187
3 Aspek-Aspek Penerimaan Diri
1. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan diri
Secara fisik, NB merasa kurang percaya diri dengan keadaan tubuhnya saat ini yang terlihat gemuk. Memiliki berat badan sekitar 80 kg, terkadang
NB merasa tidak percaya diri dihadapan orang lain. Meskipun NB memiliki tubuh yang gemuk, NB juga mengaku bahwa dirinya tetap merasa percaya diri
ketika berinteraksi dengan orang lain. NB menyatakan bahwa untuk menaikkan berat badan adalah sesuatu yang mudah, namun untuk menurunkan
berat adalah sesuatu yang sulit. “Ya..kalok dibilang, ya.. PD-nya ya gak seratus persen. Istilahnya, kok
kayak gini keadaan aku sekarang, kalok dulu kan timbangan sekarang ini kan..kalok dulu kan 55 kilo, kalok sekarang kan 70-an mencapai 80-an lah.
Istilahnya ada jugak gitu rasa gak PD. Hem..karena faktor kegemukan itu tadi. Cuman caranya untuk menurunkan berat badan lagi itu kayaknya
susah, tapi kemungkinan untuk nambah berat badan lagi mungkin bisa.…” W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014b368-400h19
“Tapi dengan postur tubuhku yang sekarang ini, ada jugak rasa PD, ada jugak rasa gak PD gitu. Berarti kan hem..PD-nya tadi itu sekitar 25 atau
50-an gitulah. Banyak gak PD- nya…”
W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014b406-411h20
NB mengaku, bahwa dirinya tidak terlalu terpaku terhadap penilaian orang lain mengenai kondisi badannya yang gemuk. Menurutnya penilaian yang
diberikan oleh orang-orang tersebut sesuai dengan kondisi badannya saat ini sehingga, NB tidak memperdulikan dan tidak terpaku pada penilaian orang
lain mengenai kondisi badannya yang gemuk. Ketika di jalan, NB mengaku pernah menjumpai seseorang yang memiliki berat badan di atasnya. NB pun
menceritakan kondisi orang tersebut kepada temannya. Namun temannya
188 memberikan tanggapan bahwa NB seharusnya tidak menerima kondisi
badannya yang gemuk, melainkan harus memotivasi dirinya untuk menurunkan berat badannya. Meskipun mendapatkan tanggapan dari
temannya untuk menurunkan berat badannya, saat ini NB sudah merasa bersyukur dengan kondisi berat badannya. NB juga merasa percaya diri
dengan kondisi badannya yang saat ini gemuk. “Kayaknya biasa aja, gak perduli kalilah sama tanggepan orang kalok aku
itu gemuk..gak terlalu terpakulah..karena kan memang aku ini gemuk. Kadang kan berpikir ngomong sendirilah.. ih..gemuk kali aku ya,
gimanalah ini ngurusinnya. Rupanya pas di jalan gitu kan, ada lagi yang lebih gemuk dari aku. Aku ngerasa, aku udah gemuk, ternyata masih ada
lagi yang lebih gemuk dari aku..syukur kali yakan? Ada jugak tanggapan dari teman, dia bilang gini, kau itu seharusnya gak boleh punya tanggapan
seperti itu. Itu namanyah bukan memotivasi diri kita sendiri, tapi tu harusnya kek mana supaya kita itu gak gemuk kayak orang itu jugak.
Sering jugak kawan ngomong kayak gitu. Tapi, cara untuk mengurusinya ini yang gak bisa. Mungkin kalok untuk nambah gemuk lagi ya..bisa
langsung ketawa dia…” W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E1434-456h21-22
“Ya..karena gemuk gitu? Ya..aku gak ada minderlah. Apa yang dibilang orang, ya..udah percaya diri ajalah karena kan badannya memang
gemuk...” W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E1461-465h22
Menghabiskan waktunya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, membuat NB tidak terlalu memperdulikan penampilannya. Namun ketika ada acara
yang berhubungan dengan lingkungan dan kelurahan, NB akan berdandan dan memperhatikan penampilannya. Menurutnya, penampilan adalah faktor utama
bagi seorang wanita. Namun dengan penampilan dirinya saat ini, NB sudah bisa menerima dirinya dengan apa adanya.
189 “Gak adalah..penampilan ya biasa aja...namanya ibu rumah tangga yang
ngurus anak..rumah..kalok ada acara kelurahan ajalah baru dandan..itupun gak menor kali. Ya..memang sih penampilan faktor utama untuk
perempuan, tapi ya..aku gini adanya dan aku udah bisa neri
malah…” W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E1478-485h23
“Iya..udahlah..udah bisa ku terima aku apa adanya..begini adanya..gitulah…”
W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E1488-489h23
2. Sikap terhadap Kelemahan dan Kekuatan diri sendiri dan orang lain
NB mengaku bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan ataupun bakat di suatu bidang tertentu. Namun ketika ditanya mengenai kekurangan dirinya,
NB langsung menjawab bahwa dirinya memiliki sifat keras kepala, mudah marah terbawa emosi dan tidak mau mengalah. Meskipun dirinya merasa
cepat marah, NB lebih memilih untuk menahan rasa marah yang mucul pada dirinya tersebut.
“Apa ya? Aku bingung. Memang kalok nyanyi ya sukak jugak, cuman kalok untuk hobi ya..enggak jugak gitu. Ditengok-tengok orang
ya...enggak berani. Kalok masak memang kuranglah…”
W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E2505-510h24-25 “Emosian, keras kepala, dah gitu gak mau ngalah. Gak mau kalah ni
modelnya, gak mau kalah gitu…” W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014E2b513-515h25
“Keras kepala. Emosi gitu. Cepat kali itu marah..ya itu..ditahan marahnya…”
W3.R2.NB.P.MDN.16Juni2014b517-518h25
Jika dikaitkan dengan statusnya sebagai ibu tiri, NB mengaku bahwa dirinya memiliki kelebihan rasa sabar pada dirinya. Menurutnya, jika dirinya
tidak sabar ketika menjalani peran sebagai ibu tiri, dirinya pasti sudah
190 berpisah dengan bang AD. NB mengaku, bahwa dirinya harus bisa bersikap
sabar dalam menghadapi kondisi anak tirinya yang tunarungu serta menghadapi perlakuan ibu mertuanya. Selain memiliki rasa sabar, NB
mengaku bahwa dirinya masih memikirkan keadaan suaminya jika NB harus menyerah dengan kondisi keluarganya saat ini. Meskipun dirinya mendapat
perlakuan kasar dari anak tiri dan ibu mertuanya, NB tetap merasa harus sabar dan berusaha berbuat baik dalam menghadapinya.
“Hem..kelebihannya sabarlah qi..cobak mikirlah kalok gak sabar-sabar aku jadi ibu tiri, apa gak nyerah aja aku dai kemaren-kemaren. Tengok ajalah,
kayak mana mertuaku, kayak mana keluarga lakikku, teros anak tiriku sikapnya itu kayak mana? Hem..entahlah qi..iya kalok gak sabar-sabar aku
ngadepin mereka 6 taun ini, entah jadi apalah aku kurasa sekarang..karena masih ada yang ku pikirkan jugaklah..suamiku. Ya..dianya kan gak papa
samaku, yang masalah ini kan mertua sama anak tirikunya..gitulah…” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1021-1033h48
“Iya qi sabarlah kelebihan aku..ngadepin hidupku ini..sama berbuat baek ajalah sama orang-orang yang jahat samaku. Nantik kan orang itu
merasakan jugak apa yang kurasakan..ya kan?..” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1035-1039h48
NB mengaku bahwa statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, bukanlah suatu kekurangan pada dirinya. Suaminya mengaku,
bahwa NB bukanlah seorang ibu tiri. Pengakuan dari suaminya tersebut, membuat NB memandang status ibu tiri yang memiliki anak tunarungu
bukanlah sebagai kekurangan pada dirinya. NB juga mengaku, meskipun dirinya memiliki kekurangan dalam hal emosi yang mudah marah dan keras
