Penerimaan diri, menuruti kehendak, menonjolkan diri

126

7. Penerimaan diri, menuruti kehendak, menonjolkan diri

Sartika merasa tidak terlalu dekat ketika berinteraksi dengan tetangga di lingkungannya, Interaksi yang dilakukannya hanya sekedar bertegur sapa saja. Sartika mengaku bahwa ia bukan membatasi diri ketika berinteraksi dengan tetangganya. Namun, sedikitnya interaksi yang dilakukannya dikarenakan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Sartika lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja. Ia hanya memiliki waktu luang pada hari Minggu. Pada hari Minggu, Sartika dan keluarga kecilnya lebih sering menghabiskan waktu akhir pekan diluar rumah. Oleh karena itu, hal tersebut adalah salah satu penghambat dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. “Kalok interaksi di lingkungan, gimana ya..karena kan kakak istilahnya dari pagi sampek sore kan kakak kerja gitu. Jadi kalok seandainya udah pulang kerja, kakak di rumah aja. Kalok berinteraksi sama..tetangga, ya paling biasa-biasa aja. Ya..paling ngomongnya sekedar aja gitu. Gak ada ngomong yang lain-lain gitu. Jadi maksud kakak ya biasa aja gitu kan?... ” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b370-379h21-22 Sartika menyatakan apabila ketika dirinya sedang seharian di rumah, kemudian jika seandainya ia mendengar tetangganya membicarakan mengenai statusnya sebagai ibu tiri Cindy, maka ia tidak perduli dan tidak menghiraukan penilaian tersebut. Meskipun dirinya jarang di rumah dan memiliki kesempatan yang sedikit untuk berinteraksi di lingkungan tempat tinggalnya, tidak menghalangi Sartika untuk berusaha berkumpul dengan tetangga sekitarnya ketika memiliki waktu senggang. Sartika mengaku 127 tetap merasa percaya diri ketika berinteraksi dengan tetangganya dan berusaha untuk dikenal di lingkungan tempat tinggalnya. Menurutnya, bukanlah hal yang baik apabila harus mengurung diri di rumah serta membatasi interaksi dengan tetangga sekitarnya hanya karena memiliki status sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. “Hem..tapi kalok kakak seharian di rumah, kalok misalnya ada tetangga yang ngomongin tentang kakak gitu, istilahnya kakak ya gak open gitu, biarin ajalah orang mau ngomong apa, kan gitu kan? Kan orangnya kakak gak openan gitu…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b380-385h22 “Gak sih qi, enggak. Tetep percaya diri ajalah gabung sama orang- orang sekitar sini, gak enak jugak kan ngurung diri dirumah karena status? tertawa…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b389-392h22 Sampai saat ini, Sartika belum ada mengikuti salah satu perkumpulan di lingkungan rumahnya. Sartika mengaku ketidakikutsertaannya dalam perkumpulan di lingkungannya, dikarenakan dirinya belum bisa membagi waktu serta belum mendapat ajakan dari ibu kepala lingkungannya. Selama enam hari penuh, Sartika menghabiskan waktunya di tempat kerja. Oleh karena itu, ia masih bingung untuk membagi waktunya untuk mengikuti suatu perkumpulan di lingkungannya. Sartika juga mengaku, apabila ia sudah mendapat ajakan dari ibu kepala lingkungannya untuk ikut dalam suatu perkumpulan, ia akan ikut serta dan berusaha membagi waktunya. 128 “Tidak ada tertawa. Kayak perwiritan kan? Gak ada sih qi, belom bisa untuk saat ini…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b396-398h22-23 “Iyalah, akan mengikuti gitu kan?...” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b401h23 “Membagi waktunya masih sulit qi untuk saat ini, karena istilahnya dari pagi sampek sore istilahnya udah capek gitu qi. Kalok mau keluar- keluar pun uda malas, gitu lah. Nantik-nantik ajalah itu kan gitu kan…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E7b407-412h23 “Kalok untuk alasan kerja, pastinya nomor satu kan? Karena disitukan sumber makan kita..sumber uang kita ya..di kerjaan gitu kan? Dah gitu kan, pastinya karena di lingkungan kita kan belom ada perkumpulan wirit, paling arisan ibu-ibu lingkungan aja kan? Itu pun jarang kan? Jadi itu sih alasannya kenapa kakak belom ikut perkumpulan disini terus belom ada ajakan dari ibu kepling jugak kan untuk ngikut arisan...…” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E7b288-298h17 Sartika terlihat lebih percaya diri dan menonjolkan dirinya ketika di tempat kerja. Hal tersebut dikarenakan posisi Sartika sebagai serice advisor yang dituntut untuk bersikap ramah, ceria, berwawasan terbuka terhadap klien. Meskipun Sartika berstatus sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, tidak membuat Sartika merasa rendah diri di lingkungan kantornya. Respon yang biasa saja dari teman-teman kantornya juga membuat Sartika tidak memperdulikan statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. Dirinya tetap dapat mengekspresikan dirinya dengan apa adanya di tempat kerjanya. Istilah ibu tiri, menurutnya tidak terlalu berpengaruh terhadap interaksinya di tempat kerja. Menurutnya, 129 status ibu tiri yang dimilikinya bukanlah hambatan untuk dapat bekerja semaksiml mungkin. “Iyalah..orang itu biasa aja tanggepannya..mau kakak itu ibu tiri, istilahnya pun gak ngaruh-ngaruh kali ke orang itu, terus interaksi ke orang itu…lagian kan itu urusan kerja, ya..gak dibawak-bawaklah istilah ibu tiri itu ke tempat kerja..terus pun karena jadi service advisor itu, jadi gak mungkinlah malu atau gak PD pas ditempat kerja ya..ramah, terbuka ajalah kita dikerjaan..apalagi di depan klien kan? tertawa gak mungkinlah karena jadi ibu tiri, dikerjaan awak pun jugak gak maksimal..profesional ajalah…” W4.R1.ST.P.MDN.10Nov2014E7b422-434h24

8. Penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup