120 apabila ada penilaian negatif mengenai statusnya sebagai ibu tiri yang
memiliki anak tunarungu. “Kalok untuk kerjaan, pasti dapet kritikan dari atasan pasti down ya
kan? Tapi kalok untuk kritikan karena jadi ibu tiri yang punya anak tunarungu kakak sih biasa aja, karena maksudnya gak ngerasa begitu
penting.
” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E4b398-402h23
“Karena menurut kakak, kerjaan itu ya…penting lah ya qi ya, tapi kalok untuk kritikan..penilaian orang-orang ya gak penting gitu loh qi.
Jadi, gak buat kakak down lah istilahnya. Karena kan memang keadaan kakak saat ini kan ibu tiri, jadi mereka mau bicarain apa yasudahlah,
gitu tertawa.
” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014b409-416h23
5. Keseimbangan Real self dan Ideal self Gambaran diri sebenarnya dan Keinginan diri
Awalnya ketika menjadi seorang ibu tiri, Sartika mengaku tidak mengalami kesulitan untuk menerima status tersebut. Hal tersebut
ditegaskan oleh Sartika bahwa dirinya sudah mengetahui posisinya dari awal ketika menjalin hubungan dengan bang AN. Sebagai seorang wanita
pada umumnya, Sartika tidak pernah memiliki keinginan menjadi seorang ibu tiri. Namun saat ini dengan segala harapan yang ia miliki terhadap
dirinya dan keluarganya, Sartika mampu menerima segala keadaan dirinya dalam menjalani kehidupan sebagai ibu tiri Cindy yang tunarungu real
self. Meskipun membutuhkan waktu untuk dapat menyeimbangkan keadaan dirinya sebagai ibu tiri, saat ini Sartika mengaku telah mampu
menyeimbangkan keadaan dirinya sebagai ibu tiri real self dengan
121 keinginan dirinya menjadi ibu kandung ideal self yang belum tercapai.
Keinginan Sartika untuk menjadi ibu kandung, saat ini belum dapat tercapai karena Sartika belum dikaruniai seorang anak dari pernikahannya
dengan bang AN. “Gak ada sih, enggak. Gak ada, biasa aja. Gak sulit gimana-gimana
karena itulah tadi udah tau dari awal kan bakal jadi ibu tiri…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E5b213-216h13
“Maksudnya? Tertawa Kalok butuh waktu sih, ya pasti ada. Karena kan untuk nerima status tadi itulah butuh adaptasi kalok disebut-sebut
ibu tirinya si ini..gitu..…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E5b221-225h13
“Bisa sih, bisa diseimbangi gitu kan? Karena kan keadaan diri kakak saat ini sebagai ibu tiri, ya..walaupun sebagai perempuan dulukan gak
pengen jadi ibu tiri. Tapi kakak udah nerima kondisi kakak ini lah qi. Jadi ya enjoy
aja jadinya, gitu lo qi…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E5b249-255h15
“Bisa sih qi. Karena kan kakak punya harapan-harapan besar sama keluarga ini, sama hidup kakak ini, jadi kalok terpuruk gara-gara status
ya..gak mungkin kakak bertahan sampek saat ini kan jalani rumah tangga. Ya..bisalah menyeimbangkan diri kakak, karena kakak gak
pernah punya pandangan yang negatif jadi ya enjoy
aja gitu kan?..” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E5b382-390h22
Awalnya dengan adanya penilaian negatif yang muncul di masyarakat mengenai status ibu tiri yang kejam, membuat Sartika tidak begitu merasa
bangga menjadi ibu tiri. Menurutnya status sebagai ibu tiri di masyarakat memang ada, namun kekejaman seorang ibu tiri ditentukan oleh masing-
masing karakteristik individulnya. Ibu tiri dan ibu kandung, menurutnya memiliki peran yang sama sebagai seorang ibu, yaitu merawat dan
mengasuh anak. Namun, yang membedakan kedua istilah tersebut ketika
122 ibu tersebut mengasuh anak kandung yang lahir dari rahimnya atau
mengasuh anak bawaan dari suaminya. Disamping itu setelah menjalani peran sebagai ibu tiri Cindy, Sartika saat ini juga merasa bangga dan
menikmati perannya menjadi ibu tiri Cindy. Munculnya rasa bangga Sartika tersebut dikarenakan Sartika percaya bahwa Tuhan sudah
memberikan kepercayaan kepadanya untuk merawat anak dari suaminya. Selain itu ketika mengasuh Cindy, Sartika juga mengaku bahwa dirinya
bisa sekaligus belajar mengasuh anak. Agar nantinya jika telah memiliki anak kandung, dirinya mampu mengasuh dan merawat anak kandungnya
sendiri. “Kalok mengenai ibu tiri, yaa..itu tadi, tergantung individualnya
sendiri ya kan? Ya gitu tertawa ya..ya..ya..itulah. Ya mengenai ibu tiri itu tergantung individualnya sendiri, kalok seandainyalah kalok
anak kita bandel, ya kan pasti dipukul juga gitu kan? Ya seperti ibu kandung sendirilah gimana, tapi kan hem..orang menganggap kan
kalok ibu tiri itu kan kejam kan? Ya menurut kakak sendiri sih seperti itu gitu. Tergantung individul
ah sendiri…” W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014LA4b16-28h2
“Kalok untuk kakak sih sebenarnya ya..gak senang kali, ya..gak bahagia kali gitu kan? Karena istilahnya menurut kakak ya kan, kalok
istilah ibu tiri itu menurut kakak gak ada gitu lo. Karena kan gimana ya? Karena kan kita berumah tangga itu, pada awalnya udah dikasih
tau gitu lo. Bahwasanya anak itu seperti apa gitu kan? Jadi, menurut kakak istilahnya ya..ibu tiri itu ya ada memang status ibu tiri, ya kan?
Tapi, menurut kakak peran ibu tiri itu ya gak ada gitu lo. Ibu tiri ya
ibuk jugak gitu lo…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E5b194-206h12
“Kayak ibuk kandung aja gitu. Samalah perannya…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014b208-209h12
“Kalok bangga untuk jadi seorang ibu, ya..pasti bangga lah tertawa. Walaupun kakak saat ini belom melahirkan anak, ya..tapi banggalah
jadi seorang ibu dari Cindy. Bangganya itu bisa menjadi ibu dari anak
123 orang lain, berarti kan kita dipercaya Tuhan buat merawat..ngasuh
anak tiri itu..ya..walaupun..bukan anak kita kan? Sekalian belajarlah merawat seorang anaklah kalok nantik kakak punya anak kan? Kan
gitu? tertawa..ya..serulah jadi ibu itu..banyak belajar gitulah sama hal-
hal baru tentang ngasuh anak…” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014b202-214h12-13
6. Memiliki Penerimaan Diri dan Penerimaan orang lain dengan baik