Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Melalui Koperasi

17 perkembangan kemajuan koperasi. Faktor-faktor tersebut adalah ekonomi, kebijakan pemerintah, sosial budaya, teknologi, dan pesaing.

2.2. Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Melalui Koperasi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751kptsUml0l982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Dalam Negeri, usahaternak sapi perah dibagi menjadi dua bentuk, yaitu peternakan sapi perah rakyat dan perusahaan peternakan sapi perah. Yusdja 2005 menyatakan bahwa usahaternak sapi perah di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak tahun 1960 melalui pembangunan perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang peternakan sapi perah di wilayah Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Mulai tahun 1977, Indonesia baru mengembangkan usahaternak sapi perah rakyat. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yang dinamakan SKB Tiga Menteri pada tahun 1982. SKB ini merumuskan kebijakan dan program pengembangan usahaternak sapi perah di Indonesia melalui pemberdayaan koperasi persusuan atau KUD yang bergerak di bidang peternakan sapi perah. Koperasi menjamin seluruh produksi susu sapi perah anggota untuk ditampung dan selanjutnya dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu IPS serta pemerintah menjamin bahwa IPS harus mau membeli produksi susu dari koperasi. Baga et al 2009 menyatakan bahwa pembangunan peternakan sapi perah dan pengembangan komoditi persusuan di Indonesia menggunakan pola pengembangan koperasi mandiri. Koperasi secara konseptual diharapkan menjadi wadah perjuangan bagi para peternak sapi perah untuk memperkuat posisi tawar terhadap pembeli dan pemasok. Hal ini dapat dilakukan karena seluruh kegiatan yang berlangsung melalui koperasi dilakukan secara kolektif, baik dalam penjualan produk susu yang dihasilkan maupun pembelian input-input produksi yang dibutuhkan. Koperasi persusuan atau KUD yang bergerak di bidang usahaternak sapi perah berfungsi sebagai lembaga resmi pemerintah yang ditujukan untuk menyalurkan dana kredit investasi bagi peternak dan menyalurkan bibit sapi perah Yusdja 2005. Namun, Rusdiana dan Sejati 2009 menyatakan bahwa keterkaikatan koperasi persusuan dengan usahaternak sapi perah bukan hanya sebatas pada implementasi kebijakan pemerintah, tetapi juga mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk, seperti pengadaan cooling unit, 18 pemasaran, dan transportasi ke IPS. Peranan koperasi persusuan memang sangat besar bagi para peternak terutama dalam pemasaran susu. Hal ini terbukti bahwa lebih dari 90 persen pemasaran susu segar peternak di Indonesia dikoordinasi oleh koperasi persusuan. Dalam menghadapi era persaingan, koperasi persusuan harus siap mengatasi permasalahan yang timbul dengan memperbaiki kualitas susu sehingga koperasi persusuan dapat bersaing dengan perusahaan peternakan sapi perah yang memiliki skala lebih besar. Berbeda dengan Indonesia, Saragih 2010 menyatakan bahwa China telah mengembangkan kerja sama yang harmonis antara industri susu segar skala besar dan industri susu rakyat. Hal yang menarik dari kerja sama itu adalah membuat organisasi secara efisien dan efektif dengan menangkap skala usaha ekonomi. Melalui skala ekonomis, maka biaya produksi menjadi minimum dan layanan pun menjadi lebih efisien. Hal ini yang membuat industri susu segar di China berkembang dengan sangat pesat. Pengembangan susu nasional di China tidak hanya dilakukan oleh industri besar melainkan bekerja sama secara harmonis dengan peternakan rakyat. Belajar dari pengembangan usahaternak sapi perah yang dilakukan oleh China, maka pengembangan usahaternak sapi perah di Indonesia sebaiknya diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat menangkap skala usaha yang tepat dalam bidang produksi, layanan, dan pemasaran. Para peternak juga harus diarahkan agar dapat menangkap layanan-layanan yang efisien. Koperasi persusuan berbeda dengan koperasi biasa karena koperasi persusuan beranggotakan peternak sapi perah yang menjadi anggota sekaligus pengusaha dimana usahaternak sapi perahnya itu menunjang seluruh kegiatan koperasi. Oleh karena itu, hubungan antara koperasi persusuan dengan usahaternak sapi perah sangat erat sehingga pengembangan usahaternak sapi perah sangat bergantung pada kemampuan koperasi persusuan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. 