Metode Pendanaan Sentralisasi Berencana

5.3 Metode Pendanaan Sentralisasi Berencana

Metode Pendanaan Sentralisasi Berencana dilaksanakan dari tahun 1990an sampai Sekarang. Pada awal masa reformasi “Open Door Policy”, yaitu pada tahun 1980-1990, sistem ekonomi pasar ala sosialis belum sepenuhnya memperbaiki metode pendanaan pendidikan Tiongkok. Ketika Tiongkok menerapkan sistem pendanaan ala kapitalis, aliran dana untuk pendidikan banyak terkonsentrasi di daerah-daerah kota. Beberapa universitas di daerah kota mendapatkan aliran dana yang banyak, tetapi universitas dan institut di daerah pedesaan banyak yang terabaikan. Kondisi ini kemudian menyebabkan masalah kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan daerah yang kurang maju. Bahkan projek 211 dan projek 985 yang diluncurkan kemudian juga belum memberikan kontribusi yang cukup positif dalam menanggulangi kesenjangan pendidikan tersebut.

Pemerintah pusat menetapkan goal pada awal 1990an, bahwa program wajib belajar 9 tahun harus berjalan secara komprehensif di seluruh sekolah di Tiongkok pada tahun 2000. Para pakar kemudian menyadari bahwa perkembangan pendidikan di Tiongkok berjalan tidak seimbang, dan oleh karena itu kebijakan untuk setiap daerah atau propinsi harus disesuaikan dengan perkembangan kondisi masing- masing.

Tiongkok

Pada tahun 1993, survey membuktikan hanya daerah timur dengan populasi sekitar 31% dari rakyat Tiongkok yang mendapatkan pendidikan layak. Di antaranya, kota Beijing, Tianjin dan Shanghai telah berhasil menjalankan program wajib belajar 9 tahun di tahun 1994. Sedangkan propinsi di daerah timur lainnya diharapkan dapat merealisasikan tujuan tersebut pada tahun 1997. Daerah tengah Tiongkok yang dihuni sekitar 53% dari populasi rakyat Tiongkok telah berhasil menjalankan wajib belajar untuk pendidikan SD dan diharapkan dapat merealisasikan wajib belajar untuk pendidikan SMP pada tahun 2000. Daerah barat yang dihuni oleh ras minoritas dan termasuk daerah yang sangat miskin diharapkan bisa merealisasikan program wajib belajar 9 tahunnya setelah tahun 2000. Bahkan, daerah yang sangat miskin dan terbelakang, mungkin saja baru bisa menyelesaikan program wajib belajar 3 tahun di atas tahun 2005.

Yang menjadi masalah terbesar dalam pengalokasian dana adalah daerah tengah dan daerah timur tidak mendapatkan bantuan dana yang cukup dari pemerintah. Sementara pajak yang dipungut dalam ketentuan “dana luar budget” dinilai sangat memberatkan rakyat dan tidak memberikan hasil yang cukup signiikan. Sementara di lain pihak, pemerintah memiliki agenda untuk merealisasikan program wajib belajar 9 tahun di seluruh sekolah Tiongkok pada tahun 2000.

Pada tahun 1993, pemerintah Tiongkok mengeluarkan kebijakan terbaru terkait dengan “Reformasi pendidikan di Tiongkok menyambut abad ke-21”. Di pernyataan tersebut, pemerintah mengubah arah haluan dan konsentrasi sistem pendanaan untuk pendidikan di Tiongkok, dari yang tadinya berkonsentrasi dalam perbaikan kualitas pendidikan menjadi berkonsentrasi dalam mengatasi kesenjangan pendidikan di Tiongkok.

Pada tahun 1995, pemerintah meluncurkan projek “Wajib Belajar di daerah yang miskin” dengan mengalirkan “dana dalam budget” yang lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Projek dengan jangka waktu 5 tahun ini terfokus di “daerah tengah” pada tahun 1995 – 1997, dan kemudian mulai dialokasikan pada “daerah barat” pada tahun 1998 – 2000. Projek tersebut tercatat sebagai projek dengan dana investasi

