Metode Pendanaan Desentralisasi

5.2 Metode Pendanaan Desentralisasi

Metode Pendanaan Desentralisasi dilaksanakan pada tahun 1980 sampai tahun 1990an. Pada awal tahun 1980, seiring dengan reformasi

Tiongkok

“Open Door Policy” yang digalakkan oleh Deng Xiaoping, sistem ekonomi Tiongkok mulai berubah dari sistem ekonomi terencana menjadi sistem ekonomi pasar ala sosialis. Sistem pendanaan pendidikan yang dianut pun berubah seiring dengan reformasi tersebut. Tiongkok memasuki era baru dalam metode pendanaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan. Metode pendanaan pendidikan di Tiongkok beralih dari metode sentralisasi terpusat menjadi metode desentralisasi.

Di dalam metode pendanaan desentralisasi ini, pemerintah Tiongkok memberikan otonomi dan kebebasan yang lebih kepada pemerintah propinsi, daerah, kabupaten dan komunitas lokal lainnya dalam mengatur dan mengelola instansi pendidikan di daerahnya masing- masing. Melihat dari luas wilayah yang berbeda dan keanekaragaman pada masing-masing wilayah di Tiongkok, tidak salah jika para pakar berpendapat bahwa Tiongkok adalah “eksperimen metode pendanaan desentralisasi terkompleks dan terbesar di dunia.”

Pada masa desentralisasi ini, ada beberapa perubahan mendasar dalam metode pendanaan di bidang pendidikan, yaitu: pemerintah mulai melepaskan sedikit beban dari pembangunan pendidikan sekolah ke masing-masing wilayah. Pemerintah mempercayai desa untuk mengeluarkan dana dalam membiayai pendidikan SD di wilayahnya masing-masing, mempercayai pemerintah kecamatan untuk mengurus pendidikan SMP di wilayahnya masing-masing dan mempercayai pemerintah kabupaten untuk mengurus pendidikan SMA di wilayahnya masing-masing.

Menurut data statistik yang dikumpulkan dari penduduk Tiongkok, sumber dari aliran dana pendidikan dibagi menjadi dua kategori, yaitu: “dana dari pemerintah” dan “dana non-pemerintah”. Dana non- pemerintah dibagi menjadi : “dana dalam budget” dan “dana luar budget”. Dana dalam budget adalah aliran dana segar yang langsung dialirkan pemerintah ke setiap daerah. Sedangkan yang termasuk dalam kategori dana luar budget, adalah: “biaya pendidikan tambahan”, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembangunan enterprise-operated school dan juga potongan pajak yang diberikan kepada enterprise- operated school.

912 Tiongkok

Meskipun begitu, mayoritas dana yang tergolong dalam dana luar budget didapat dari “biaya pendidikan tambahan”. Biaya pendidikan tambahan sendiri dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: Yang pertama, Biaya pendidikan tambahan untuk kota, dikenakan melalui pajak produksi, bisnis dan pajak lainnya untuk rakyat yang tinggal di daerah kota. Rating dari pajak tersebut adalah 1% pada tahun 1986, meningkat menjadi 2% di tahun 1990 dan 3% di tahun 1992. Yang kedua, Biaya pendidikan tambahan untuk desa, dikenakan melalui pajak pertanian, UKM di daerah desa dan lainnya. Yang ketiga, Biaya pendidikan tambahan untuk komunitas lokal, dikenakan mulai tahun 1995 dari pemerintah daerah untuk kegiatan-kegiatan bertaraf hiburan semacam pariwisata, kuliner dan lainnya.

Walaupun, biaya pendidikan tambahan diambil oleh pemerintah daerah dan dikelompokkan oleh statistik resmi sebagai biaya dana luar budget pemerintah, tetapi di lain pihak, dana yang didapat dari biaya pendidikan tambahan lebih dipandang sebagai suatu pajak yang berasal dari sumber dana rakyat. Dengan alasan inilah, para pakar lebih memandang biaya pendidikan tambahan sebagai bentuk dari donasi rakyat. Terlebih lagi, pada kasus pemungutan biaya pendidikan tambahan di daerah desa adalah salah satu sumber dana terbesar terhadap berdirinya suatu sekolah di desa terkait. Pada kasus di desa-desa yang kurang maju dan terbelakang, beban biaya pendidikan tambahan ini sangat memberatkan rakyat dan memberikan penderitaan dengan standar tertentu di desa tersebut.

Tiongkok menyusun sistem data dalam pendanaan pendidikan mulai tahun 1997. Berdasarkan data yang didapat dari “Tiongkok Educational Finance Statistical Yearbook”, para pakar mencoba menghitung aliran dana ke pembangunan sekolah dasar dari tahun 1997 – 2005. Tabel berikut menunjukkan bahwa pada tahun 1997, setengah dari dana yang mengalir dalam pembangunan sekolah dasar berasal dari “dana dalam budget” pemerintah. Sedangkan “dana luar budget” yang termasuk dalam “biaya pendidikan tambahan” berjumlah ¼, dan sisanya berasal dari donasi sosial dan donasi lainnya. Meskipun dana yang dialirkan pemerintah terdiri dari dana dalam budget dan dana luar budget, tetapi deinisi dari dana luar budget di Tiongkok berbeda dengan negara lain.

Tiongkok

Kebanyakan dana luar budget berasal dari biaya pendidikan tambahan yang berasal dari pajak dan pungutan biaya yang dibebankan pada rakyat.

Sebagai negara yang sebesar satu benua dan memiliki budaya, adat istiadat yang beranekaragam, perkembangan ekonomi Tiongkok yang melesat pada awal 1990an menciptakan ketimpangan dan kesenjangan di beberapa propinsi dan daerah. Pada akhirnya, Tiongkok pun terpecah dan terbagi menjadi 3 daerah, yaitu: “daerah timur” sebagai perwakilan dari daerah yang maju atau daerah yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah semenjak “open-door policy”; “daerah tengah” sebagai perwakilan dari daerah yang relatif kurang maju; dan “daerah barat” sebagai perwakilan dari daerah miskin, daerah ras minoritas dan yang masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Karena metode pendanaan desentralisasi, perkembangan dan aliran dana ke setiap daerah menjadi tidak seimbang. Propinsi dan daerah yang lebih miskin tidak memiliki cukup dana dan sumber daya untuk mengelola kualitas dan mutu pendidikan di daerahnya. Kesenjangan dan ketimpangan sosial pun meningkat. Akibatnya, terdapat perbedaan kualitas pendidikan antara daerah barat dan daerah timur. Para pakar menilai, kesenjangan ini tidak lepas dari metode pendanaan desentralisasi yang dinilai sudah tidak cocok untuk diterapkan di negara sebesar Tiongkok.

Tabel 5.1 Proporsi Sumber Pendanaan Pendidikan di Tiongkok

Dana pemerintah Dana non-pemerintah Tahun

Iuran dalam

Sekolah Donasi

luar

lain

sekolah budget budget

swasta

sosial

914 Tiongkok

7.5% 6.3% Pada akhirnya, pemerintah memutuskan untuk meninggalkan

metode pendanaan desentralisasi yang sudah memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi dan pendidikan Tiongkok di sepuluh tahun terakhir dan melakukan reformasi metode pendanaan. Pemerintah beralih ke metode pendanaan sentralisasi seperti sebelum tahun 1980. Tetapi sentralisasi yang akan diterapkan pemerintah kali ini bukanlah metode pendanaan sentralisasi terpusat seperti sebelumnya, melainkan metode pendanaan sentralisasi berencana.