Metode Pengumpulan Data Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar

46 Puspa Mekar baik berupa laporan bulanan maupun tahunan, studi literatur dari buku-buku yang relevan, hasil riset atau hasil penelitian sebelumnya, dan situs internet atau website yang terkait dengan topik penelitian, serta pengumpulan data informasi dari instansi atau lembaga yang terkait baik pemerintah maupun swasta, seperti Biro Pusat Statistik BPS, Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta instansi terkait lainnya. Selain itu, data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diantaranya, meliputi sejarah dan perkembangan, visi dan misi, struktur organisasi, kebijakan organisasi, rencana dan realisasi kegiatan usaha, saluran distribusi, area pemasaran, kualitas produk, dan pelayanan KUD Puspa Mekar terhadap anggotanya. Sedangkan, data kuantitatif diantaranya, meliputi laporan keuangan, kapasitas produksi, jumlah permintaan dan penjualan, jumlah anggota dan karyawan, serta jumlah populasi sapi perah yang dimiliki oleh anggota.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama bulan Maret sampai dengan April 2012. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari tahap observasi, wawancara, diskusi, dan kuesioner. Berikut ini adalah paparan tahapan pengumpulan data yang dilakukan: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar dan hal-hal lainnya yang mendukung penelitian. 2. Wawancara, yaitu melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak internal KUD Puspa Mekar, meliputi Ketua, Manajer Operasional, dan anggota KUD Puspa Mekar, serta dengan pihak eksternal, meliputi Penyuluh Pertanian Lapang PPL dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. 3. Diskusi, yaitu melakukan wawancara mendalam dan bertukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada dengan pihak internal dari KUD Puspa Mekar dan pihak eksternal dari Dinas Peternakan dan Perikanan 47 serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. 4. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada responden terpilih, meliputi Ketua, Manajer Operasional, dan anggota KUD Puspa Mekar, Penyuluh Pertanian Lapang PPL dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat. Kuesioner terdiri dari kuesioner untuk identifikasi faktor internal dan eksternal, serta kuesioner untuk rating dan pembobotan.

4.6. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis lingkungan usaha melalui analisis tahapan formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam tahapan formulasi strategi tersebut adalah matriks Internal Factor Evaluation IFE, matriks External Factor Evaluation EFE, matriks Internal-External I-E, matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat SWOT, dan rancangan arsitektur strategi.

4.6.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai KUD Puspa Mekar secara komprehensif, meliputi sejarah dan perkembangan, visi dan misi, serta struktur organisasi KUD Puspa Mekar. Analisis ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu strategi yang menunjukkan kondisi internal dan eksternal KUD Puspa Mekar. Hasil dari analisis ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, maupun matriks sesuai dengan hasil yang diperoleh.

4.6.2. Analisis Tahapan Formulasi Strategi

Penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahap kerja, yaitu tahap masukan input stage, tahap pencocokan matching stage, dan tahap pengambilan keputusan decision stage David 2009. Namun, dalam penelitian ini tahapan formulasi strategi yang digunakan hanya tahap masukan dan pencocokan saja. Tahap masukan dalam penelitian ini menggunakan matriks IFE 48 dan EFE. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan mencocokan faktor internal dan eksternal. Alat analisis yang digunakan pada tahap ini adalah matriks I-E dan SWOT. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah untuk memetakan program-program kegiatan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dalam penelitian, yaitu melalui tahap rancangan arsitektur strategi Yoshida 2006.

