131
9. Kejujuran dalam menerima diri
Setelah menjadi ibu tiri Cindy, Sartika merasa biasa saja. Dia tetap menikmati hidupnya tanpa harus memikirkan penilaian masyarakat
mengenai karakteristik ibu tiri yang kejam. Perannya sebagai ibu tiri Cindy, menurutnya tidak ada bedanya dengan ibu kandung pada
umumnya. Sartika melakukan perannya sesuai dengan tugas seorang ibu, yaitu mengasuh dan merawat Cindy yang mengalami tunarungu. Selain
itu, Sartika sudah menganggap Cindy sebagai anak yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri. Saat ini, Sartika telah mampu menerima dirinya dengan
apa adanya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. “Kalok untuk status kakak sebagai ibu tiri sih, ya menurut kakak
gimana ya? Ya..biasa aja gitu lo. Gak ada istilah atau kata-kata ibu tiri, dan gak ada istilah anak yang tunarungu gitu. Anggap aja, kakak
ngeluarin anak gitu kan tertawa yang menghasilkan dan ngasuh dia gitu. Istilahnya kayak gimana tugas ibu kandunglah gitu. Kejujurannya
ya seperti itu tadi, jadi kakak menerima diri kakak apa adanya dengan status yang kakak milikin inilah...
” W3.R1.ST.P.MDN.15Jun2014E9b448-459h25-26
Awalnya, Sartika sempat mengalami rasa cemas terhadap penilaian yang muncul terkait statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak
tunarungu. Dikarenakan dirinya belum pernah menikah, rasa cemas untuk menjadai seorang ibu tiri sempat muncul pada dirinya. Untuk mengatasi
rasa cemas yang muncul pada dirinya, Sartika berusaha untuk berperilaku baik kepada anak tirinya. Sehingga, penilaian lingkungan pada umumnya
terhadap karakteristik ibu tiri yang kejam, dapat diabaikan oleh Sartika. Dengan perilaku baiknya serta pikiran positif yang muncul pada dirinya,
132 membuat Sartika mampu secara perlahan menghilangkan perasaan cemas
yang ada pada dirinya. Saat ini, Sartika mengaku sudah mampu menghilangkan rasa cemas tersebut karena sudah terbiasa menjalani
perannya sebagai ibu tiri Cindy. Saat ini, Sartika mengaku bahwa ia tidak pernah merasa ragu, cemas dan bimbang lagi. Menurutnya, apabila dirinya
terlalu memikirkan statusnya sebagai ibu tiri Cindy, maka dalam menjalani hidupnya Sartika tidak akan merasa tenang.
“Ngatasin rasa cemas…ya kakak berusaha berperilaku selayaknya ibu kandung ajalah, jadi kan kakak gak ngerasa jadi ibu tiri..berbuat baek
sama anak tiri kakak..terus kan kakak jadinya ngerasa kalok ibu tiri itu gak seperti yang dibilang orang-orang itu, kejam..jahat..ya gak gitulah
karena kitanya udah berbuat baek itu kan sama anak tiri kita. Itu aja sih. Jadi..ya cemasnya itu pelan-pelan bisa ilanglah..karena kan balek
lagi ke pikiran kita..kita positif ya kita gak cemaslah..gitulah intinya. Positif aja sih intinya pikiran kita..gak usah mikir yang macem-
macemlah..jalani aja gitu.....
” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E9b1145-158h9-10
“Gak ada sih ngerasa ragu-ragu, cemas gitu. Anggap aja ya seperti itu tadi, gak ada yang namanya ibu tiri bagi kakak lo qi. Jadi
ngejalaninnya tenang gitu. Kalok seandainya gak tenang, kalok seandainya apa..ya..pasti sampai detik ini kita udah pisah perkara
nerima status ibu tiri yang punya anak tunarungu itu kan? Ya..karena itu tadi gitu lo qi, karena kata-kata sabar itulah makanya bisa nerima
semua itu...
” W3.R1.ST.P.MDN.15Jun2014E9b448-459h25-26
Selama berupaya menerima dirinya menjadi ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, Sartika mengaku bahwa dirinya tidak pernah merasa
bersalah dengan status tersebut. Kunci dari penerimaan dirinya itu adalah keterbukaan diri bang AN pada awal perkenalan. Jika bang AN tidak
pernah memberitahukan statusnya dari awal sebagai seorang duda yang
133 memiliki anak tunarungu, maka Sartika akan sulit untuk menerima kondisi
tersebut ketika sudah menikah. Oleh karena keterbukaan diri bang AN tersebut, Sartika mudah untuk menerima posisinya sebagai ibu tiri Cindy
yang mengalami tunarungu. Ia juga menambahkan bahwa ia sudah merasa ikhlas dari awal jika harus menjadi ibu tiri dari Cindy.
“Enggaklah dengan penekanan. Gak pernah menyalahkan diri sendirilah. Gimana ya, karena dari awalnya udah..hem..istilahnya udah
nerima, udah bakalan tau posisi kakak kalok nikah sama bang AN seperti apa, gitu...
” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E9b113-118h7-8
“Enggak. Gak ada. Udah ikhlas dari awal…” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E9b122h8
10. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri