tugas 73 100 - - 73 2. Perilaku Hubungan 69 94,5 4 5,5 73 Dari skala yang telah diisi oleh 73 subjek diperoleh hasil yang kemudian dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan yang masing-masing memiliki skor tinggi dan rendah. Skor ini diketahui melalui mean teoritis pada masing-masing dimensi. Pada dimensi perilaku tugas diperoleh hasil bahwa seluruh responden sebanyak 73 subjek pada penelitian ini mempersepsikan bahwa pemimpin organisasi memiliki perilaku tugas yang tinggi. Disisi lain, pada dimensi perilaku hubungan diperoleh hasil bahwa sebanyak 69 subjek mempersepsikan pemimpin organisasi memiliki perilaku hubungan yang tinggi dan 4 subjek mempersepsikan pemimpin organisasi memiliki perilaku hubungan yang rendah.

b. Distribusi Frekuensi Efektivitas Kepemimpinan Situasional

Pada penelitian ini, dimensi kepemimpinan situasional dibagi menjadi dua kategori, yaitu skor tinggi dan skor rendah. Proses kategorisasi ini diperoleh dari mean teoritis pada masing-masing dimensi yang akan mengacu menjadi empat gaya kepemimpinan situasional. Pada dimensi perilaku tugas diperoleh mean teoritis sebesar 25 sehingga subjek yang memiliki skor 25 dikategorikan telah mempersepsi bahwa pemimpin memiliki perilaku tugas yang rendah. Sebaliknya bila subjek memiliki skor 25 maka subjek dikategorikan telah mempersepsi pemimpin organisasi memiliki perilaku tugas yang tinggi. Pada dimensi perilaku hubungan diperoleh mean teoritis sebesar 25 sehingga subjek yang memiliki skor 25 dikategorikan bahwa telah mempersepsi pemimpin organisasi memiliki perilaku hubungan yang rendah. Sebaliknya bila subjek memiliki skor 25 maka subjek dikategorikan telah mempersepsi pemimpin organisasi memiliki perilaku hubungan yang tinggi. Tabel 24 Kategori Gaya Kepemimpinan Situasional Gaya Kepemimpinan Situasional Hasil Skoring Perilaku Tugas Perilaku Hubungan Gaya Telling Tinggi Rendah Gaya Selling Tinggi Tinggi Gaya Participating Rendah Tinggi Gaya Delegating Rendah Rendah Tabel 25 Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Situasional No. Gaya Kepemimpinan Situasional Subjek Frekuensi 1. Gaya Telling 4 5,5 2. Gaya Selling 69 94,5 3. Gaya Participating - - 4. Gaya Delegating - - Total 73 100 Pada penelitian ini, skor tinggi dan rendah yang diperoleh masing-masing subjek digunakan untuk mengelompokkan subjek ke dalam empat gaya kepemimpinan situasional yang terdapat pada tabel 25. Gaya selling merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki presentase tertinggi pada perilaku tugas dan perilaku hubungan, yaitu sebanyak 69 subjek mempersepsi gaya kepemimpinan yang diterapkan ke dalam gaya selling. Gaya telling merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki presentase yang cukup tinggi pada perilaku tugas dan perilaku hubungan, yaitu sebanyak 4 subjek mempersepsi gaya kepemimpinan yang diterapkan ke dalam gaya telling . Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada subjek yang dapat dikategorikan ke dalam gaya participating dan gaya delegating . Hal ini disebabkan karena perolehan skor yang diperoleh subjek tidak sesuai apabila dikategorikan ke dalam gaya kepemimpinan tersebut. Tabel 26 Kategori Kesesuaian Gaya Kepemimpinan Situasional Berdasarkan Kematangan Pekerjaan dan Psikologis Gaya Kepemimpinan Situasional Tingkat Kematangan Pekerjaan dan Psikologis Gaya Telling R1 Gaya Selling R2 Gaya Participating R3 Gaya Delegating R4 Tabel 27 Distribusi Frekuensi Kesesuaian Gaya Kepemimpinan Situasional Berdasarkan Kematangan Pekerjaan dan Psikologis No. Gaya Kepemimpinan Situasional Tingkat Kematangan Pekerjaan dan Psikologis Subjek Keterangan F 1. Gaya Telling R1 - - R2 1 1,37 Tidak Sesuai R3 3 4,11 Tidak Sesuai R4 - - 2. Gaya Selling R1 - - R2 2 2,74 Sesuai R3 47 64, 38 Tidak Sesuai R4 20 27,4 Tidak Sesuai Total 73 100 Pada penelitian ini, diperoleh hasil pada sebanyak 1 subjek memiliki tingkat kematangan R2 pada gaya telling yang diterapkan dalam organisasi non-profit. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan gaya kepemimpinan situasional tidak sesuai dengan tingkat kematangan pekerjaan dan psikologis bawahan. Selain itu, sebanyak 3