916 Tiongkok 916 Tiongkok

Tiongkok kemudian mengumumkan bahwa pada tahun 2000, target mereka dalam merealisasikan program wajib belajar 9 tahun sudah tercapai secara garis besar. Tetapi, beberapa daerah yang tergolong sangat miskin masih membutuhkan konsolidasi lebih lanjut untuk implementasi selanjutnya. Target berikutnya yang ditetapkan pemerintah adalah bahwa pada tahun 2011, persentase pelajar yang mengikuti pendidikan SMP akan ditingkatkan sebanyak 90%, dan persentase pelajar yang mengikuti pendidikan SMA akan ditingkatkan di atas 60% dalam 5 tahun ke depan. Sementara untuk “daerah timur” yang dihuni oleh 15% populasi rakyat di Tiongkok, agenda kerja pemerintah masih terpusat untuk meningkatkan porsi pelajar untuk pendidikan SD dan pendidikan SMP.

Dengan alasan itulah, Departemen Pendidikan akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan projek “wajib belajar di daerah yang miskin” periode ke-2 pada bulan Desember tahun 2000. Semua sekolah yang berasal dari 522 daerah kecamatan di daerah miskin menjadi sasaran dari projek tersebut dimana 90% sekolah tersebut berasal dari “daerah barat”. Pemerintah pusat tercatat mengalirkan 5 miliar yuan dalam proyek periode ke-2 tersebut.

Selain itu, pemerintah membentuk beberapa komisi baru untuk mengatasi masalah ini, seperti: Education Fund, beasiswa untuk pelajar yang kurang mampu, pengiriman guru dan lain-lain. Sehingga metode pendanaan yang mengalir tidak hanya bergantung kepada pusat dan setiap universitas memiliki kebebasan untuk mencari dana tambahan melalui program-programnya masing-masing. Bahkan, pemerintah mengucurkan dana tambahan yang tidak sedikit kepada universitas, jika program tersebut dinilai cukup baik dan sejalan dengan kebijakan pemerintah pada tahun tersebut. Usaha pemerintah ini sangat signiikan dalam menanggulangi kesenjangan yang terjadi di sektor pendidikan.

Tiongkok

Secara keseluruhan perubahan metode pendanaan bisa disimpulkan menjadi reformasi dari metode pendanaan desentralisasi menuju metode pendanaan sentralisasi berencana.

Pertanyaannya adalah berapa total dana yang dialirkan pemerintah dalam membiayai program wajib belajar tersebut. Tidak ada jawaban dan pernyataan resmi dari pemerintah terkait hal ini dan besar dana yang dialirkannya pun berbeda-beda untuk setiap propinsi dan daerah, dinilai dari kemajuan daerah tersebut. Beberapa data tidak resmi menyatakan bahwa total dana yang dialirkan pada tahun 2006 berjumlah 50 miliar yuan secara keseluruhan dan meningkat 3 kali lipat menjadi 150 miliar yuan pada tahun 2008. Walaupun begitu, statistik tidak menunjukkan berapa proporsi dana yang dialirkan untuk program wajib belajar 9 tahun.

Metode Pendanaan Sentralisasi Berencana --- Pemindahan tanggung jawab pendanaan pendidikan dari tingkat desa dan kecamatan ke tingkat kabupaten

Selain aliran “dana dalam budget” dari pemerintah yang terus meningkat dalam rangka mengatasi kesenjangan dan ketidakseimbangan perkembangan pendidikan di Tiongkok, ada satu lagi reformasi yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan perubahan dari metode pendanaan desentralisasi menjadi metode pendanaan sentralisasi berencana, yakni pemindahan tanggung jawab pendanaan pendidikan dari tingkat desa, kecamatan ke tingkat kabupaten.

Pemindahan tanggung-jawab pendanaan pendidikan dari tingkat desa, kecamatan ke tingkat kabupaten ini dimulai pada tahun 2001. Kebijakan ini memberikan beban dan tanggung-jawab yang lebih besar terhadap pemerintah kabupaten dalam mengatur dan mengurus perkembangan pendidikan, alokasi sumber daya pendidikan dan administrasi sistem sekolah. Jika suatu kabupaten gagal untuk memenuhi biaya pendidikan yang ditetapkan pemerintah, pemerintah propinsi dan pusat baru memberikan bantuan. Kekurangan dana untuk infrastruktur dan administrasi akan ditanggung oleh pemerintah pusat sedangkan kekurangan gaji dan penghasilan guru akan ditanggung oleh pemerintah propinsi.