2.3. Strategi Pengembangan Usaha Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha baik dalam bentuk organisasi bisnisperusahaan maupun koperasi telah cukup banyak dilakukan. Analisis menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan memiliki kecenderungan 19 hasil yang sama dalam menentukan strategi pengembangan usaha yang dilakukan. Pada umumnya, tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tersebut adalah untuk: 1 mengidentifikasi faktor- faktor internal dan eksternal suatu perusahaan atau koperasi, serta 2 merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha bagi perusahaan atau koperasi yang diteliti. Selain itu, dalam merumuskan strategi pengembangan usaha baik bagi perusahaan maupun koperasi, pada umumnya melibatkan peran stakeholders sebagai pihak internal dan dinas terkait sebagai pihak eksternal. Namun, ada satu hal yang membedakan strategi pengembangan usaha pada perusahaan dan koperasi, yaitu dalam merumuskan strategi pengembangan usaha pada koperasi perlu melibatkan partisipasi anggota sebagai pihak internal berupa saran dan motivasi dari anggota yang disesuaikan dengan visi dan misi koperasi karena pada dasarnya koperasi merupakan badan usaha yang terbentuk dari, oleh, dan untuk anggota. Oleh karena itu, koperasi diharapkan dapat merumuskan strategi pengembangan usahanya yang berakar dari oleh dan untuk anggota. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhan 2009 mengenai Analisis Strategi Pengembangan KUD Koperasi Unit Desa Giri Tani Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat hanya melibatkan Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Staff KUD Giri Tani sebagai pihak internal koperasi. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak melibatkan anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan bagi koperasinya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan 2009, penelitian yang dilakukan oleh Sembara 2011 mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usahaternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa KUD Bayongbong Kabupaten Garut Jawa Barat memiliki keunggulan karena ikut menyertakan anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya. Penelitian yang dilakukan di KUD Puspa Mekar juga mengkaji mengenai strategi pengembangan usaha pada koperasi, sehingga penelitian yang dilakukan oleh Sembara 2011 dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk mempertimbangkan peran anggota sebagai pihak internal dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya. 20 Penelitian terdahulu mengenai koperasi terkait dengan pengembangan usaha pada umumnya membahas permasalahan mengenai anggota dan produktivitas produk yang dihasilkan. Dharmanthi 2009 mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Kota Bogor menekankan permasalahan pada kondisi anggota, yaitu jumlah anggota yang tidak mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun serta kurangnya partisipasi anggota dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan koperasi, sehingga koperasi menghadapi indikasi penurunan jumlah anggota. Sedangkan, Romadhona 2010 mengenai Strategi Pengembangan Usaha Emping Melinjo pada KSU Sari Sono, Kabupaten Lebak, Banten lebih menekankan permasalahan pada produktivitas produk yang dihasilkan, yaitu koperasi belum mampu memenuhi pasokan produk yang diminta oleh konsumen karena produksi dari produk yang dihasilkan oleh masing-masing anggota masih rendah, sehingga menyebabkan tingkat produksi koperasi juga masih dibawah rata-rata. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KUD Puspa Mekar tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang dihadapi oleh kedua koperasi dalam penelitian Dharmanthi 2009 dan Romadhona 2010, yaitu masih terkait dengan kondisi anggota dan produktivitas produk yang dihasilkan. Adapun permasalahan tersebut adalah masih kurangnya partisipasi dan loyalitas anggota terhadap KUD Puspa Mekar serta produktivitas susu yang dihasilkan oleh KUD Puspa Mekar masih rendah sehingga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kapasitas produksi yang dibutuhkan IPS. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-koperasi tersebut termasuk KUD Puspa Mekar, maka diperlukan langkah-langkah strategis dengan menggunakan metode dan berbagai alat analisis yang mendukung dalam merumuskan strategi pengembangan usaha bagi koperasinya.

2.4. Metode dan Alat Analisis yang Digunakan Dalam Strategi