MasaTransisi Tahun 2011

6.1 MasaTransisi Tahun 2011

Revolusi 25 Januari 2011 telah membawa angin baru di Mesir. Tidak hanya dalam wilayah politik, tetapi juga di bidang pendidikan. Setelah berada di bawah pemerintahan otoriter selama kurang lebih 30 tahun, kini banyak pihak menjadi sadar bahwa dalam rentang waktu tersebut tidak banyak kemajuan pendidikan yang diraih Mesir. Bahkan banyak pihak yang menyatakan bahwa selama tiga dekade terakhir, pendidikan berada dalam kondisi mengenaskan dan mengakibatkan hilangnya profesionalisme, kaburnya moral, buruknya manajemen pendidikan, korupsi dana pendidikan, buruknya fasilitas pendidikan, terhambatnya inovasi dan lahirnya pengangguran-pengangguran berijazah.

Perkembangan terkini, setelah para pemuda dan bangsa Mesir berhasil menegakkan revolusi, harapan untuk memperbaiki pendidikan kembali bersemi. Namun tentu saja, sebuah bangsa yang baru bangkit dari tragedi kejatuhan selama 30 tahun, banyak mengalami kendala untuk memulai pembaruan pendidikan itu. Masa-masa transisi pasca-revolusi adalah masa-masa ketidakpastian bagi dunia pendidikan di Mesir. Setidaknya berikut ini adalah persoalan-persoalan yang mengemuka satu bulan terakhir pasca- revolusi dan masa-masa awal transisi:

1. Ketidakstabilan Kabinet Sejak Presiden Hosni Mubarak lengser dari jabatannya pada 11 Februari 2011 dan kendali pemerintahan dipegang oleh Dewan

Mesir

Tinggi Militer, Kabinet Transisi telah mengalami perombakan sebanyak tiga kali. Kabinet Perdana Menteri Ahmed Shaiq yang dibentuk oleh Presiden Mubarak, ditugaskan Militer untuk melanjutkan Pemerintahan. Dalam kabinet ini, Menteri Pendidikan Tinggi dijabat oleh Menteri lama, Dr. Hani Hilal, sekaligus merangkap pejabat Menteri Pendidikan dan pengajaran yang kosong sejak pengunduran diri kabinet Dr. Ahmed Nazhef.

Berselang dua minggu kemudian, kembali terjadi perombakan kabinet Ahmed Shaiq. Dalam perubahan susunan menteri, Kementerian Negara Riset Ilmiah dipisahkan dari Kementerian Pendidikan Tinggi dan pengelolaannya dijabat oleh Dr. Amr Salamah, yang lima tahun sebelumnya juga menduduki posisi yang sama. Sementara Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dipegang oleh satu menteri, Dr. Ahmed Gamaleddin, yang beberapa tahun sebelumnya juga pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Pengajaran. Banyak pakar pendidikan yang menyayangkan penggabungan ini, dikarenakan beban masing-masing kementerian tersebut sangat besar dan tidak mungkin hanya dipimpin oleh satu orang menteri. Meskipun tidak dilebur, tetapi menggabungkan kedua lembaga pendidikan tersebut ke dalam satu kementerian dipandang akan menambah persoalan- persoalan baru di kemudian hari. Kabinet Ahmed Shaiq jilid 2 ini rupanya hanya bertahan 10 hari, karena pada 3 Maret, Ahmed Shaiq mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri atas desakan massa. Militer kemudian menunjuk Dr. Isham Sharaf sebagai perdana menteri untuk membentuk kabinet baru. Di kabinet Sharaf ini, Kementerian Pendidikan Tinggi kembali digabung dengan Kementerian Negara Riset Ilmiah dan Teknologi dan dijabat menteri yang sama. Demikian pula Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dilanjutkan dengan menteri yang sama pula. Dalam situasi perubahan kabinet yang begitu cepat tersebut, tidak muncul suatu keputusan apapun terkait dunia pendidikan, bahkan jadwal masuk sekolah dan perguruan tinggi juga mengalami beberapa kali pengunduran dengan alasan

582 Mesir 582 Mesir

5 Maret 2011.

2. Revisi Kurikulum Sejarah Selaras dengan perubahan yang terjadi, Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dan Kementerian Pendidikan Tinggi mulai menjajaki revisi terhadap beberapa bagian dalam kurikulum pendidikan, terutama yang terkait sejarah Mesir mutakhir. Untuk kurikulum sejarah di sekolah, banyak pakar melihat bahwa sejarah yang termaktub dalam buku pelajaran siswa mengandung banyak kelemahan, dan bahkan manipulasi fakta demi membesarkan nama penguasa. Karenanya, mereka mengusulkan untuk menyusun ulang sejarah mutakhir Mesir dengan memasukkan revolusi 25 Januari sebagai salah satu materi dan membuang materi-materi yang tidak sesuai fakta tentang keberhasilan mantan Presiden Hosni Mubarak. Selain itu, metode pengajaran yang ditetapkan oleh rezim lama dianggap tidak relevan lagi untuk digunakan era baru dan perlu diganti dengan metode-metode baru yang lebih maju dan dikembangkan oleh negara-negara besar di dunia. Demikian pula di tingkat perguruan tinggi. Para pakar memandang bahwa para pemuda yang mengobarkan api revolusi sejatinya adalah para mahasiswa perguruan tinggi. Karenanya, menurut mereka, sudah sewajarnya jika keberhasilan para pemuda ini dimasukkan dalam materi-materi yang diajarkan di perguruan tinggi. Selain untuk mengenang jasa para pemuda, juga untuk menumbuhkan kesadaran partisipasi politik di kalangan mahasiswa perguruan tinggi.

3. Tuntutan Perbaikan Kesejahteraan dan Pengangkatan Guru Tetap Femonena lain yang juga menghiasi dunia pendidikan di Mesir adalah tuntutan para pekerja pendidikan, baik guru, dosen, maupun pegawai di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi. Mereka merasa telah mengabdikan diri sebaik mungkin namun tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya dari Pemerintah. Dengan terjadinya perubahan, mereka memiliki kesempatan untuk menuntut hak-hak yang seharusnya mereka dapat. Dengan kata lain, para guru, dosen dan pegawai meminta Pemerintah menaikkan gaji dan tunjangan

Mesir

583

mereka setelah bertahun-tahun tidak mengalami kenaikan. Di antara kelompok yang menuntut perbaikan adalah para guru kontrak dan honorer di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Pengajaran. Menurut mereka, semua syarat yang dibutuhkan untuk diangkat guru tetap telah mereka penuhi, termasuk lolos seleksi kader guru. Namun mereka tak juga mendapat surat pengangkatan. Menanggapi tuntutan ini, Menteri Pendidikan, Dr. Ahmed Gamaleddin, memutuskan untuk mengangkat para guru kontrak dan honorer tersebut terutama yang telah menjalani masa tugas lebih dari 3 tahun, telah lulus semua ujian dalam seleksi kader guru, memiliki ijazah kelayakan mengajar, dan telah memenuhi semua persyaratan untuk diangkat menjadi guru. Bahkan, mereka yang baru memenuhi sebagian syarat tersebut juga diberikan kesempatan untuk diangkat menjadi guru tetap, dengan syarat harus memenuhi semua persyaratan dan lulus seleksi kader dalam waktu satu periode kalender pendidikan mendatang. Menurut Gamaleddin, seluruh guru kontrak dan honorer yang akan diangkat tahun itu berjumlah 150 ribu orang, dan diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar 1,35 miliar Pound Mesir.