4.6.2.1. Tahap Masukan Input Stage

Tahap masukan input stage dilakukan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Untuk mempermudah peneliti membedakan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam lingkungan internal dan eksternal KUD Puspa Mekar, maka sebelumnya peneliti melakukan analisis mengenai stakeholder boundaries KUD Puspa Mekar yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 . Stakeholder Boundaries KUD Puspa Mekar a Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional KUD Puspa Mekar, meliputi aspek manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan, Lingkungan Eksternal: • PembeliKonsumen • Pesaing • Pemerintah • Dinas dan instansi terkait lainnya Lingkungan Internal: • Ketua • Pengurus • Manajer Operasional • Karyawan • Anggota 49 dan sistem informasi manajemen. Hasil dari analisis lingkungan internal ini kemudian diolah dengan menggunakan matriks IFE. Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal KUD Puspa Mekar yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Berikut ini adalah tahapan kerjanya: 1. Mengidentifikasi faktor internal KUD Puspa Mekar, kemudian melakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih dengan menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal KUD Puspa Mekar saat ini. 2. Menentukan bobot pada analisis internal KUD Puspa Mekar dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Penilaian bobot terhadap faktor strategis internal KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal 1 2 3 4 …. Total Xi Bobot αi 1 2 3 4 …. Total n Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah total nilai setiap variabel terhadap jumlah total nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : 50 Keterangan : αi = bobot variabel ke- i Xi = total nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3, …. n = jumlah total variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar antara 0,0 tidak penting hingga 1,0 sangat penting untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengidentifikasi tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan KUD Puspa Mekar dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja KUD Puspa Mekar harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, yaitu: 1 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kelemahan mayorutama 2 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kelemahan minorkecil 3 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kekuatan minorkecil 4 = Jika faktor strategis tersebut menjadi kekuatan mayorutama 4. Mengkalikan nilai dari pembobotan dengan peringkat pada tiap faktor dan menjumlahkan semua hasil kali tersebut secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan Tabel 9. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE berkisar antara 3,0 – 4,0, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar tinggi atau kuat, kemudian jika berkisar antara 2,0 – 2,99, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar rata-rata atau sedang, dan jika berkisar antara 1,0 – 1,99, berarti kondisi internal KUD Puspa Mekar rendah atau lemah. Xi αi = 51 Tabel 9 . Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Total Kekuatan 1……………. 2……………. 3……………. Kelemahan 1……………. 2……………. 3……………. Total b Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang yang mungkin dihadapi oleh KUD Puspa Mekar. Analisis lingkungan eksternal dapat dilihat dari lingkungan jauh dan industri. Lingkungan jauh terdiri dari aspek ekonomi, sosial budaya demografis dan lingkungan, politik pemerintahan dan hukum, serta teknologi. Sedangkan, lingkungan industri dapat diidentifikasi berdasarkan lima kekuatan bersaing, yaitu kekuatan persaingan dalam industri, kekuatan kemungkinan masuknya pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, dan potensi pengembangan produk substitusi. Dari analisis lingkungan eksternal ini kemudian diolah dengan menggunakan matriks EFE. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal dalam lingkungan eksternal KUD Puspa Mekar. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap KUD Puspa Mekar. Berikut ini adalah tahapan kerjanya: 1. Mengidentifikasi faktor eksternal KUD Puspa Mekar, kemudian melakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal KUD Puspa Mekar saat ini. 2. Menentukan bobot pada analisis eksternal KUD Puspa Mekar dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 52 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Penilaian bobot terhadap faktor strategis eksternal KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis Eksternal 1 2 3 4 …. Total Xi Bobot αi 1 2 3 4 …. Total n Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah total nilai setiap vairabel terhadap jumlah total nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : Keterangan : αi = bobot variabel ke- i Xi = total nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3, …. n = jumlah total variabel Adapun bobot yang diberikan berkisar antara 0,0 tidak penting hingga 1,0 sangat penting untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor untuk mengidentifikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan KUD Puspa Mekar dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan ancaman, faktor yag dianggap memiliki pengaruh yang paling besar dalam kinerja KUD Puspa Mekar harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang dan ancaman, yaitu: 1 = Sangat rendah, jika tidak berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar Xi αi = 53 2 = Rendah, jika kurang berpengaruh bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 3 = Tinggi, jika berpengaruh besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 4 = Sangat tinggi, jika berpengaruh sangat besar bagi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar 4. Mengkalikan nilai dari pembobotan dengan peringkat pada tiap faktor dan menjumlahkan semua hasil kali tersebut secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan Tabel 11. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE berkisar antara 3,0 – 4,0, berarti KUD Puspa Mekar merespon kuat terhadap peluang dan ancaman, kemudian jika berkisar antara 2,0 – 2,99, berarti KUD Puspa Mekar merespon sedang terhadap peluang dan ancaman, dan jika berkisar antara 1,0 – 1,99, berarti KUD Puspa Mekar tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Tabel 11 . Matriks External Factor Evaluation EFE Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Skor Total Peluang 1……………. 2……………. 3……………. Ancaman 1……………. 2……………. 3……………. Total Kuesioner rating dan bobot dalam analisis lingkungan internal dan eksternal pada penelitian ini menggunakan beberapa indikator untuk mempermudah responden dalam menjawab kuesioner agar hasil yang diperoleh tidak bias atau subjektif. Adapun beberapa indikator yang dijadikan acuan untuk menjawab kuesioner rating dan bobot dalam analisis lingkungan internal dan eksternal dapat dilihat pada halaman lampiran. 54

