Paradigma Teoritis Paradigma Berpikir Metode Penelitian Kualitatif

58

E. Paradigma Teoritis

Gambar 1. Paradigma Teoritis Ibu Tiri yang Memiliki Anak Tunarungu Ibu Tiri Tunarungu Penilaian Negatif Ibu Tiri Swari, 2012  Kejam kepada anak suaminya  Jahat kepada anak suaminya  Tidak sayang kepada anak suaminya Penilaian Anak Tunarungu Heward, 1996  Memiliki keterbatasan komunikasi  Memiliki perbedaan emosi, perilaku dengan anak normal pada umumnya  Membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus Berupaya Menyesuaikan dan Menerima Diri Aspek-Aspek Penerimaan Diri Jersild, 1963 a. Persepsi mengenali diri sikap thdp penampilan b. Sikap thdp kelemahan kekuatan diri sendiri org lain c. Perasaan inferioritas sbg gejala penolakan diri d. Respon atas penolakan kritikan e. Keseimbangan antara “real self” “ideal self” f. Memiliki penerimaan diri penerimaan orang lain g. Penerimaan diri, menuruti kehendak menonjolkan diri h. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup i. Kejujuran dalam penerimaan diri j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri Penerimaan Diri 59

F. Paradigma Berpikir

Gambar 2. Paradigma Berpikir Keterangan Gambar : : Cerai, karena meninggal, sakit atau cerai hidup : Status Ibu Tiri Cerai Mati Menikah Kembali Suami Istri Istri Mengasuh Anak Menjadi Ibu Tiri Anak Berkebutuhan Khusus Permasalahan - Penilaian negatif mengenai status ibu tiri - Memiliki status sebagai ibu tiri - Memiliki anak tiri yang tunarungu Tunarungu 60 BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif

Pernikahan antara seorang duda yang memiliki anak tunarungu dengan seorang wanita akan memunculkan ikatan pernikahan yang baru. Adanya ikatan pernikahan yang baru ini, maka akan memunculkan peran ibu pengganti yaitu ibu tiri Arnee, 2013. Adanya penilaian negatif di masyarakat tentang karakteristik ibu tiri yang kejam, jahat, serta tidak perhatian terhadap anak bawaan dari suaminya, membuat wanita yang menyandang status tersebut membutuhkan upaya untuk menerima dirinya. Pandangan negatif pada ibu tiri tersebut, muncul dari legenda serta pandangan masyarakat yang mengembangkan cerita-cerita negatif dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga hal ini seringkali membuat status ibu tiri menjadi bahan pembicaraan yang kurang baik didalam masyarakat Swari, 2012. Adanya penilaian negatif mengenai status ibu tiri, tentu akan mempengaruhi penerimaan diri ibu tiri. Untuk menerima dirinya sebagai ibu tiri sudah membutuhkan proses, ditambah lagi ketika ibu tiri harus menghadapi kondisi anak tiri yang tunarungu. Dalam menghadapi kondisi anak tunarungu, tentunya ibu tiri juga membutuhkan penyesuaian dan upaya untuk dapat menerima kondisi dan keadaan dirinya. Hal ini sejalan dengan 61 fokus penelitian yaitu untuk mengetahui “gambaran penerimaan diri ibu tiri yang memiliki anak tunarungu”. Mengingat proses penerimaan diri pada wanita yang menyandang status sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu bersifat sangat individual, maka proses penerimaan diri tersebut membutuhkan penyesuain berbeda untuk setiap wanita yang menyandang peran sebagai ibu tiri meskipun ketika menghadapi kondisi yang sama memiliki anak tunarungu, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus intrinsik. Dimana penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus bermaksud untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasi Poerwandari, 2005. Penelitian studi kasus membuat peneliti dapat memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus khusus Poerwandari, 2007. Pendekatan kualitatif berusaha memahami suatu gejala sebagaimana pemahaman partisipan yang diteliti, dengan penekanan pada aspek subjektif dari perilaku seseorang. Penelitian kualitatif memungkinkan pemahaman tentang kompleksitas perilaku dan penghayatan manusia sebagai makhluk yang memiliki pemahaman tentang hidupnya Poerwandari, 2007. Pendekatan kualitatif digunakan karena sebagian perilaku manusia, yang penghayatannya melibatkan berbagai pengalaman pribadi dan proses internal individual sulit dikuantifikasikan sehingga mustahil diukur dan dibakukan, apalagi dituangkan dalam satuan numerik Poerwandari, 2007. 62

B. Lokasi Penelitian