111 “Iya. Kalok orang mau nganggap seperti apa, kau gantilah
apanya..segala macemlah..istilahnya..ha..kau bagusinlah rambut kau itu gitu kan? Ah.. kapok situ gitu kan?
” W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014LE1b702-706h33
“Ya..lebih percaya aja sama diri sendiri gitu kan. Apapun dibilang orang..iihh..kau Tika rambut kau diapainlah itu..ah biar ajalah…suka-
sukak akulah..kan gitu kan? Tertawa ”
W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014b695-700h33
2. Sikap terhadap Kelemahan dan Kelebihan diri sendiri
Sartika mengaku bahwa ia memiliki kelebihan menyanyi dan menata rias. Namun, kelebihannya tersebut tidak dikembangkannya terlalu dalam
dan hanya dijadikan sebagai kegemaran saja. “Kalok untuk kelebihan sih..ya..kakak ya.. kakak kan sukak nyanyi
gitu kan? tertawa. Kalok untuk kelebihan sih..ya..lebih sukak kadang temen-temen kakak sukak itu sukak..iih..kucirinlah kayak gini..kayak
gitulah..ya kakak maksudnya..istilahnya kayak salon lah gitu yakan qi.
” W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014b715-723h34
Sedangkan kekurangan yang ada pada dirinya, yaitu mudah merasa down jatuh, sedih saat ada masalah pada dirinya. Salah satu contoh kecil
yang membuatnya merasa down yaitu ketika atasannya di tempat kerja memarahinya. Sartika mengaku bahwa ia adalah orang yang tidak bisa
dimarahi oleh orang lain apalagi ketika dimarahi oleh orang tua dan suaminya. Apabila ia dimarahi terus-terusan oleh orang lain, maka ia akan
menangis.
112 “Kakak
kekurangannya….istilahnya..hem..enggak..enggak apa
ya..langsung down-lah istilahnya. Ada..istilahnya kalok ada seandainya bos tu marahin kakak gitu-gitu kakak langsung down gitulah.
” W2.R1.ST.P.MDN.27Mei2014b741-746h35
Jika dikaitkan dengan statusnya sebagai ibu tiri, maka Sartika menganggap kelebihan dirinya yaitu memiliki rasa sabar dalam
menghadapi kondisi keluarganya saat ini. Menurutnya, kesabaran adalah kunci utama untuk mempertahankan sebuah rumah tangga. Sartika juga
mengatakan, jika dirinya tidak sabar dalam menghadapi kondisi anaknya yang tunarungu, maka dia tidak akan mampu menjalani kehidupan rumah
tangga selama dua tahun terakhir ini. Menurutnya menjadi ibu tiri dari anak yang tunarungu, membuatnya dapat melatih kesabaran dalam
mengasuh Cindy dan menjadi ibu tiri. “Tertawa Kelebihannya apa yah? Hem..kalok untuk kelebihan
kakaknya ya..lebih sabar aja sih. Ya.. lebih sabar aja sih. Kalok gak sabar, sabar ya…emosi terus jadinya tiap hari ya emosi gitu lo jadi ibu
tiri. ”
W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E2b10-15h2 “He’eh. Iya..sekalian ngelatih kesabaranlah ya kan? Ngurus Cindy itu..”
W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014b65-66h5 Sartika menyatakan bahwa kekurangan dirinya jika dikaitkan dengan
status ibu tiri yang dimilikinya, yaitu merasa mudah emosi sesaat yang terkadang sulit untuk dikendalikan. Jika sudah mulai merasa marah dengan
Cindy dan suaminya, maka Sartika akan diam dalam menghadapi suaminya dan Cindy. Selain memilih untuk diam, Sartika juga akan
membanting gelas ataupun piring sebagai tanda bahwa ia sedang marah. Ia
113 tidak akan menjerit-jerit ketika sedang bertengkar dengan suaminya.
Sartika tidak ingin pertengkaran yang terjadi didalam rumah tangganya terdengar oleh orang lain. Namun, Sartika dapat mengontrol rasa marah
sesaatnya dengan rasa sabar yang dimilikinya. Oleh karena itu, Sartika mengaku bahwa ia tidak akan merasa marah ketika ditanya orang lain
mengenai statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. Sartika akan menjawab dengan santai ketika ada orang yang ingin mengetahui
tentang statusnya sebagai ibu tiri Cindy. “Hem..kelebihannya..kalok sabar bisalah ya kelebihannya. Ya lah gitu
ajalah..Kalok kekurangannya ya itu tadi, emosi sesaat yang sukak ketahan. Kakak memang kayak gitu loh orangnya qi. Kan gak pernah
sih kalok kakak berantem itu kedengaran. Gak pernah kan nada meninggi mau sama sekali gimana pun, gak pernah gitu lo qi. Kalok
kakak udah emosi gitu kan, kakak gak mau sama dia suaminya, kakak bantingin aja tah apa yang mau kakak bantingin, ya kakak
bantingin. Hem..mungkin dia ya ngerti karena kakak marah itu, mungkin dia ngerti. Kalok kakak itu marah, gitu. Tapi kakak kalok
marah-marah berkoak-koak itu gak pernah, tapi ya gitu tah gelas tah piring kakak pecahin gitu lo nada meninggi. Gitu aja tertawa...
” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014b4563h4
“Hem..apa ya? Kalok kekurangannya ya..kadang emosian gitu kan, tapi karena sabar-sabar itulah jadi ketutupi. Hem..kelemahannya apa
ya? Hem..kakak pun kurang tau qi kelemahannya…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014E2b19-25h2
Sartika mengaku, bahwa ia memandang kelebihan maupun kekurangannya
dengan positif
dan baik.
Ia mengaku
dapat menyeimbangkan rasa emosi sesaat yang ada pada dirinya dengan rasa
sabar yang ia miliki. Menurutnya jika ia tidak memiliki rasa sabar dalam menjalani rumah tangga, maka rumah tangga yang ia jalani akan
114 mengalami perpisahan dari awal. Dalam merespon penilaian di masyarakat
mengenai status ibu tiri, Sartika juga mengaku bahwa rasa sabar juga dibutuhkan. Jika suatu saat ia mendengar secara langsung penilaian negatif
mengenai statusnya sebagai ibu tiri yang memiliki anak tunarungu, maka Sartika akan berusaha sabar dalam menghadapi penilaian tersebut dan
tidak terlalu memperdulikan penilaian yang muncul tersebut. “Iya. He’eh. Kalok gak sabar-sabar aja qi, hem..yaudah gak bersama
lagi kan ngejalani rumah tangga ini…” W3.R1.ST.P.MDN.15Juni2014b119-121h7-8
3. Perasaan inferioritas sebagai gejala penolakan diri