918 Tiongkok

Pemindahan tanggung-jawab ini juga menandakan bahwa kabupaten akan menjadi salah satu bagian pemerintahan untuk mengurus metode pendanaan pendidikan. Selain itu, untuk lebih meringankan beban para petani di daerah desa, pemerintah mulai menghapus biaya “dana pendidikan tambahan” yang dikenakan kepada rakyat desa. Sebagai gantinya, pemerintah meningkatkan subsidi “dana dalam budget” untuk menutupi kerugian dalam pembangunan SD di desa. Sedangkan, untuk SMP dan SMA, pemerintah kabupaten memainkan peran yang lebih penting dibandingkan sebelumnya.

Pada tahun 2006, pemerintah Tiongkok menyempurnakan sistem pembagian tanggung-jawab dalam metode pendanaan sentralisasi berencana. Aliran dana dalam bentuk “dana dalam budget” ke 3 daerah Tiongkok (daerah barat, tengah dan timur) dikelompokkan secara lebih spesiik. Besarnya aliran dana pun menjadi terencana dan disesuaikan menurut kondisi perkembangan dan situasi setiap daerah.

Untuk pengeluaran gaji dan penghasilan para guru, yang merupakan pengeluaran terbesar dalam kategori “dana dalam budget”, tanggung- jawab diserahkan kepada pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah setingkat propinsi. Untuk pengeluaran dalam pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan gedung sekolah, renovasi gedung, pemerintah akan mengeluarkan setengah biaya di daerah barat dan tengah. Untuk daerah timur, pemerintah sama sekali tidak membantu dan menyerahkan semua biayanya ke pemerintah daerah. Untuk bantuan pembelian buku-buku dan alat tulis pelajaran, pemerintah memberikan subsidi penuh untuk sekolah-sekolah di daerah barat dan tengah, dan memberikan sedikit bantuan untuk sekolah-sekolah di daerah timur.

Tabel 5.2 dan 5.3 menunjukkan kondisi kesenjangan pendidikan yang terjadi di Tiongkok. Yang pertama adalah, perbandingan kesenjangan murid di sekolah dasar di wilayah desa dengan wilayah kota. Dan tabel yang kedua adalah, perbandingan kesenjangan murid di sekolah dasar di propinsi maju dengan propinsi terbelakang. Dari tabel tersebut, kita dapat menyimpulkan 2 hal, yaitu: Pertama, metode pendanaan sentralisasi berencana terbukti dapat menekan dan mengurangi angka kesenjangan

Tiongkok

Tabel 5.2 Kesenjangan Murid di Sekolah Dasar Wilayah Desa dengan Wilayah Kota

Tingkat kesenjangan berdasar Tingkat Kesenjangan total "dana dari pemerintah"

Tahun Di Di heil

Di luar dalam

Di luar

heil

dalam Index

grup grup

Kesimpulannya, dalam metode pendanaan berencana ini, pemerintah terfokus dalam memajukan pendidikan sekolah di seluruh propinsi. Pemerintah kabupaten memainkan peran yang lebih dan mengambil tanggung-jawab ekstra dalam pembangunan pendidikan sekolah di daerahnya. Sementara itu, pemerintah pusat dan pemerintah propinsi memainkan peran yang lebih penting dalam meninjau situasi dan keadaan masing-masing daerah dan kemudian memberikan aliran dana yang lebih ke daerah-daerah yang membutuhkan. Kebijakan metode pendanaan berencana ini terbukti berhasil mengurangi kesenjangan pendidikan yang terjadi dan dirasa para pakar lebih cocok dengan perkembangan pendidikan Tiongkok di era modern sekarang ini.

920 Tiongkok

Tabel 5.3 Kesenjangan Murid di Sekolah Dasar Provinsi Maju dengan Provinsi Terbelakang

Tingkat kesenjangan berdasar Tingkat Kesenjangan total "dana dari pemerintah"

Tahun

Di heil

Di

Di luar

heil

Di luar

dalam Index

5.3.1 Anggaran Pemerintah di Bidang Pendidikan

Peningkatan anggaran pemerintah di bidang pendidikan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Baik itu dilihat dari segi APBN maupun dari segi GNP atau GDP. Peningkatan ini juga membuktikan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Tiongkok. Walaupun jika dilihat dari segi persentasinya, jumlah ini belum memenuhi harapan dan standar di dunia, yakni 4,5%. Tetapi jika dilihat dari prospek ke depan, Tiongkok dinilai para pakar akan dapat mencapai target tersebut dalam kurun waktu 2-3 tahun dimulai dari tahun 2010. Anggaran yang semakin meningkat juga merupakan suatu bukti bahwa metode sentralisasi berencana yang ditetapkan oleh pemerintah pada awal tahun 1990an memang berpusat pada pertambahan “biaya dalam budget”.