4.6.2.2. Tahap Pencocokan Matching Stage

Tahap pencocokan dilakukan untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal berdasarkan informasi yang telah didapat pada tahap masukan input stage. Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis matriks I-E dan SWOT untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak. a Matriks I-E Matriks I-E digunakan untuk memetakan posisi KUD Puspa Mekar saat ini ke dalam sembilan sel strategi berdasarkan analisis matriks IFE dan EFE Gambar 6. Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat koperasi yang lebih detail Rangkuti, 2000. David 2009 menyatakan bahwa matriks I-E didasari pada dua dimensi kunci, yaitu skor bobot total IFE pada sumbu x dan skor bobot total EFE pada sumbu y. Pada sumbu y matriks I-E, skor total dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Gambar 6. Format Matriks IE Sumber: David 2009 Kuat 4,0 – 3,0 Rata-rata 2,99 – 2,0 Lemah 1,99 – 1,0 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 – 4,0 3,0 I II III Menengah 2,0 – 2,99 2,0 IV V VI Rendah 1,0 – 1,99 1,0 VII VIII IX 55 Sembilan sel matriks I-E yang terlihat pada Gambar 6 tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, sel I, II, IV digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Strategi intensif penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau integratif integrasi ke belakang, ke depan, dan horizontal dapat menjadi strategi yang paling sesuai untuk diterapkan. Kedua, sel II, V, VII digambarkan sebagai pertahankan dan memelihara. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk tipe sel ini. Ketiga, sel VI, VII, IX digambarkan sebagai panen atau divestasi, yaitu usaha memperkecil atau mengurangi usaha dengan menggunakan strategi divestasi, diversifikasi konglomerat, dan likuidasi. b Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghasilkan strategi yang lebih aplikatif berdasarkan posisinya pada matriks I-E. Rangkuti 2003 menyatakan bahwa analisis matriks SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. David 2009 menyatakan bahwa dalam menyusun matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menuliskan kekuatan internal kunci KUD Puspa Mekar 2. Menuliskan kelemahan internal kunci KUD Puspa Mekar 3. Menuliskan peluang eksternal kunci KUD Puspa Mekar 4. Menuliskan ancaman eksternal kunci KUD Puspa Mekar 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat strategi S-O dalam sel yang ditentukan 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat strategi W-O dalam sel yang ditentukan 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat strategi S-T dalam sel yang ditentukan 56 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal danmencatat strategi W-T dalam sel yang ditentukan. Tabel 12. Format Matriks SWOT Analisis Internal Analisis Eksternal Kekuatan Stregths-S Kekuatan-kekuatan internal KUD Puspa Mekar Kelemahan Weakness-W Kelemahan-kelemahan internal KUD Puspa Mekar Peluang Opportunities-O Peluang-peluang eksternal KUD Puspa Mekar Strategi S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Ancaman Threats-T Ancaman-ancaman eksternal KUD Puspa Mekar Strategi S-T Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: David 2009

4.6.2.3. Arsitektur Strategi

Arsitektur strategi adalah rancangan alternatif strategi yang dijabarkan dengan lebih rinci ke dalam program-program kegiatan. Bentuk aristektur strategi akan lebih mudah dipahami karena alternatif strategi akan dijabarkan dalam bentuk gambar yang diposisikan dalam rentang waktu yang sudah ditargetkan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga memudahkan pihak KUD Puspa Mekar dalam membaca, memahami, melakukan, dan mengevaluasinya. Rentang waktu yang digunakan dalam arsitektur strategi tidak memiliki standar baku tertentu, hanya disesuaikan dengan kebijakan maupun keputusan KUD Puspa Mekar dalam mencapai tujuannya. Rentang waktu yang ditetapkan KUD Puspa Mekar untuk mengimplementasikan arsitektur strategi pengembangan usahanya adalah selama empat periode waktu. Pemilihan rentang waktu tersebut mempertimbangkan kondisi KUD Puspa Mekar yang diperoleh dari pengurus dan disesuaikan dengan rencana strategis, visi, misi, dan tujuan KUD Puspa Mekar. Dengan demikian, rancangan arsitektur strategi ini merupakan suatu proses berpikir kreatif yang menggabungkan seni dan hasil strategi yang diperoleh dari tahap pencocokan melalui matriks SWOT. Yoshida 2006 menyatakan bahwa 57 dalam menyusun arsitektur strategi yang lengkap perlu memperhatikan unsur- unsur sebagai berikut: a. Visi dan Misi Organisasi Visi dan misi organisasi dalam arsitektur strategi berguna sabagai pedoman dan arah organisasi di masa depan, sehingga gambar arsitektur strategi yang baik harus sesuai dengan visi dan misi organisasi. b. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis ini merupakan tahap identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi organisasi saat ini dan masa yang akan datang. c. Industry Foresight Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin. Dengan menyusun suatu masa depan industribisnis, maka organisasi akan dapat mengontrol evolusi industrinya. d. Tantangan Organisasi Strategic Challenge Tantangan organisasi adalah sarana atau tata cara operasional yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh organisasi untuk memperoleh keunggulan- keunggulan bersaing baru secara bertahap. Tantangan organisasi mengidentifikasi titik fokus untuk pembangunan kapabilitas organisasi dalam jangka pendek dan menengah. Titik fokus ini lazimnya diprioritaskan pada kelemahan organisasi. e. Sasaran Organisasi Sasaran merupakan tujuan organisasi yang dikuantifikasikan dengan baik. Sasaran ini dibuat dalam rangka memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek serta sejalan dalam menjawab tantangan organisasi. Dengan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut dan hasil alternatif strategi yang diperoleh melalui matriks SWOT, maka dapat dirancang program- program yang akan digambarkan dalam peta arsitektur strategi. Adapun tahapan dalam rancangan arsitektur strategi pengembangan usaha KUD Puspa Mekar dapat dilihat pada Gambar 7 berikut. 58 Gambar 7. Tahapan Rancangan Arsitektur Strategi Pengembangan Usaha KUD Puspa Mekar Analisis Lingkungan Internal IFE Analisis Lingkungan Eksternal EFE Matriks SWOT Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi Tantangan dan Sasaran Organisasi Rancangan Arsitektur Strategi Rekomendasi Program-Program Matriks I-E 59 V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR

