Respon yang baik atas penolakan dan kritikan

117 lah ya, tapi ya..biasa aja nanggapinnya gitu lah. Hem..iyalah, biasa aja sih. Memang keadaan dia kayak gitu ya..terima ajalah…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E3b107-116h7 “Ya..dari suami kakak lah yakan, ya..berdualah gitu kami sharing, kalok dari keluarga kakak sih gak ada…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E3b132-134h8 “Ya..dukungan dari suami ada sih. Jadi itulah yang memperkuat diri kakak dari pikiran-pikiran negatif kakak. Karena kakak gak ada berpikiran negatif gitu. Jadi kalok seandainya jodoh, ya…jodoh. Kalok dari awalnya berpikiran negatif, mungkin dari awal sampek sekarang ya..gak jalan gitu kan…” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E3b176-182h11 Sartika tidak mempermasalahkan statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. Menurutnya jika ia merasa malu dan mempermasalahkan penilaian lingkungan mengenai statusnya, maka hal tersebut akan menjadi beban dalam kehidupan rumah tangganya. “Bisa lah qi. Anggap aja kakak itu bukan ibu tiri dah…gitu aja sih qi. Kalok dipikir-pikir malah makin beban pulak nantik jadinya. ” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E3b124-127h8

4. Respon yang baik atas penolakan dan kritikan

Penilaian lingkungan yang muncul terkait statusnya, bukanlah salah satu faktor yang membuat Sartika merasa rendah diri dan tidak berharga dihadapan orang lain inferiority. Menurutnya, orang lain memiliki hak untuk menilai dan berpendapat. Apabila ia mendapatkan kritikan, Sartika akan mengambil nilai positif dari penilaian tersebut sebagai hikmah bagi kehidupannya. Kritikan yang muncul tersebut akan dijadikannya sebagai evaluasi bagi dirinya agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya. 118 Namun, apabila penilaian tersebut memiliki nilai yang negatif, maka Sartika akan menjadikannya sebagai suatu pendapat saja. Sartika tidak akan memperdulikan penilaian negatif yang muncul tersebut. ”Enggak sih, enggak. Karena kakak kan lebih cuek gitu. Gak open lah istilahnya. Kakak orangnya gak openan, mau orang bilang apa-apa, kakak gak open. Karena kakak pun gak sukak ngurusin urusan orang lain juga kan? Ambil positifnya ajalah kalok ada penilaian kayak mana- mana gitu..jadiin pendapat ajalah…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E3b140-147h9 Jika dikaitkan dengan statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, Sartika akan menganggap kritikan atau pendapat orang lain mengenai statusnya tersebut sebagai masukan dan dukungan untuk dirinya. Statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, Sartika mengaku akan semakin terpacu untuk bisa merasa sabar dalam mengasuh Cindy yang mengalami tunarungu. “Kalok mengenai ibu tiri itu ya? Menanggapi seandainya pemikiran- pemikiran tetangga yang negatif ya…contohnya..contohnya apa cobak qi? Kau gak takut sama..sama..Hem..pendapat kakak apa ya? Ini agak bingung..apa yah? Menurut kakak apa yah? Hem..menurut kakak ya kita anggap sebagai masukan lah ya. Masukan lah ya? Ya gitu lah qi..kakak pun gak ngerti. ” W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014b814-824h38-39 “Ya..semakin terpaculah gitu kan, karena kan istilahnya ooh..dengan adanya anak ini, mungkin bisa lebih sabar gitulah ya ngadepinnya. Melatih kesabaran jugak lah ya kan? Banyak jugak ya tertawa….” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E4b186-190h10-11 Sartika tidak merasa takut terhadap celaan ataupun penilaian yang muncul terkait statusnya sebagai ibu tiri Cindy. Apabila ada penilaian yang muncul terhadap dirinya, maka Sartika akan membiarkan penilaian 119 yang muncul tersebut. Namun sampai saat ini menjadi ibu tiri, Sartika mengaku belum pernah mendapat penilaian negatif terkait statusnya sebagai ibu tiri. Meskipun dirinya pernah menerima penilaian mengenai kondisi Cindy, Sartika tetap menerima Cindy sebagai anaknya dan menjadikan penilaian tersebut sebagai pendapat untuk dirinya. Oleh karena itu, Sartika tidak terlalu mempermasalahkan status yang dimilikinya. “Kalok untuk takut sih, enggak sih qi. Gimana ya, kalok misalnya mereka mencela kakak, ya..kakak gak takutlah. Karena kan dari awal, ya..dari awal itu tadi gitu loh, karena udah menerima apa adanya gitu. Kalok seandainyalah ada celaan, ya kakak biarin ajalah. Kakak ya orangnya memang cuek, jadi ya mau gimalah. Kalok penialaian negatif ngapain diambil pusing kali kan gitu? ” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E4b224-232h13-14 “Gak perduli sih. Tidak perduli lah kalok ada penilaian tentang ibu tiri, gak open nada meninggi. Kalok penilaian tentang Cindy, ya..anggep aja itu pendapatlah...” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E4b152-155h9-10 Menurut Sartika, jika dibandingkan dengan pekerjaannya ia akan lebih mementingkan kritikan dari atasannya daripada mendengarkan kritikan dari orang lain mengenai statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. Hal tersebut dikarenakan Sartika menganggap bahwa pekerjaannya adalah sumber utama untuk mencari uang. Jadi, segala kritikan dari atasannya di tempat kerja adalah kepentingan yang harus diutamakan. Oleh karena itu, Sartika akan merasa down jatuh, sedih ketika mendapatkan kritikan dari atasannya dan tidak akan merasa down 120 apabila ada penilaian negatif mengenai statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. “Kalok untuk kerjaan, pasti dapet kritikan dari atasan pasti down ya kan? Tapi kalok untuk kritikan karena jadi ibu tiri yang punya anak tunarungu kakak sih biasa aja, karena maksudnya gak ngerasa begitu penting. ” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E4b398-402h23 “Karena menurut kakak, kerjaan itu ya…penting lah ya qi ya, tapi kalok untuk kritikan..penilaian orang-orang ya gak penting gitu loh qi. Jadi, gak buat kakak down lah istilahnya. Karena kan memang keadaan kakak saat ini kan ibu tiri, jadi mereka mau bicarain apa yasudahlah, gitu tertawa. ” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014b409-416h23

5. Keseimbangan Real self dan Ideal self Gambaran diri sebenarnya dan Keinginan diri