Penjelasan Sistem Pendidikan di Mesir

2.1 Penjelasan Sistem Pendidikan di Mesir

2.1.1 Pendidikan Dasar

Pendidikan Dasar terdiri dari taman kanak-kanak, tingkat dasar, dan tingkat menengah pertama.

Pendidikan tingkat taman kanak-kanak (TK) berada di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Pengajaran. Pada tahun 1999 –2000, terserap 16% anak usia pre-primary yang masuk taman kanak-kanak, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 24%. Seluruh keberadaan sekolah taman kanak-kanak (baik negeri maupun swasta) berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Pengajaran.

Mesir

Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Pengajaran adalah memilih dan mendistribusikan buku-buku pelajaran. Berdasarkan petunjuk Kementerian Pendidikan dan Pengajaran, jumlah maksimal peserta didik tidak boleh lebih dari 45 siswa per kelas. Kementerian Pendidikan dan Pengajaran juga mendapatkan sokongan dana dari lembaga internasional, seperti Bank Dunia untuk menopang pendidikan tingkat taman kanak-kanak dalam bentuk penambahan kesempatan masuk sekolah, perbaikan kualitas pendidkan, dan peningkatan kemampuan pengajar.

Pada tingkat dasar, peserta didik dari taman kanak-kanak bisa melanjutkan ke sekolah swasta, agama atau negeri. Sampai pada tahun 2007, daya serap masuk ke pendidikan dasar mencapai 7,8% pada sekolah swasta.

Pada tingkat menengah pertama, peserta didik akan memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) tingkat dasar jika lulus dalam ujian. Tuntasnya pendidikan pada tahap ini diharapkan bisa menghilangkan buta huruf dan kesempatan lapangan pekerjaan.

Pada sekolah menengah umum (Tsanawiyah ‘Ammah), tahun pertama (kelas 9) adalah kelas bersama. Pada kelas 10, siswa harus memilih satu dari 2 bidang, yaitu: Sains dan non-Sains (IPA & non-IPA). Bidang yang dipilih berlaku hingga kelas 11.

2.1.2 Pendidikan Menengah Umum dan Vokasional/Teknik

Sekolah menengah atas terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Sekolah Menengah Atas Umum (SMA Umum),

2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sistem Ganda yang direpresentasikan oleh Sekolah Kohl-Mubarak.

Masa belajar di SMA Umum adalah 3 tahun, SMK adalah 3 – 5 tahun, dan SMK Sistem Ganda adalah selama 3 tahun.

560 Mesir

SMK tersedia atas 3 jurusan yangberbeda, yaitu:

1. Industri,

2. Perdagangan, dan

3. Pertanian. Upaya untuk memperluas pendidikan kejuruan (vokasi) dan

pendidikan teknik dimulai tahun 1950-an. Pada tahun 1988, Mesir memiliki 563 buah sekolah vokasi dan teknik.

Saat akan melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah umum dan vokasional/teknik, para siswa maka harus terlebih dahulu lulus ujian komprehensif standar provinsi. Berdasarkan hasil penelitian, lulusan tingkat menengah pertama yang melanjutkan ke tingkat ini mencapai 77,3% pada tahun 2004.

Penilaian terhadap siswa dimulai sejak kelas 1 dan penilaian tersebut bersifat dasar sekaligus terakhir. Sementara untuk kelas 2 dan 3 nilai diambil dari rata-rata hasil ujian yang dilaksanakan dengan standar nasional. Nilai inilah yang dijadikan dasar kelulusan seorang siswa dan salah satu syarat untuk mendatar ke perguruan tinggi.

Pada saat ini Pemerintah Mesir telah bekerja sama dengan berbagai organisasi multilateral untuk mengembangkan sistem pendidikan agar mampu memberikan lulusan yang lebih berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan-pelatihan kepada para siswa di berbagai bidang keahlian.

Pemerintah juga telah menyatakan komitmennya untuk terus melakukan langkah-langkah konkret pengembangan kualitas pendidikan pada tingkat ini. Pada tahun 2006, pemerintah membentuk Dewan Pelatih Bidang Industri berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran. Lembaga inilah yang merancang, membina, dan memberikan arahan terkait strategi pelatihan dan pengembangan keahlian siswa.

2.1.3 Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal dideinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana di luar sistem pendidikan formal. Pendidikan ini

Mesir

2.1.4 Pendidikan Al-Azhar

Pendidikan di bawah naungan Al-Azhar pada umumnya merupakan Pendidikan keagamaan. Sistem pendidikan yang dikembangkan setara dengan pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan tingkat dasar dilaksanakan selama 6 tahun, tingkat menengah pertama selama 3 tahun, dan tingkat menengah atas selama 3 tahun. Pada awalnya, lama sekolah di tingkat menengah atas adalah selama 4 tahun, namun pada tahun 1998 Kementerian Pendidikan dan Pengajaran menurunkan lama belajar dari 4 tahun menjadi 3 tahun agar sama dan sesuai dengan sistem pendidikan tingkat menengah umum. Dalam model pendidikan yang dikembangkan Al-Azhar, siswa putra dan putri dipisahkan di seluruh jenjang pendidikannya.