5.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar

Strategi pembangunan ekonomi nasional difokuskan pada pembangunan kerakyatan, dimana pengusaha kecil dan menengah maupun koperasi sebagai ujung tombaknya akan saling bahu-membahu dan memperkuat persatuan dan kesatuan di dalam mewujudkan ekonomi yang berbasiskan kerakyatan. KUD Puspa Mekar adalah salah satu contoh koperasi yang lahir untuk mewujudkan strategi pembangunan tersebut. Latar belakang didirikannya Koperasi Unit Desa KUD Puspa Mekar adalah atas dasar pemekaran desa di wilayah Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat pada tahun 1988. Pada saat itu desa-desa yang terletak di wilayah Kecamatan Cisarua mengalami pemekaran wilayah, sehingga menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Parongpong. Di Kecamatan Cisarua telah lama berdiri sebuah KUD yang wilayah kerjanya juga mencakup wilayah Kecamatan Parongpong. Namun, adanya program pemerintah melalui Inpres nomor 2 tahun 1978 yang mewajibkan pendirian KUD pada setiap kecamatan, maka didirikanlah KUD Puspa Mekar di Kecamatan Parongpong. Pada tahun 1988, KUD Puspa Mekar masih bernama Koperasi Unit Desa Bunga Indonesia Cihideung Indah KUD BICI, baru kemudian pada tanggal 16 April 1998 diadakan perubahan Anggaran Dasar AD Koperasi, sehingga nama KUD BICI berubah menjadi KUD Puspa Mekar yang secara resmi terdaftar pada tanggal 24 Juni 1998 dan memperoleh badan hukum dengan nomor 8804BHPADKWK-10VI1998. Bidang usaha yang dikelola saat itu bergerak di sektor pertanian tanaman bunga, simpan pinjam, waserda, industriperdagangan umum, dan pelayanan jasa. Seiring perkembangan waktu, KUD Puspa Mekar tidak berperan secara signifikan terhadap komoditi tanaman bunga karena sebagian dari anggotanya membentuk kelompok dan asosiasi sendiri di luar dan tanpa seizin KUD Puspa Mekar. Pada tahun 1999, KUD Puspa Mekar beralih dari sektor pertanian tanaman bunga menjadi sektor peternakan sapi perah dengan unit usaha yang masih bertahan, yaitu unit usaha simpan pinjam dan waserda serta unit usaha baru, yaitu unit usaha makanan ternak. Pergantian komoditi menjadi sapi perah disebabkan Kecamatan Parongpong selain berpotensi pada pengembangan 60 usaha tanaman bunga, juga berpotensi pada pengembangan usahaternak sapi perah. Periode tahun 2000-2004 merupakan masa kejayaan bagi KUD Puspa Mekar karena mampu mencapai produksi susu sebanyak 12 ton per tahun atau sekitar 32.000 liter per hari. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah produksi susu semakin menurun sampai pada tahun 2006 yang mencapai titik terendah, yaitu sebesar 2.700 liter per hari. Selain penurunan produksi susu yang sangat rendah, pada tahun tersebut terjadi banyak masalah dalam manajemen organisasi KUD Puspa Mekar yang hampir menyebabkan kebangkrutan bagi KUD Puspa Mekar. Permasalahan tersebut, antara lain banyaknya kolektor susu yang muncul dalam keanggotaan koperasi dan banyaknya pemegang saham atau investor yang menanamkan modalnya di KUD Puspa Mekar, sehingga menyebabkan timbulnya kepentingan pribadi dalam kepengurusan koperasi. Oleh karena itu, untuk menjaga KUD Puspa Mekar dari kebangkrutan tersebut, maka pada bulan Mei 2006 KUD Puspa Mekar mengajukan surat kepada Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI mengenai permohonan bantuan untuk mengelola manajemen persusuan KUD Puspa Mekar dan permohonan bantuan pinjaman dana untuk membayar utang kepada pihak Bank, investor, serta mengganti bayaran susu yang belum dibayarkan kepada sebagian anggota. GKSI memenuhi seluruh permohonan KUD Puspa Mekar dengan menunjuk KPSBU sebagai koperasi primer yang memiliki manajemen persusuan dan permodalan yang cukup baik. Sehingga, diharapkan dapat membantu keberlangsungan KUD Puspa Mekar dengan