kepala, dia tidak akan memukul dan memarahi Aurum ketika marah. NB lebih memilih untuk mendiamkan Aurum atau pergi meninggalkannya. Apabila
191 Aurum masih bisa untuk diarahkan secara baik-baik, maka NB akan berusaha
untuk membujuk Aurum untuk berlaku baik. Ketika Aurum berlaku kasar kepada NB, maka NB akan memilih untuk tidak mengambilkan Aurum makan
dan tidak menghiraukannya. “Kekurangan? Ya..enggaklah. Ngapain nganggepnya kurang? Orang
suamiku lagian gak dianggepnya aku ini ibu tiri, jadi pengakuan itulah yang buat aku ngerasa kalok statusku ini bukan kekurangan bagi
aku..gitu…” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1043-1048h49
“Iya..aku emosian memang orangnya..tapi kalok ngadepin Aurum itu, gak mau aku ini..gak mau aku itu mukol dia apalagi marahin dia..aku lebih
milih diemin dia kalok gak ku tinggal aja dia kalok misalnya aku udah kesel kali..tapi kalok masih bisa dia istilahnya diarahkan untuk yang baek,
ya ku bujok pelan-pelanlah dia..maunya kek mana? Gitu. Ya..gitulah sabar aja ngadepin dia itu..tapi kalok dia kurang ajar samaku, barulah aku males
ngeladenin d
ia, ngambilin makan dia pun males…” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1053-1065h49-50
NB juga berusaha untuk berperilaku baik ketika menghadapi ibu mertuanya. Ketika ibu mertuanya menyalahkannya melakukan suatu hal, maka
NB akan membela dirinya dengan menjawab tuduhan ibu mertuanya. Begitu juga halnya ketika ibu mertuanya menuduh NB memukul Aurum, maka NB
akan berusaha untuk menjelaskannya secara baik-baik. Meskipun NB merasa kesal dengan tuduhan dan perlakuan dari ibu mertuanya, NB memilih untuk
menahan rasa marah tersebut. Menurut NB dirinya harus mampu mengontrol emosi yang ada pada dirinya, agar tidak menambah masalah baru.
“Sama mertua? Ya itu tadilah..walaupun aku ini emosian, tapi kalok sama dia, aku males banyak tingkah..kalok dia salah-salahin aku, barulah aku
agak ngejawab sikit..bela diri, karena kan aku gak salah..kalok aku gak salah, keras kepalaku keluar itu, karena aku kan gak salah gitu..tapi kalok
192 istilahnya dia pun nuduh aku mukol cucunya, ya aku jelasin baek-
baeklah..walaupun di kepala ini rasanya udah mau meledak aja gitu. Hem..kakak ini qi, emosian, tapi..emosinya ditahan dalam hati..gak mau
ngelampiaskan ke yang buruk-buruk..itulah tadi kurasa yang buat gak sehat badan ya kan? Ya gitulah aku ngontrol emosi tadi..ditahan..bisalah
aku
ngontrolnya biar gak muncul lagi masalah baru ya kan?..” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1067-1085h50
Menanggapi kelebihan dan kekurangannya, NB mengaku bahwa saat ini dirinya telah mampu menyeimbangkan rasa sabar dan rasa emosinya dalam
mengahadapi anak tiri yang tunarungu dan ibu mertuanya. NB mengaku telah mampu memandang kelebihan dan kekurangan dirinya dengan baik.
Menurutnya, jika dirinya tidak mampu mengontrol emosinya yang tertahan, maka dirinya tidak akan bisa menjalani rumah tangganya sampai saat ini. Jika
suatu hari dirinya mendengar mengenai penilaian tentang ibu tiri dan anak tunarungu, NB mengaku akan biasa saja menanggapinya. NB tidak akan
terpengaruh dengan penilaian tersebut. “Bisalah qi..kalok bawaanku emosi aja ngadepin orang itu, pasti gak
sampek sekarang kan rumah tanggaku kan? Trus kalok ada penilaian negatif tentang ibu tiri..tiri itu, anak tunarungu itu, ya..biasa ajalah
aku..gak ngaruh jugak samaku. Karena yang ngaruh itu kan, mertuaku…” W4.R2.NB.P.MDN.13Nov2014E2b1093-1099h51
3. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri