Kesimpulan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

dimana pada tahun 2000 dimana dampak balik yang terbesar dari sektor transportasi di Jawa-Bali, adalah ke wilayah Kalimantan, namun pada tahun 2005, untuk sektor transportasi darat dan laut, dampak balik yang terbesar adalah ke wilayah Sumatera dan untuk transportasi udara dampak balik terbesar masih ke wilayah Kalimantan. Dari keterkaitan ini maka wilayah Jawa_Bali masih dominan pengaruhnya terhadap wilayah lainnya dan masih terjadinya dampak backwash yang besar dari wilayah Jawa-Bali tersebut. 6. Kondisi sektor transportasi secara umum mempunyai keterkaitan kebelakang backward linkage yang lebih besar dari satu satuan unit. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan output sektor transportasi akan meningkatkan permintaan input sektor transportasi itu sendiri. Input sektor transportasi akan menyebabkan permintaan output sektor lainnya, yang berarti bahwa harus ada peningkatan input sektor lain tersebut. Peningkatan output sektor lain tersebut pada gilirannya akan meningkatkan permintaan input sektor transportasi sendiri. Dengan demikian akan terjadi keterkaitan antara sektor transportasi dengan sektor lainnya baik dalam satu wilayah maupun dengan wilayah lainnya. 7. Sektor transportasi juga berperan terhadap terjadinya disparitas di setiap wilayah. Hal ini dapat ditunjukkan melalui penurunan koefisien variasi di setiap sektor transportasi. Transportasi darat berperan terhadap penurunan disparitas di wilayah Kalimantan, sedangkan transportasi laut berperan terhadap berkurangnya disparitas di wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan. Transportasi udara berperan terhadap berkurangnya disparitas di Jawa-Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan untuk wilayah ROI, masih terjadinya peningkatan disparitas di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, wilayah ROI masih mempunyai ketergantungan yang besar terhadap wilayah lainnya.

7.2. Saran

Beberapa hal yang disarankan dalam penelitian ini adalah: 1. Disparitas yang terjadi di Indonesia, dapat dikatakan sebagai disparitas antara wilayah Jawa-Bali dengan wilayah lainnya. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor transportasi harus lebih mendukung wilayah di luar Jawa-Bali, terutama terkait dengan aksesibilitas ke pusat produksi. 2. Mengingat penduduk wilayah Jawa-Bali yang tinggi, maka kebutuhan akan transportasi juga semakin tinggi. Dengan demikian efisiensi diperlukan dalam meningkatkan output diwilayah tersebut. Oleh sebab itu peran pemerintah dalam menunjang sebaran sektor transportasi menjadi penting. Salah satu kebijakan di sektor transportasi untuk wilayah Jawa-Bali, sebaiknya lebih ditekankan pada kerjasama pemerintah dan swasta Public Private Partnership. Dengan demikian dana pemerintah dapat dialihkan ke wilayah yang terpencil atau belum berkembang Kebijakan tersebut akan mendorong terciptanya peningkatan output sektor transportasi serta berdampak pada peningkatan investasi di wilayah terpencil tersebut. 3. Keterhubungan connectivity satu tempat dengan tempat lainnya merupakan prasyarat peningkatan kapasitas produksi suatu daerah dan merupakan perekat dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia NKRI. Disisi lain mengurangi intensitas konsentrasi penduduk, alokasi sumber daya dan kegiatan ekonomi di wilayah Jawa-Bali bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dalam jangka pendek. Oleh sebab itu pemerintah harus lebih memperhatikan kepada peningkatan kapasitas produksi, daya tampung, dan alokasi sumber daya nasional ke luar Jawa-Bali. Sebagai dukungan terhadap peningkatan tersebut maka perlu dukungan pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur transportasi. 4. Perlu diberikan insentif kepada operator sektor transportasi melalui kebijakan fiskal berupa subsidi tarif agar pembangunan didaerah tersebut menjadi terjaga. Selain itu untuk wilayah dengan kondisi geografi yang luas dan sebaran penduduk yang tidak merata seperti ROI, maka dukungan infrastruktur transportasi harus dipercepat. Percepatan tersebut sudah harus mempertimbangkan faktor antar moda, agar didapat sistem transportasi yang efisien. 5. Mengurangi dampak menghisap backwash efect yang berakibat negatif pada suatu wilayah dengan melakukan injeksi atau perbaikan terhadap infrastruktur, investasi, institusi dan sumber daya manusia agar disparitas antar daerah dapat dikurangi. 6. Model IRIO mempunyai keterbatasan karena tidak dapat memprediksi proyeksi kedepan. Oleh sebab itu proyeksi tidak dilakukan dalam studi ini. Namun demikian perlu dilengkapi dengan tabel IRIO 2010 yang sampai dengan penelitian ini dilakukan belum tersedia. Kemudian dilakukan penelitian kembali untuk melengkapi perubahan struktur periode 2005 dan 2010. 7. Perlu segera dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan sumber sumber pertumbuhan. Penelitian lebih lanjut tersebut, dengan menggunakan propinsi sebagai unit analisis, baik dengan menggunakan metoda lain maupun sejenis.