Penelaahan Perencanaan

3.4 Penelaahan Perencanaan

3.4.1 Pendidikan Dasar

Sejalan dengan kebutuhan untuk menyediakan pendidikan untuk semua, tujuan utama pendidikan dasar adalah untuk memperluas akses sehingga tersedia waktu dan ruang di persiapan dasar (Elementary Prep) untuk setiap anak berumur 6 tahun. Pada tahun 2012, semua anak berumur 6 tahun diberi kesempatan untuk masuk ke kelas persiapan dan untuk menyelesaikan 3 tahun pendidikan dasar. Dalam pendidikan

Papua New Guinea

Penanganan kesetaraan dalam penyebaran guru dilakukan oleh Komite Alokasi Posisi yang menentukan kriteria penyebaran dan pengalokasian guru ke masing-masing provinsi. Komite Alokasi Posisi terdiri dari berbagai pemangku kepentingan termasuk perwakilan dari provinsi. Berbagai inisiatif diambil dalam rangka meningkatkan penyebaran guru termasuk pengenalan kembali kondisi layanan untuk mengajar siswa yang telah didanai oleh pemerintah, penentuan standar minimum perumahan guru, peningkatan tunjangan guru di sekolah terpencil dan insentif non-keuangan.

Pada tahun 1974 konsep reformasi pendidikan (Education Reform) diluncurkan di PNG. Salah satu aspek yang penting dalam reformasi pendidikan di PNG adalah fokus dalam penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di Sekolah Dasar. PNG mungkin merupakan satu-satunya negara di dunia yang memakai bahasa daerah sebagai alat membaca dan menulis disamping juga sebagai alat pengantar pengenalan budaya di Sekolah. Namun demikian, muncul persoalan mengingat di PNG terdapat lebih dari 850 bahasa daerah, karena bahasa daerah yang dipakai sebagai bahasa pengantar di kelas adalah bahasa daerah dari komunitas tertentu dimana sekolah-sekolah berada. Bahasa pengantar yang digunakan bisa bahasa daerah atau tok pisin (bahasa pidgin yang digunakan di PNG) bahkan juga bahasa Inggris jika bahasa itu adalah bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi, seperti sekolah-sekolah di Ibukota Port Moresby.

606 Papua New Guinea

Tabel 1. Wajib belajar 9 tahun pada pendidikan dasar berdasarkan reformasi pendidikan di PNG. Struktur reformasi didasarkan pada pemahaman bahwa sebagian besar penduduk hanya akan berpartisipasi pada pendidikan dasar, dengan jumlah terbatas yang terseleksi untuk pendidikan

menengah.

Sekolah Kelas/Usia

Bahasa

Karakteristik

Elementary Preparation, Bahasa daerah Terletak di komunitas kelas 1 dan 2,

kecil. Guru dipilih oleh usia 6-8 tahun

masyarakat. Primary lower Kelas 3 – 5,

Bahasa daerah Guru-guru kelas usia 9 – 11

3 dikenal sebagai tahun

dan bahasa

Inggris

bridging teacher, harus menggunakan kedua bahasa, daerah dan Inggris.

Primary upper Kelas 6 – 8, Bahasa Inggris Bahasa Inggris digunakan usia 12 – 14

sebagai bahasa instruksi tahun

di dalam kelas, tetapi penggunaan bahasa daerah masih dianjurkan.

3.4.2 Pendidikan Menengah

Sekitar lima belas tahun yang lalu, sistem pendidikan PNG masih menggunakan ujian nasional bagi siswa-siswi kelas 6. Pada saat itu Sekolah Dasar adalah dari kelas 1 sampai kelas 6. Pada kenyataannya tidak semua murid lulus ujian nasional pada kelas 6, sehingga timbul persoalan bagi murid-murid yang tidak lulus pada ujian nasional kelas 6, karena tidak dapat melanjutkan pendidikan ke kelas 7 dan untuk masuk dunia kerja usia mereka belum cukup.

Untuk itu muncul pemikiran untuk membangun “top up schools” dimana sekolah-sekolah dasar yang sudah ada ditambahi dengan dua kelas lanjutan (kelas 7 dan kelas 8). Selanjutnya sejak saat itu ujian nasional kelas 6 ditiadakan dan digantikan dengan ujian nasional COBE (Certiicate of Basic Education) di kelas 8. Oleh karena itu, transisi terjadi dari kelas 8 ke kelas 9. Bagi murid-murid kelas 8 yang tidak berkesempatan untuk meneruskan pendidikan ke kelas 9 dapat mencari peluang kerja mengingat sudah cukup umur. Disamping transisi pada

Papua New Guinea

11, dimana murid-murid kelas 10 wajib mengikuti ujian nasional. Kesempatan untuk pendidikan leksibel, terbuka dan jarak jauh akan

meningkat untuk menyediakan jalur alternatif dan sebanding bagi siswa dan orang dewasa untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Mungkin ada kesempatan lebih lanjut bagi siswa di luar kelas 10 atau 12 melalui pengaturan libur dan bekerja bagi orang PNG di Australia dan negara- negara lainnya. Skema yang diusulkan adalah bagi mereka yang berusia

18 sampai 30 tahun dan kesempatan akan terikat pada pelatihan untuk mahasiswa, baik di luar negeri atau kembali ke PNG.

Perdana Menteri Hon. Peter O’Neill mengimplementasikan “Tuition Fee Free Education” (Pendidikan Bebas Biaya) sejak dilantik sebagai Perdana Menteri, setelah memenangkan Pemilihan Umum 2012. Kebijakan “Pendidikan Bebas Biaya” adalah subsidi uang sekolah untuk semua murid PNG dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas termasuk juga murid-murid studi jarak jauh, institusi untuk anak- anak berkebutuhan khusus dan juga sekolah-sekolah swasta. Walaupun kebijakan ini disambut baik oleh sebagian besar orang tua PNG tetapi pada saat ini kebijakan “Pendidikan Bebas Biaya” justru menimbulkan persoalan baru antara lain sekolah-sekolah menjadi penuh sesak, tidak cukup meja dan bangku untuk murid, kurangnya sarana sekolah untuk keperluan murid yang jumlahnya mendadak meningkat, kekurangan guru-guru untuk mengajar di kelas–kelas yang jumlah muridnya sangat besar.