Peningkatan anggaran ini juga membuktikan usaha pemerintah Tiongkok dalam mengurangi “dana luar budget” yang biasanya menjadi beban bagi rakyat khususnya untuk rakyat yang tinggal di daerah tengah dan daerah timur Tiongkok. Dengan semakin meningkatnya “dana dalam

Tiongkok

Tabel 5.4 adalah statistik dari perkembangan anggaran pemerintah yang dikucurkan di bidang pendidikan.

Tabel 5.4 Statistik Anggaran Pendidikan di Tiongkok dari Tahun 1970

hingga 2014 (Prediksi)

Anggaran Pemerintah Tahun

32 Peningkatan yang signiikan itu juga akan mengantar Tiongkok dari

30 negara yang persentasi anggaran pendidikannya paling rendah di dunia (peringkat 15, dilansir pada data tahun 1994) menuju ke negara kelas menengah untuk anggaran pendidikan dengan persentasi GDP sebagai indikator. Selain itu pemerintah akan berkonsentrasi agar aliran dana ini bisa tersebar secara seimbang, dan tidak hanya terpusat pada sekolah atau universitas yang berada di daerah maju saja.

5.3.2 Masalah dalam metode pendanaan pendidikan

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok dalam mereformasi metode pendanaan pendidikannya memang terus membaik dan menunjukkan tren yang semakin positif, akan tetapi metode pendanaan yang sekarang mereka anut masih jauh dari kata sempurna. Berikut

922 Tiongkok 922 Tiongkok

Pertama, kekuasaan pemerintah daerah di bidang pendidikan meningkat, namun sistem pendanaan masih dikuasai dan dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Walaupun pemerintah telah memberikan sedikit otonomi kepada pemerintah daerah, tetapi pemerintah daerah kadang tidak mendapatkan dana yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan standar pendidikan minimal di daerah masing-masing. Kebanyakan aliran dana masih berkonsentrasi di daerah yang maju, sehingga subsidi dan kucuran dana yang dibutuhkan untuk perbaikan mutu dan standar sekolah di daerah pedesaan dan daerah kurang mampu masih sangat memprihatinkan.

Kedua, kucuran dana ke daerah pedesaan masih kurang dengan yang diharapkan. Khususnya, pendanaan untuk gaji seorang guru. Kebanyakan dari guru yang berkualitas di Tiongkok masih enggan untuk mengajar di daerah pedesaan dan daerah yang kurang maju. Karena itu, terkadang pemerintah mengucurkan dana lebih untuk membayar para pengajar yang rela untuk dialokasikan ke daerah pedesaan dan daerah yang kurang maju. Akan tetapi, kucuran dana tersebut kadang belum sepadan dengan harapan guru, sehingga kebanyakan dari para guru masih memilih untuk bertahan di daerah perkotaan.

Ketiga, aliran dana untuk mengatasi kesenjangan pendidikan antar daerah di Tiongkok masih jauh dari sempurna. Terkait dengan kondisi kesenjangan yang cukup tinggi di daerah Tiongkok, aliran dana yang dibutuhkan setiap daerah dalam menjamin standar minimal kualitas pendidikan jelas berbeda. Tetapi dikarenakan sistem ekonomi dan metode pendanaan untuk pendidikan di Tiongkok masih memakai sistem yang lama, sehingga aliran dana yang turun ke setiap daerah kadang tidak seimbang dengan kondisi daerah tersebut. Hal ini diakibatkan karena belum sempurnanya komisi setiap daerah yang mengurus pendanaan di bidang pendidikan.

Akhirnya, dalam mengatasi kesenjangan antara penduduk kota dengan penduduk desa dan penduduk daerah yang kurang mampu

Tiongkok

924 Tiongkok