dapat menciptakan situasi yang positif yang dapat mendorong relawan untuk bekerja dan berperilaku sesuai misi organisasi.
Dari beragam tipe kepemimpinan, terdapat tipe kepemimpinan yang efektif diterapkan dalam organisasi non-profit, yaitu tipe kepemimpinan
situasional. Hal ini dikarenakan situasi di sekitar organisasi non-profit seringkali berubah sehingga membutuhkan tipe kepemimpinan yang dapat
disesuaikan dengan situasi pada organisasi tersebut Topatimasang et al., 1988. Menurut Hersey dan Blanchard 1986, kepemimpinan situasional
mampu memberikan pemahaman dan petunjuk yang mudah dalam mengelola dan memotivasi seseorang. Hal ini dikarenakan pemimpin dalam tipe
kepemimpinan situasional tidak hanya berorientasi pada tugas, pekerjaan, pengawasan, dan waktu kerja saja, akan tetapi tipe kepemimpinan ini juga
menekankan pada hubungan interpersonal dan kematangan anggota dalam proses pengambilan keputusan bagi kelangsungan organisasi Hersey
Blanchard, 1986. Hal ini memungkinkan terciptanya kedekatan antara pemimpin dengan bawahannya, termasuk relawan. Selain itu, situasi
lingkungan kerja yang berubah-ubah dan cukup rawan menuntut pemimpin agar dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang fleksibel sesuai dengan
keadaan lingkungan kerja, yaitu kepemimpinan situasional Finkelstein, dalam Varela, 2013; Komunikasi pribadi, 27 Maret 2014.
Menurut Hersey dan Blanchard 1986, kepemimpinan situasional menekankan pada suatu kepemimpinan yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu
dimensi perintah dan dimensi pemberian dukungan yang masing-masing
dimensi tersebut diterapkan pada situasi tertentu. Unsur-unsur situasi yang mempengaruhi suatu gaya kepemimpinan adalah unsur waktu, tuntutan tugas-
tugas, iklim organisasi, rekan kerja, dan ketrampilan para bawahan Hersey Blanchard, 1986. Dalam penerapannya, gaya kepemimpinan tersebut dapat
diterapkan dengan mengetahui terlebih dahulu dimensi tingkat kematangan tiap bawahan sebab ketrampilan dan motivasi kerja bawahan cukup beragam
Hersey Blanchard, 1986. Hal ini menyebabkan seorang pemimpin harus melakukan evaluasi terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan tiap
bawahan untuk selanjutnya diterapkan sesuai dengan tingkat kematangan bawahan Hersey Blanchard, 1986. Kepemimpinan situasional kemudian
diterapkan melalui empat gaya yang dipilih dan disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan. Empat gaya tersebut adalah gaya telling, gaya selling,
gaya participating, dan gaya delegating Hersey Blanchard, 1986. Gaya kepemimpinan dan sikap pemimpin tersebut kemudian dipersepsi oleh
bawahan sehingga dapat mempengaruhi motivasi kerjanya Wahjosumidjo, 1987. Dengan kepemimpinan yang bersifat situasional, memungkinkan
bawahan untuk berpartisipasi mengutarakan pendapat maupun hambatan yang dijumpai di tengah masyarakat untuk menciptakan keputusan bersama bagi
kelangsungan organisasi Topatimasang, 1988. Pada organisasi profit, telah dilakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan gaya kepemimpinan situasional terhadap motivasi kerja yang menunjukkan hubungan yang tidak signifikan Rahadyani, 2005. Pada
lingkup organisasi non-profit, penelitian mengenai motivasi kerja relawan
telah banyak dilakukan, namun penelitian sebelumnya digunakan untuk mengetahui hubungan antara perilaku prososial maupun altruisme terhadap
motivasi kerja relawan Damayanti, 2011 ; Puspita, 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara efektivitas kepemimpinan situasional dengan
motivasi kerja relawan berdasarkan teori ERG pada organisasi non-profit di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efektivitas kepemimpinan situasional dengan motivasi kerja relawan
berdasarkan teori ERG pada organisasi non-profit di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
ilmu Psikologi, khususnya pada bidang Psikologi Kepemimpinan, Psikologi Industri dan Organisasi, serta Psikologi Sosial terkait
kepemimpinan situasional dan motivasi kerja dalam diri relawan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Subjek
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi subjek bahwa motivasi kerja merupakan unsur penting dalam
suatu organisasi yang dapat dipicu oleh beberapa aspek pendorong. Dengan adanya informasi tersebut, diharapkan subjek dapat
memahami aspek pendorong paling dominan dalam dirinya dan ikut berperan aktif untuk menjaga kestabilan motivasi kerjanya. Selain itu,
diharapkan subjek dapat lebih terbuka kepada pemimpin organisasi dalam mengungkapkan hal apa yang menjadi kebutuhannya agar gaya
kepemimpinan situasional dapat berfungsi secara efektif.