melakukan pembinaan dan perbaikan manajemen persusuan di KUD Puspa Mekar dan memberikan pinjaman dana kepada KUD Puspa Mekar. Atas permohonan KUD Puspa Mekar dan surat penunjukkan GKSI Jawa Barat yang sesuai dengan prinsip kerja sama antar koperasi, maka KPSBU menyanggupi permohonan tersebut untuk membantu keberlangsungan KUD Puspa Mekar dengan melakukan pembinaan dan perbaikan manajemen persusuan di KUD Puspa Mekar dan memberikan pinjaman dana kepada KUD Puspa Mekar. Beberapa hal yang menjadi kesepakatan kerja sama antara KUD Puspa Mekar dengan KPSBU secara tertulis tercantum di dalam Memorandum of Understanding MoU, antara lain: 61 a. Terbentuknya Asosiasi KPSBU – KUD Puspa Mekar, sehingga dibentuk kepengurusan Asosiasi KPSBU – KUD Puspa Mekar yang diketuai oleh ketua KPSBU. b. KPSBU memberikan pinjaman sejumlah dana yang dibutuhkan oleh KUD Puspa Mekar untuk membayar utang kepada pihak Bank dan para investor, serta mengganti bayaran susu yang belum dibayarkan kepada sebagian anggota c. Segala bentuk manajemen KUD Puspa Mekar diperbantukan oleh KPSBU, yaitu dengan melakukan peninjauan ulang sejumlah karyawan yang dipekerjakan di KUD Puspa Mekar dan mempekerjakan satu orang tambahan karyawan dari KPSBU sebagai Manajer Operasional atau Chief Operational Officer COO dalam manajemen organisasi KUD Puspa Mekar. Selain itu, dilakukan peninjauan ulang manajemen kualitas susu KUD Puspa Mekar, sehingga dapat mengikuti standar kualitas susu KPSBU. Dengan adanya kesepakatan yang tercantum di dalam MoU tersebut, maka tujuan pembentukan Asosiasi KPSBU – KUD Puspa Mekar adalah: a. Untuk mempertahankan dan menjaga keberlanjutan sistem agribisnis usahaternak sapi perah KUD Puspa Mekar sebagai salah satu koperasi persusuan di wilayah Kabupaten Bandung Barat. b. Menghindari peternak dari kolektor-kolektor susu yang semakin lama semakin banyak di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang dapat merugikan peternak. c. Meningkatkan pelayanan prima bagi anggota KUD Puspa Mekar. d. Memperbaiki kualitas susu KUD Puspa Mekar dengan tujuan untuk meningkatkan harga susu di tingkat peternak. Berkat adanya kerja sama dengan KPSBU dan komitmen yang kuat dari para pengurus, karyawan, dan anggota untuk selalu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan KUD Puspa Mekar, maka KUD Puspa Mekar mampu bangkit dari masa keterperukannya. Sampai saat ini, KUD Puspa Mekar telah melakukan beberapa perbaikan dan perubahan dalam manajemen organisasinya, serta melakukan perubahan sistem dan penyatuan visi untuk seluruh kegiatan usaha 62 yang dilakukannya, sehingga tercipta hubungan kerja sama yang baik antara pengurus, anggota, karyawan, serta stakeholders lainnya. Adapun perubahan dan perbaikan yang sudah dilakukan oleh KUD Puspa Mekar sampai saat ini antara lain: a. Dengan melihat potensi wilayah kerja KUD Puspa Mekar, unit usaha yang dikelola saat ini hanya bergerak pada bidang usahaternak sapi perah produksi susu segar. Simpan pinjam, makanan ternak, dan waserda bukan merupakan unit usaha yang berdiri sendiri, tetapi hanya sebatas pelayanan yang diberikan kepada anggota yang pengelolaanya masih diperbantukan oleh KPSBU. b. Struktur organisasi KUD Puspa Mekar mengalami perubahan dengan adanya pengurangan karyawan dan dipekerjakannya satu orang karyawan dari KPSBU yang saat ini menjabat sebagai Manajer Operasional COO KUD Puspa Mekar. c. Dihapuskannya sistem pengumpul kolektor susu dalam struktur keanggotaan KUD Puspa Mekar. Pelayanan KUD diberikan secara langsung kepada anggota tanpa melalui perantara pengumpulkolektor susu. d. Diberlakukannya sistem quality control untuk produksi susu sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan di KPSBU.

5.2. Visi, Misi, dan Tujuan KUD Puspa Mekar