35
2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri
Jersild 1963 mengemukakan beberapa aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut :
a. Persepsi mengenali diri dan sikap terhadap penampilan Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik, berarti dia sudah dapat
mengenali dirinya sendiri, dapat berpikir lebih realistik tentang penampilannya dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Bagaimana
seorang individu mempersepsikan dirinya dengan baik, bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu
tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.
b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik, mempunyai pandangan
yang positif mengenai kelemahan dan kekuatan yang ada pada dirinya. Menurutnya, merupakan hal yang sia-sia jika energinya hanya dipakai untuk
berusaha menjadi sesuatu yang tidak baik, atau berusaha menyembunyikan kelemahan dirinya sendiri di depan orang lain. Individu yang memiliki
penerimaan diri yang baik, tidak hanya berdiam diri dengan kemampuan yang dimilikinya, namun akan menggunakan bakat ataupun kelebihan yang
dimilikinya dengan lebih baik dan leluasa. Individu juga dapat menilai kelemahan dan kekuatan orang lain dengan lebih baik pula.
36 c. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri
Menurut Adler dalam Hall dan Lindzey, 1978, perasaan inferior adalah rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau
sosial yang dirasa secara subjektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna. Perasaan inferior yang muncul ini, berasal dari dalam diri
internal dan dari lingkungan eksternal individu. Inferioritas merupakan perasaan yang relatif tetap persistent tentang ketidakmampuan diri, atau
munculnya kecenderungan untuk merasa kurang dan rendah diri. Seorang individu yang terkadang merasakan inferioritas atau disebut dengan infeority
complex, adalah seorang individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri yang baik dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik atas
dirinya. Individu yang memiliki rasa inferior, akan membuat dirinya menjadi menolak atau menarik diri dari lingkungan sosialnya Jersild, 1963.
d. Respon yang baik atas penolakan dan kritikan Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namun
demikian individu mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia berusaha untuk melakukan
koreksi atas dirinya sendiri, dimana hal ini merupakan hal yang penting dalam perkembangannya menjadi seorang individu dewasa dan dalam mempersiapkan
diri untuk menghadapi masa depan. Individu yang tidak memiliki penerimaan diri justru menganggap kritikan sebagai wujud penolakan terhadap dirinya. Hal
yang penting dalam penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar dari
37 pengalaman dan meninjau kembali sikapnya yang terdahulu untuk
memperbaiki diri. e. Keseimbangan antara “real self”dan“ideal self”
Tidak semua individu dapat menerima dirinya, karena setiap orang memiliki real self dan ideal self di dalam dirinya. Real self adalah sesuatu yang
diyakini seseorang sebagai dirinya, sedangkan ideal self adalah harapan seseorang terhadap dirinya. Apabila ideal self tersebut tidak realistis dan sulit
untuk dicapai dalam kehidupan yang nyata, maka hal ini akan menyebabkan rasa kecewa, menyesal dan frustrasi Hurlock, 1978. Individu yang memiliki
penerimaan diri adalah individu yang dapat mempertahankan harapan dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik. Agar individu dapat menyesuaikan
ideal self dan real self-nya, maka individu harus mempersiapkan atau memiliki harapan-harapan lain yang dapat dicapainya sehingga ia tidak akan kecewa
ketika harapan atau real self yang diinginkannya tidak tercapai. f. Memiliki penerimaan diri dan penerimaan orang lain dengan baik
Seorang individu yang menyayangi dirinya, maka akan lebih memungkinkan baginya untuk menyayangi orang lain. Apabila seorang
individu tidak menyukai dirinya, maka akan lebih memungkinkan bagi dirinya untuk tidak menyukai orang lain. Adanya hubungan timbal balik antara
penerimaan diri dan penerimaan orang lain adalah ciri individu yang memiliki penerimaan diri yang baik. Oleh karena itu, hal tersebut dapat memunculkan
perasaan percaya diri dalam interaksinya dengan lingkungan sosial.
38 g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri
Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda. Apabila seorang individu telah menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti individu
memanjakan dirinya. Individu yang telah memiliki penerimaan diri, akan melakukan keinginannya tanpa harus merasa rendah diri dengan lingkungan
sekitarnya. Semakin individu menerima dirinya dan diterima orang lain, maka individu akan semakin mampu untuk terlihat percaya diri dalam interaksi
sosialnya dengan orang lain. h. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup
Individu dengan penerimaan diri yang baik, mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Namun, terkadang ia
kurang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang rumit. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya, akan tetapi juga
leluasa untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya.
i. Kejujuran dalam menerima diri Individu dengan penerimaan diri yang baik tidak harus selalu berbudi baik,
namun memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa ia nantinya. Individu ini dapat secara terbuka mengakui dirinya sebagai
individu yang pada suatu waktu dalam masalah, merasa cemas, ragu, dan bimbang tanpa harus memanipulasi diri menjadi orang lain.
39 j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri
Menerima diri merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Individu yang memiliki penerimaan diri akan memandang dirinya secara positif
dan apa adanya. Individu yang dapat menerima beberapa aspek hidupnya, bisa saja mengalami keraguan dan kesulitan dalam menghormati orang lain. Hal
tersebut merupakan arahan agar dapat menerima dirinya. Individu dengan penerimaan diri dapat membangun kekuatannya untuk menghadapi kelemahan
dan keterbatasannya. Banyak hal dalam perkembangan seorang individu yang belum sempurna. Bagi seseorang individu yang menerima dirinya, akan lebih
baik jika dapat menggunakan kemampuannya dalam perkembangan hidupnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui aspek-aspek
penerimaan diri, yaitu persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan; sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain; perasaan
inferioritas sebagai gejala penolakan diri; respon yang baik atas penolakan dan kritikan; keseimbangan antara real self dan ideal self; memiliki penerimaan diri
dan penerimaan orang lain; menerima diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri; menerima diri, spontanitas, menikmati hidup; kejujuran
dalam penerimaan diri, serta sikap yang baik terhadap penerimaan diri.
3. Proses Penerimaan Diri