b. Bagi Organisasi dan Pemimpin Organisasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan masukan bagi organisasi dan pemimpin untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan aspek pendorong pada diri relawan
dalam menjalankan tugasnya agar organisasi dan pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai agar motivasi kerja
relawan tetap terjaga dan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang
dalam mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi Terry,
dalam Thoha, 1988; Robbins, 2006; Riggio, 2009; Northouse, 2013. Selain itu, Rost 1993 mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan bawahan yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama
dalam Jansen, 2013. Keberhasilan suatu proses kepemimpinan dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam menciptakan interaksi kerjasama
serta mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab kelompok untuk mencapai tujuan organisasi Wahjosumidjo, 1985. Oleh karena itu,
seringkali pemimpin lebih banyak memiliki peran untuk menciptakan jalinan komunikasi dan mempertahankan hubungan dengan bawahan
Northouse, 2013. Menurut Stogdill dalam Wahjosumidjo, 1985, kepemimpinan
memiliki beberapa definisi, yaitu : a. Suatu seni untuk menciptakan kesepakatan dan pemahaman yang
sama
b. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi c. Suatu kepribadian yang memiliki pengaruh
d. Tindakan dan perilaku e. Titik pusat pada proses kegiatan kelompok
f. Hubungan kekuatan kekuasaan g. Sarana pencapaian tujuan
h. Suatu hasil dari interaksi i. Suatu peran yang memiliki suatu pola
j. Awal dari terbentuknya suatu struktur Wahjosumidjo 1985 mendefinisikan kepemimpinan ke dalam
beberapa definisi, yaitu : a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti kepribadian personality
, kemampuan ability, dan kesanggupan capability. b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan activity pemimpin yang
tidak dapat dipisahkan dari kedudukan posisi serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
c. Kepemimpinan merupakan sebuah proses antarhubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan, dan situasi.
Kepemimpinan menurut Moenir 1988 adalah suatu sifat dan kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga individu tersebut diikuti,
dipatuhi, dihormati dan disayangi oleh orang lain serta bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki
oleh individu tersebut dalam Rahadyani, 2005. Selain itu, Bear dan Fitzgibbon 2005 mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses
pengelolaan yang seimbang antara efisiensi, keefektifan, misi dan visi untuk dapat menggerakkan organisasi dalam McMurray et al., 2010. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Wirawan 2013 yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemimpin menciptakan visi dan
melakukan interaksi saling mempengaruhi dengan para anggota kelompok untuk merealisasikan visi mereka.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan, kepribadian, dan kesanggupan
seseorang dalam
memimpin, menggerakkan,
mempengaruhi, menciptakan, dan mempertahankan hubungan dengan suatu kelompok
melalui suatu gaya atau perilaku. Gaya atau perilaku tersebut dilakukan agar pemimpin diikuti, dipatuhi, dihormati, dan disayangi oleh kelompok
tersebut sehingga tercipta suatu kesepakatan untuk mewujudkan tujuan bersama sesuai visi dan misi yang ada.
2. Kepemimpinan Situasional
Menurut Hersey dan Blanchard 1986, kepemimpinan situasional merupakan gaya kepemimpinan dimana peran pemimpin dianggap lebih
mengayomi, memahami, serta memahami situasi dan kondisi yang terjadi di dalam organisasi. Hal ini dilakukan sebab pada beberapa penelitian
menyatakan bahwa dalam suatu proses kepemimpinan, pemimpin yang