Otoritas pendidikan di sistem Al-Azhar berada di tangan Dewan Tertinggi Al-Azhar. Lembaga Al-Azhar sebenarnya merupakan lembaga independen, namun secara administratif tetap berada di bawah kordinasi Perdana Menteri Mesir. Sekolah-sekolah Al-Azhar disebut Ma’had dan memiliki jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Kurikulumnya merupakan gabungan dari kurikulum keagamaan dan umum. Namun, materi pelajarannya umumnya tidak sebanyak di SMA Umum dan lebih banyak menekankan pada kurikulum keagamaan. Seluruh siswa beragama Islam. Sekolah-sekolah di bawah naungan Al-Azhar tersebar di seluruh wilayah Mesir, terutama di daerah-daerah pedesaan. Pada tahun 2007, jumlah sekolah Al-Azhar mencapai 8272 sekolah dengan jumlah siswa 1.906.290 siswa. Para siswa yang lulus SMA Al-Azhar dapat langsung melanjutkan ke pendidikan tinggi, di antaranya Universitas Al-Azhar (Al-Azhar University).

562 Mesir

2.1.5 Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi cukup populer di masyarakat Mesir. Sekitar 30% warga negara Mesir yang berada di usia produktif terdatar di perguruan tinggi. Perguruan tinggi di Mesir berada di bawah otoritas Kementerian Pendidikan Tinggi. Sampai saat ini, Mesir memiliki 17 universitas negeri,

51 institut negeri, 16 perguruan tinggi swasta, dan 89 sekolah tinggi. Di antara 51 institut itu terdapat 48 institut kejuruan/teknik dengan masa studi 2 tahun, dan 4 institut dengan masa studi 4 – 5 tahun.

Pada tahun 1990, terbit peraturan baru yang memberikan otonomi pada perguruan tinggi. Hanya saja, konstruksi pendidikan maupun sumber daya manusia masih belum memenuhi standar yang ditargetkan. Meskipun demikian, minat masyarakat Mesir untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi tetap tinggi. Pada tahun 1999 terjadi peningkatan jumlah mahasiswa sebanyak 659 ribu dari tahun sebelumnya dan bertambah pada tahun 2007 menjadi 2,5 juta mahasiswa. Berdasarkan kelompok pendatar berusia antara 18 – 23 tahun terjadi penambahan sekitar 20-28%.

Dilihat dari segi pembiayaan untuk pendidikan tinggi, maka belanja pendidikan tidak banyak mengalami peningkatan. Dari 77% jumlah mahasiswa yang masuk perguruan tinggi, 98% di antaranya masuk ke perguruan tinggi negeri yang gratis. Sementara dari 98% tersebut, 48% di antaranya berasal dari keluarga menengah ke atas. Penyebabnya adalah karena standar yang digunakan untuk masuk ke perguruan tinggi adalah nilai ujian di tingkat menengah umum/atas. Tentu saja, mereka yang berasal dari keluarga mampu, melalui bimbingan belajar yang mahal, dapat lulus dengan hasil yang tinggi, sehingga nilai ujiannya dapat mengantarkannya ke perguruan tinggi favorit di Mesir. Sementara itu, mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah umumnya tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena nilai tidak mencukupi dan/atau tidak mampu untuk memiliki kesanggupan membayar biaya perguruan tinggi swasta.

Pembinaan pendidikan tinggi berada di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah. Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah dibantu oleh

Mesir

Dewan Tertinggi Universitas yang dipimpin oleh Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah. Dewan ini beranggotakan perwakilan dari sektor-sektor pendidikan, perguruan tinggi, lembaga Al-Azhar, kebudayaan, perencanaan, keuangan, industri dan jasa, ketenagakerjaan dan pihak-pihak lain yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Struktur dan wewenang dewan ini dibentuk dan disahkan melalui Keputusan Presiden atas usulan Menteri Pendidikan.

Sistem yang berlaku di perguruan tinggi Mesir adalah sentralistik, sehingga perguruan tinggi tidak bisa menentukan sendiri hal-hal yang terkait dengan pembaruan kurikulum, pengembangan program studi, serta peningkatan mutu dosen dan pegawai. Dalam upaya melakukan pembaharuan dan pengembangan di perguruan tinggi, Pemerintah Mesir membentuk Lembaga Nasional Penjamin Mutu Pendidikan dengan tugas mendorong peningkatan mutu/kualitas perguruan tinggi. Selain itu, juga dibentuk lembaga lain yang berkonsentrasi pada pengembangan riset dan menggali penemuan-penemuan baru di berbagai bidang.

Seluruh perguruan tinggi negeri di Mesir tidak berbiaya, atau gratis. Mahasiswa tidak dipungut biaya apapaun, kecuali biaya administrasi pendataran pertama kali. Sementara itu, perguruan tinggi swasta menetapkan biaya yang sangat tinggi, sehingga hanya dapat dimasuki oleh orang-orang berpenghasilan tinggi.